Ulama besar Nusantara yang namanya begitu terhormat, Syaikh Abdul Hamid al-Qudsy al-Makky asal Kudus, Jawa Tengah, menulis sebuah karya monumental berjudul Kanzun Najah wa Surur fi al-Ad’iyati al-Latii Tasyrahus Shudur.
Kitab ini kemudian masyhur dengan nama Kanzun Najah wa Surur —”Bekal Keberuntungan dan Kegembiraan yang Tersimpan dalam Doa-Doa yang Melapangkan Dada”—merupakan warisan berharga dari khazanah Islam.
Syaikh Abdul Hamid dalam kitab ini menghimpun doa-doa pilihan dan amalan-amalan para ulama salafus shalih, lalu menyusunnya secara sistematis berdasarkan hari dan bulan dalam kalender Hijriah.
Biografi Singkat Syaikh Abdul Hamid Kudus
Syaikh Abdul Hamid Kudus, seorang ulama yang lahir pada tahun 1277 H di dekat Bab Daribah, Makkah, merupakan sosok yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran ilmu agama Islam.
Semasa kecil, beliau menimba ilmu dari para pengajar di Masjidil Haram, termasuk ayahnya, Syekh Muhammad ‘Ali Kudus. Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut, Yaman, dan kemudian hijrah ke Indonesia (Kudus, Jawa Tengah).
Syaikh Abdul Hamid wafat di Makkah pada tahun 1334 H/1915 M. Beliau masyhur sebagai ahli fiqih, ushul, sastrawan bermazhab Syafi’i. Beliau juga mengajar di Masjidil Haram, sebuah bukti bahwa banyak orang menghormati dan mengakui kedalaman ilmunya.
Kitab Kanzun Najah wa Surur, Isi dan Keistimewaannya
Kitab Kanzun Najah wa Surur menyajikan kumpulan doa yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Syaikh Abdul Hamid tidak hanya mengutip doa-doa dari sumber utama Islam, tetapi juga menyertakan amalan yang biasa dibaca oleh para ulama salafus shalih pada waktu-waktu tertentu.
Beliau membuka kitab ini dengan hamdalah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, serta tabi’in. Dalam mukadimahnya, Syaikh Abdul Hamid menyampaikan tujuan penulisan kitab ini yaitu sebagai bentuk pengabdian dan upaya menyalurkan ilmu yang Allah anugerahkan kepadanya agar dapat memberi manfaat kepada umat.
Sepanjang kitab ini, beliau merujuk kepada al-Qur’an, Hadis Nabi, dan doa-doa para ulama terdahulu sebagai panduan yang komprehensif bagi siapa saja yang ingin memperdalam ibadah lewat doa. Tak kurang dari 29 hadis tentang doa tercantum dalam kitab ini, menjadikannya rujukan penting dalam khazanah doa-doa Islami.
Amalan di Bulan Muharam dalam Kitab Kanzun Najah
Syaikh Abdul Hamid menempatkan kumpulan doa khusus untuk bulan Muharram sebagai salah satu bagian terpenting dalam Kanzun Najah wa Surur. Beliau menekankan betapa besarnya keutamaan doa-doa di bulan tersebut, dan mengajak kaum Muslimin memanfaatkannya sebagai momentum spiritual yang penuh keberkahan.
Syaikh Abdul Hamid menjelaskan pentingnya membaca doa sebelum memulai amalan tertentu. Melalui doa-doa itu, beliau mengajak umat untuk membersihkan hati dan meluruskan niat sejak awal. Salah satu kutipan dalam kitab tersebut menyebutkan:
والدعاء في المحرم مأثور، وخيره موفور، ومما وجدته منه: أنه يقرأ أولاً قبل الدعاءين الآتيين: آية الكرسي ثلاث مئة وستين مرةً مع البسملة في كل مرة، وعند الفراغ من جميع ذلك يقول : الله يَا مُحَوّلَ الْأَحْوَالِ؛ حَوَّلْ حَالِي إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ ، بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ يَا عَزِيزُ يَا مُتَعَالٍ، وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya, “Doa pada bulan Muharram adalah ma’tsur dan kebaikan doanya berlimpah. Salah satu yang kudapati adalah membaca terlebih dahulu – sebelum dua doa yang akan disebutkan – ayat kursi sebanyak 360x, dengan mengucap bismillah di setiap kali membacanya. Setelah menyelesaikan semua itu, mengucapkan doa: ‘Wahai Yang mengubah keadaan-keadaan, ubahlah keadaanku kepada keadaan yang paling baik, dengan daya dan kekuatan-Mu wahai Yang Maha Mulia lagi Maha Luhur. Dan semoga Allah senantiasa bersalawat dan bersalam atas junjungan kita Nabi Muhammad dan atas keluarga dan sahabat beliau’.”
Kitab Kanzun Najah: Warisan Berharga
Syaikh Abdul Hamid Kudus menyelesaikan penulisan Kanzun Najah wa Surur pada tahun 1328 H dan langsung mendapat sambutan luar biasa dari para ulama terkemuka seperti Syaikh Muhammad Said Babshail, Syaikh Umar bin Muhammad Syatha’, Sayyid Husain bin Muhammad al-Habsyi, dan Syaikh Yusuf an-Nabhani.
Dalam kitab ini, Syaikh Abdul Hamid mengajarkan bahwa Allah Swt memberikan keutamaan pada waktu-waktu tertentu untuk berdoa. Ia mengarahkan pembaca agar memanfaatkan momentum tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Lebih dari Kumpulan Doa
Kanzun Najah wa Surur bukan sekedar kumpulan doa, melainkan warisan berharga yang mengandung tuntunan spiritual yang dalam. Setiap halaman mengajak kita untuk merenungi makna, memperkuat ikhtiar, dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah Swt.
Semoga kita dapat mengambil manfaat dari kitab yang penuh keberkahan ini.(Kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
