Ibadah
Beranda » Berita » Sejarah dan Keistemewaan Puasa Tasu’a dan Asyura di Bulan Muharram

Sejarah dan Keistemewaan Puasa Tasu’a dan Asyura di Bulan Muharram

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura
Jadwal Puasa Tasua dan Asyura

Melihat Keistimewaan dan Latar Belakang Sejarah Puasa Tasu’a dan Asyura

Bulan Muharram, salah satu dari empat bulan suci dalam kalender Hijriyah, mengundang umat Islam untuk memperbanyak ibadah, terutama puasa sunnah. Di antara puasa-puasa sunnah yang paling utama setelah Ramadan, puasa Tasu’a pada 9 Muharram dan puasa Asyura pada 10 Muharram menonjol dengan keutamaan serta latar belakang sejarah yang kaya. Pada Tahun 2025 Puasa Tasu’a bertepatan dengan Tanggal 5 Juli 2025 dan Puasa Asyura bertepatan dengan Tanggal 6 Juli 2025, berdasarkan keputusan dari kementerian Agama.

Sejarah Puasa Asyura: Syukur Nabi Musa dan Warisan Para Nabi

Puasa Asyura, yang dilaksanakan tepat pada 10 Muharram, memiliki sejarah yang mengakar kuat. Puasa ini bermula sebagai wujud syukur Nabi Musa AS kepada Allah SWT. Allah telah menyelamatkan beliau dan kaumnya dari penindasan serta kejaran Firaun dan bala tentaranya yang sombong. Kejadian monumental ini menjadi alasan utama Nabi Musa AS berpuasa, dan tradisi ini kemudian diadopsi oleh kaum Yahudi. Menariknya, bahkan suku Quraisy di masa Jahiliyah pun mengenal dan melaksanakan puasa Asyura sebagai bentuk penghormatan.

Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah setelah hijrah, beliau mendapati kaum Yahudi juga berpuasa pada hari Asyura. Menyadari koneksi spiritual yang lebih dalam dengan Nabi Musa AS, Rasulullah SAW bersabda, “Kami (umat Islam) lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (kaum Yahudi).” Beliau lantas berpuasa Asyura dan secara tegas memerintahkan para sahabatnya untuk turut melaksanakannya.

Puasa Tasu’a Bentuk Membangun Identitas Muslim

Sebagai pembeda yang jelas dari tradisi kaum Yahudi, Nabi Muhammad SAW menganjurkan puasa Tasu’a pada 9 Muharram. Kaum Yahudi kala itu hanya berpuasa pada 10 Muharram. Rasulullah SAW mengindikasikan niat beliau untuk berpuasa pada 9 Muharram jika beliau masih hidup pada tahun berikutnya, sebagaimana sabdanya, “Seandainya aku masih hidup sampai tahun yang akan datang, niscaya aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).” (HR. Muslim). Meskipun beliau wafat sebelum sempat melaksanakannya di tahun berikutnya, anjuran ini menjadi landasan kuat bagi umat Islam untuk berpuasa Tasu’a. Puasa ini tidak hanya berfungsi sebagai pembeda, tetapi juga sebagai penegas identitas keislaman dalam praktik ibadah.

Keutamaan Puasa di Bulan Muharram

Berpuasa di bulan Muharram secara keseluruhan membawa keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR. Muslim). Secara spesifik, puasa Asyura memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu menghapus dosa-dosa kecil setahun yang lalu. Ini adalah anugerah dan rahmat Allah yang luar biasa bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Selain itu, ada juga anjuran bagi yang tidak bisa berpuasa Tasu’a untuk berpuasa pada tanggal 11 Muharram sebagai pelengkap, juga dengan tujuan membedakan diri dengan umat yang lain.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Referensi:

  • Hadis Riwayat Muslim tentang keutamaan puasa Muharram dan niat puasa Tasu’a.
  • Kitab-kitab Fiqh seperti Fathul Mu’in oleh Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari.

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement