Kalam
Beranda » Berita » Istidraj: Ketika Limpahan Nikmat Menjadi Jebakan

Istidraj: Ketika Limpahan Nikmat Menjadi Jebakan

Istidraj: dalam Islam

SURAU.CO – Pernahkah Anda melihat seseorang yang hidupnya bergelimang harta? Karirnya terus menanjak dan segala keinginannya terpenuhi. Namun, pada saat yang sama, ia sangat jauh dari ketaatan. Ibadahnya berantakan dan ia tidak ragu melakukan maksiat. Banyak orang mungkin mengira orang seperti ini sangat dicintai oleh Tuhan. Padahal, dalam ajaran Islam, fenomena ini bisa menjadi sebuah jebakan mengerikan. Jebakan ini dikenal dengan istilah istidraj.

Istidraj adalah konsep yang sangat penting untuk kita pahami. Ia menjadi pengingat bahwa kenikmatan dunia bukanlah satu-satunya tolak ukur cinta Allah. Justru, nikmat tersebut bisa menjadi ujian atau bahkan azab yang ditangguhkan. Kita perlu waspada agar tidak terlena. Jangan sampai kelimpahan rezeki justru menjauhkan kita dari Sang Pemberi Rezeki.

Apa Sebenarnya Istidraj Itu?

Secara sederhana, istidraj adalah jebakan berupa limpahan nikmat. Allah membiarkan seorang hamba terus berbuat dosa. Namun, Allah tidak langsung memberinya hukuman. Sebaliknya, Allah membukakan pintu-pintu kesenangan dunia untuknya. Tujuannya bukan untuk memuliakan. Melainkan untuk membuatnya semakin lalai dan sombong. Ketika ia berada di puncak kenikmatannya, Allah akan menimpakan azab secara tiba-tiba.

Bayangkan seseorang yang menaiki tangga yang sangat tinggi. Ia merasa hebat setiap kali menapaki anak tangga baru. Namun, ia tidak sadar bahwa di puncak tangga, ia akan didorong hingga jatuh terhempas. Begitulah perumpamaan istidraj. Kenikmatan itu fana. Ia hanya pengantar menuju kebinasaan yang sangat pedih.

Peringatan Keras dalam Al-Qur’an dan Hadis

Konsep istidraj bukanlah karangan semata. Allah SWT telah memberikan peringatan yang sangat jelas di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka telah bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Ayat ini secara gamblang menjelaskan mekanisme istidraj. Pintu kesenangan dibuka lebar saat seseorang melupakan peringatan Allah. Namun, azab yang tiba-tiba datang akan membuat mereka putus asa tanpa harapan.

Rasulullah SAW juga menegaskan hal yang sama dalam sebuah hadis. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)

Hadis ini menjadi pengingat bagi kita semua. Kita harus selalu memeriksa hubungan antara nikmat yang kita terima dengan tingkat ketaatan kita.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Mengenali Tanda-Tanda Seseorang Terkena Istidraj

Kita perlu melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Jangan-jangan, kita sedang berada dalam jebakan istidraj tanpa kita sadari. Berikut adalah beberapa tandanya:

  1. Maksiat Terus Berjalan: Seseorang terus menerus melakukan dosa. Ia tidak merasa bersalah atau menyesal atas perbuatannya.

  2. Rezeki Semakin Melimpah: Meskipun terus berbuat maksiat, urusan dunianya justru semakin lancar. Hartanya bertambah, jabatannya naik, dan kesehatannya terjaga.

  3. Hati Menjadi Keras: Nasihat baik tidak lagi mempan baginya. Hatinya tertutup dari kebenaran dan ia merasa dirinya selalu benar.

  4. Lupa Bersyukur dan Beribadah: Ia melupakan Allah sebagai sumber nikmat. Ibadah terasa berat dan ia semakin jarang mengingat Allah.

    Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Jika tanda-tanda ini ada pada diri kita, kita harus segera waspada. Ini adalah sinyal bahaya yang tidak boleh kita abaikan.

Jalan Keluar dari Jebakan Istidraj

Satu-satunya jalan keluar dari jebakan ini adalah taubat nasuha. Kita harus segera kembali kepada Allah dengan penyesalan yang tulus. Mintalah ampun atas semua dosa yang telah kita lakukan. Berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi. Gunakan nikmat yang Allah berikan untuk jalan ketaatan, bukan kemaksiatan.

Jadikan setiap rezeki sebagai sarana untuk bersyukur. Jika harta bertambah, maka sedekah juga harus bertambah. Jika ilmu bertambah, maka kerendahan hati juga harus meningkat. Dengan begitu, nikmat yang kita terima akan menjadi berkah. Ia tidak akan berubah menjadi istidraj yang membinasakan. Selalulah berdoa agar Allah melindungi kita dari jebakan dunia yang melalaikan ini.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement