Opinion
Beranda » Berita » Apa Itu Dahr? Ketika Al-Qur’an Bicara tentang Waktu yang Dilupakan

Apa Itu Dahr? Ketika Al-Qur’an Bicara tentang Waktu yang Dilupakan

Tahukah kamu bahwa Dahr dalam Al-Qur’an bukan sekadar waktu? Temukan jawabannya disini.

SURAU.CO Dalam Al-Quran, setiap kata memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Salah satu kata yang sering menimbulkan pertanyaan adalah Dahr (دهر). Banyak orang mengartikannya sebatas “waktu” atau “masa”. Namun, pemahaman ini kurang lengkap. Al-Quran dan hadis memberikan perspektif yang jauh lebih mendalam. Jadi, apa sebenarnya makna kata Dahr yang sesungguhnya?

Artikel ini akan mengupas tuntas konsep Dahr. Kita akan menjelajahi bagaimana Al-Quran menggambarkannya. Selain itu, kita juga akan memahami mengapa Rasulullah SAW melarang umatnya mencela Dahr.

Pandangan Keliru Kaum Dahriyyah

Untuk memahami Dahr, kita harus merujuk pada konteks utamanya. Al-Quran menyebut kata ini saat menjelaskan keyakinan sebuah kaum. Kaum ini dikenal sebagai Kaum Dahriyyah. Allah SWT merekam keyakinan mereka dalam Surat Al-Jatsiyah ayat 24.

Allah SWT berfirman:

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Artinya: “Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain Dahr (masa)’. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah: 24).

Ayat ini secara jelas menggambarkan pandangan mereka. Kaum Dahriyyah adalah kelompok ateis pada masanya. Mereka mengingkari adanya Tuhan dan hari kebangkitan. Bagi mereka, kehidupan dan kematian hanyalah siklus alamiah. Menurut mereka, Dahr atau waktulah yang menjadi kekuatan tertinggi. Waktu yang menciptakan, mengatur, dan pada akhirnya membinasakan segalanya. Akibatnya, mereka menisbatkan semua peristiwa kepada Dahr.

Klarifikasi Penting dalam Hadis Qudsi

Pandangan keliru inilah yang Islam luruskan. Mencela waktu, menyalahkan keadaan, atau mengutuk hari adalah cerminan dari keyakinan Dahriyyah. Orang yang frustrasi sering berkata, “Sial sekali hari ini!” atau “Zaman sekarang memang sudah rusak!”. Ucapan semacam ini sangat berbahaya.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyampaikan sebuah hadis qudsi yang sangat penting. Hadis ini menempatkan Dahr pada posisi yang benar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Artinya: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Anak Adam menyakiti-Ku. Ia mencela ad-dahr, padahal Aku adalah ad-dahr. Aku yang membolak-balikkan malam dan siang.’” (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246).

Hadis ini sering disalahpahami. Frasa “Aku adalah ad-Dahr” bukan berarti Allah adalah waktu itu sendiri. Ini adalah sebuah kiasan yang sangat dalam. Para ulama, seperti Imam Syafi’i dan Ibnul Qayyim, menjelaskan maknanya. Maksud dari “Aku adalah ad-Dahr” adalah “Aku adalah Pencipta dan Penguasa Dahr”.

Dengan demikian, ketika seseorang mencela waktu, ia sebenarnya sedang mencela Sang Pengatur Waktu. Ketika seseorang menyalahkan hari atas nasib buruknya, ia secara tidak langsung menyalahkan Allah yang menakdirkan peristiwa pada hari itu.

Dahr Adalah Makhluk, Bukan Pencipta

Jadi, Dahr adalah makhluk Allah, sama seperti langit dan bumi. Ia adalah wadah tempat semua peristiwa terjadi. Waktu tidak memiliki kehendak atau kekuatan sendiri. Allah-lah yang menjalankan dan mengendalikannya. Allah membolak-balikkan siang dan malam. Dia juga yang menetapkan takdir baik dan buruk di dalamnya.

Menisbatkan suatu kekuatan kepada Dahr adalah bentuk kesyirikan. Ini karena perbuatan tersebut memberikan sifat-sifat ketuhanan kepada makhluk. Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan absolut untuk mengatur alam semesta, termasuk perjalanan waktu.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Selanjutnya, mari kita bedakan Dahr dengan kata lain untuk waktu. Dalam bahasa Arab, ada zaman, waqt, dan ‘ashr. Waqt merujuk pada periode waktu tertentu. Zaman adalah durasi yang lebih panjang. Sedangkan Dahr adalah konsep waktu yang abadi dan tak terbatas, sebuah rentang masa yang menjadi latar bagi segala ciptaan.

Kesimpulan: Meluruskan Aqidah tentang Waktu

Pada akhirnya, makna kata Dahr dalam Al-Quran bukanlah sekadar waktu. Kata ini merujuk pada sebuah pandangan dunia yang salah. Pandangan yang menganggap waktu sebagai kekuatan tertinggi yang otonom.

Islam datang untuk meluruskan aqidah ini. Ajaran Islam menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya penguasa alam semesta. Dia adalah Malik ad-Dahr (Raja atau Penguasa Waktu). Waktu hanyalah ciptaan-Nya yang tunduk pada kehendak-Nya.

Dengan demikian, seorang muslim harus menjaga lisannya. Ia tidak boleh mencela waktu, cuaca, atau zaman. Sebaliknya, ia harus menyandarkan segala urusan kepada Allah SWT. Karena di tangan-Nya lah kendali atas segala sesuatu, termasuk waktu yang kita jalani setiap detiknya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement