Kesehatan
Beranda » Berita » Waspadai Ancaman Serius di Balik Kenikmatan Junk Food

Waspadai Ancaman Serius di Balik Kenikmatan Junk Food

Junk Food

SURAU.CO – Makanan cepat saji, atau populer dengan sebutan junk food, telah menjadi pilihan favorit banyak orang. Alasannya cukup jelas, karena junk food menawarkan rasa lezat dan kemudahan penyajian yang praktis. Akan tetapi, di balik kenikmatan tersebut, tersimpan ancaman serius yang mengintai kesehatan kita. Oleh karena itu, kita perlu memahami dengan baik apa itu junk food dan mengapa kebiasaan ini sangat berbahaya jika terus berlanjut.

Membedah Kandungan Gizi dalam Junk Food

Pertama-tama, kita perlu tahu apa yang membuat suatu makanan disebut junk food. Menurut Dr. Siti Rahayu Nadhiroh, SKM, M.Kes, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, junk food adalah makanan dengan kalori yang sangat tinggi namun nilai gizinya sangat rendah. Makanan ini umumnya sarat dengan lemak jenuh, gula, dan garam. Sebaliknya, kandungan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan serat hampir tidak ada. Karena komposisinya yang tidak seimbang, junk food tidak memberikan manfaat berarti bagi tubuh.

Dampak yang Datang Secara Perlahan

Sering kali, orang meremehkan bahaya junk food karena dampaknya tidak langsung terasa. Dr. Nadhiroh menegaskan bahwa efek negatif dari kebiasaan ini bersifat akumulatif dan jangka panjang. Mungkin setelah makan burger, kita tidak merasakan keluhan apa pun. Namun, tanpa kita sadari, tumpukan lemak dan gula terus bertambah di dalam tubuh. “Dampaknya mungkin tidak dirasakan langsung. Tetapi banyak penelitian telah membuktikan efek negatif dari kebiasaan mengonsumsi junk food,” jelasnya. Akibatnya, kesadaran sering kali baru datang terlambat ketika berbagai penyakit sudah mulai muncul.

Risiko Penyakit Kronis yang Mengintai

Lebih lanjut, konsumsi junk food secara rutin membuka pintu bagi berbagai masalah kesehatan serius. Dampaknya dapat kita lihat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk jangka pendek, tubuh biasanya merespons dengan rasa cepat lelah dan sulit berkonsentrasi. Kandungan serat yang minim membuat rasa kenyang cepat hilang. Hal ini kemudian memicu kita untuk makan lebih banyak dan menciptakan siklus makan yang tidak sehat.

Ubi Jalar, Superfood yang Kaya Manfaat

Ancaman terbesarnya justru datang dari dampak jangka panjang. Berikut adalah beberapa penyakit kronis yang sangat erat kaitannya dengan junk food:

  • Obesitas: Kalori berlebih dari junk food akan tubuh simpan sebagai lemak. Seiring waktu, penumpukan lemak ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas.

  • Penyakit Jantung: Lemak jenuh yang tinggi dapat menaikkan kadar kolesterol jahat (LDL). Kolesterol ini selanjutnya menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung.

  • Diabetes Tipe 2: Kandungan gula yang tinggi memaksa tubuh memproduksi insulin secara berlebihan. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan resistensi insulin yang menjadi gerbang utama penyakit diabetes.

  • Hipertensi: Tingginya kadar garam atau natrium dalam junk food secara langsung dapat memicu tekanan darah tinggi (hipertensi), yang merupakan faktor utama penyebab stroke.

    Kopi Bagi Ibu Hamil dan Menyusui: Antara Kenikmatan dan Amanah Menjaga Kehidupan

  • Gangguan Fungsi Otak: Ternyata, dampaknya tidak hanya menyerang fisik. Dr. Nadhiroh juga menekankan bahwa kebiasaan ini dapat menurunkan fungsi otak, melemahkan konsentrasi, dan merusak daya ingat.

Pentingnya Upaya Bersama untuk Berubah

Pada akhirnya, mengubah kebiasaan ini memang bukan tugas yang mudah. Lingkungan yang dipenuhi iklan dan ketersediaan junk food di mana-mana menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, kita memerlukan sebuah upaya bersama untuk menciptakan budaya makan yang lebih sehat.

Menurut Dr. Nadhiroh, solusi efektif harus melibatkan semua pihak. Pemerintah dapat membantu dengan membuat regulasi yang membatasi pemasaran junk food. Sementara itu, para akademisi dan pegiat kesehatan perlu terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang. Tentu saja, kesadaran pribadi tetap menjadi fondasi utama. Namun, dengan adanya dukungan lingkungan, proses perubahan menuju gaya hidup sehat akan terasa lebih ringan dan berkelanjutan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement