Politik Sejarah
Beranda » Berita » Mengurai Tiga Istilah: Israel, Yahudi, dan Zionis dalam Perspektif Sejarah

Mengurai Tiga Istilah: Israel, Yahudi, dan Zionis dalam Perspektif Sejarah

Mengurai Tiga Istilah: Israel, Yahudi, dan Zionis dalam Perspektif Sejarah
Mengurai Tiga Istilah: Israel, Yahudi, dan Zionis dalam Perspektif Sejarah

SURAU.CO Banyak orang masih keliru menyamakan Israel, Yahudi, dan Zionis sebagai satu entitas yang sama. Padahal, ketiga istilah ini memiliki sejarah, makna, dan konteks yang sangat berbeda. Kesalahpahaman ini tidak hanya muncul sebagai kekeliruan semantik, tetapi juga memicu bias dan konflik persepsi, terutama saat orang mencoba memahami situasi geopolitik di Timur Tengah yang melibatkan negara Israel dan Palestina.

Agar kita bisa memahami permasalahan ini secara lebih proporsional, kita perlu menelusuri akar historis dan makna dari masing-masing istilah tersebut.

Asal-usul Nama Israel: Dari Nabi Yakub hingga Negara Modern

Sejarah mencatat bahwa nama Israel berasal dari julukan yang diberikan kepada Nabi Yakub, cucu dari Nabi Ibrahim. Menurut tradisi Abrahamik, Nabi Yakub memiliki dua belas anak yang kemudian menjadi leluhur 12 suku Israel. Mereka menetap di wilayah kuno yang dikenal dengan nama Kanaan, yaitu kawasan yang kini menjadi bagian dari Israel dan Palestina modern.

Sekitar abad ke-11 SM, suku-suku Israel menghendaki sistem kerajaan. Mereka mengangkat Thalut (Saul) sebagai raja pertama, meskipun hanya sebagian suku yang mengakuinya karena Thalut berasal dari suku Benjamin. Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaannya saat Nabi Daud (David) dan Nabi Sulaiman (Solomon) dari suku Yehuda memimpin. Setelah Nabi Sulaiman wafat, bangsa Israel memecah kerajaan mereka menjadi dua: Kerajaan Israel di utara (Samaria) dan Kerajaan Yehuda di selatan (Yerusalem).

Namun, Kekaisaran Asyur dan Babilonia menghancurkan kedua kerajaan tersebut. Sepuluh dari dua belas suku Israel lenyap dari sejarah, dan hanya suku Yehuda dan Benjamin yang tersisa. Keturunan mereka kemudian mengalami diaspora dan tersebar ke berbagai penjuru dunia. Mereka hidup sebagai minoritas yang kerap mengalami diskriminasi dan penindasan.

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Zionisme: Gerakan Politik untuk Tanah Air Yahudi

Lebih dari dua milenium setelah kehancuran kerajaan Israel kuno, muncul sebuah gerakan politik bernama Zionisme pada akhir abad ke-19. Theodor Herzl, seorang jurnalis kelahiran Hungaria, menggagas gerakan ini karena ia merasa prihatin terhadap maraknya anti-Semitisme di Eropa.

Pada tahun 1896, Herzl menyuarakan gagasan untuk membentuk tanah air bagi orang Yahudi. Ia tidak hanya mengusulkannya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai perlindungan dari penindasan. Herzl menunjuk Palestina—yang mereka anggap sebagai tanah leluhur Yahudi—sebagai lokasi paling tepat. Gagasan ini kemudian berkembang menjadi gerakan politik yang sistematis.

Gerakan Zionisme mencapai puncaknya pada tahun 1948, saat para pemimpin gerakan tersebut mendeklarasikan berdirinya negara modern Israel. Namun, proses ini juga memicu konflik berkepanjangan dan menyebabkan penderitaan mendalam bagi rakyat Palestina, yang hingga kini belum menemukan keadilan dan perdamaian.

Yahudi: Identitas Etnis dan Agama

Berbeda dari Israel dan Zionisme, istilah Yahudi (Jewish) merujuk pada identitas etnis dan/atau agama yang berasal dari keturunan suku Yehuda. Sebagai etnis, orang Yahudi tidak selalu menjalankan praktik keagamaan Yudaisme. Banyak dari mereka hidup secara sekuler, bahkan ada yang agnostik atau ateis. Fenomena ini sering disebut sebagai “Yahudi KTP,” yakni mereka yang mengidentifikasi diri sebagai Yahudi secara budaya atau keturunan, tanpa menjalankan agamanya.

Yudaisme sendiri merupakan agama monoteistik yang menyembah Yahwe, Tuhan yang juga diyakini oleh umat Islam dan Kristen sebagai Tuhan Yang Esa. Dalam keimanan mereka, Tuhan tidak berwujud, tidak beranak, dan tidak serupa dengan makhluk ciptaan-Nya. Umat Yahudi berpegang pada kitab suci Tanakh, terutama bagian Taurat, yang banyak memuat nilai-nilai moral dan spiritual yang serupa dengan Al-Qur’an.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Zionis Belum Tentu Yahudi, Yahudi Belum Tentu Zionis

Banyak orang keliru menganggap bahwa semua Yahudi adalah Zionis, dan semua Zionis adalah Yahudi. Padahal, anggapan ini tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebagian orang Yahudi justru menolak ideologi Zionisme, baik atas dasar agama maupun kemanusiaan. Mereka meyakini bahwa negara Israel yang berdiri saat ini tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran Yudaisme. Sebaliknya, sejumlah orang non-Yahudi mendukung Zionisme karena alasan politik, ekonomi, atau keyakinan religius tertentu.

Melihat dengan Jernih, Menilai dengan Adil

Setelah memahami sejarah dan konsep ketiga istilah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa:

  • Israel merupakan negara modern yang berdiri sejak tahun 1948 sebagai hasil dari perjuangan gerakan Zionisme.
  • Yahudi adalah identitas etnis dan agama yang berasal dari keturunan suku Yehuda dan menganut ajaran Yudaisme.
  • Zionisme adalah ideologi dan gerakan politik yang bertujuan mendirikan dan mempertahankan tanah air Yahudi di wilayah Palestina.

Masyarakat perlu memahami ketiganya secara terpisah agar tidak terjebak dalam generalisasi atau prasangka. Mengkritik kebijakan politik negara Israel bukanlah bentuk kebencian terhadap orang Yahudi. Begitu pula, tidak semua Yahudi mendukung Israel atau ideologi Zionisme. Dalam banyak kasus, konflik ini jauh lebih kompleks dibanding sekadar pertentangan agama atau etnis.

Penutup: Membangun Perspektif yang Adil dan Berimbang

Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama puluhan tahun. Penyelesaiannya membutuhkan keadilan, empati, dan pemahaman sejarah yang mendalam. Dengan memahami perbedaan antara Israel, Yahudi, dan Zionis, ita diajak untuk melihat persoalan ini secara lebih jernih dan berimbang, tanpa terjebak dalam narasi tunggal atau kebencian yang membutakan. (Dikutip dari berbagai sumber)

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement