Masjid
Beranda » Berita » Mendidik Anak Cinta Masjid: Strategi Jitu di Tengah Gempuran Gadget

Mendidik Anak Cinta Masjid: Strategi Jitu di Tengah Gempuran Gadget

Poto anak anak

Zaman digital menghadirkan tantangan besar bagi orang tua. Layar gawai seolah memiliki magnet yang sangat kuat. Tayangan YouTube dan game online menawarkan hiburan tanpa batas. Kondisi ini membuat banyak orang tua khawatir. Hati anak terasa lebih terpaut pada gadget daripada masjid. Padahal, masjid adalah pusat peradaban dan pendidikan karakter.

Menghadapi tantangan ini, muncul pertanyaan mendasar: bagaimana cara kita menanamkan cinta masjid yang tulus di hati anak? Meskipun terdengar berat, tugas ini bukanlah hal yang mustahil. Dengan bekal kesabaran, kreativitas, dan keteladanan, kita dapat memulai perjalanan untuk menumbuhkan benih cinta tersebut.

Berikut adalah beberapa strategi praktis yang bisa Anda terapkan.

1. Mulai dari Keteladanan Orang Tua

Langkah paling fundamental untuk mendekatkan anak pada masjid dimulai dari diri kita sendiri. Sebab, anak adalah cerminan langsung dari orang tuanya. Mereka belajar jauh lebih efektif dari apa yang mereka lihat, bukan sekadar dari apa yang mereka dengar. Ketika orang tua menunjukkan semangat tulus untuk ke masjid, anak pun akan merasakan energi positif itu dengan sendirinya

Seorang pakar parenting pernah berkata, “Anak adalah peniru ulung. Mereka tidak melakukan apa yang kita suruh, tetapi meniru apa yang kita lakukan.”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Saat azan berkumandang, segera hentikan aktivitas Anda. Tunjukkan antusiasme untuk bersiap ke masjid. Ajak anak dengan lemah lembut. Jangan memaksa atau membentak. Biarkan mereka melihat bahwa masjid adalah tempat yang penting dan dirindukan oleh Anda.

2. Perkenalkan Masjid Sejak Usia Dini

Jangan menunggu anak besar untuk membawanya ke masjid. Ajak mereka sejak masih kecil. Biarkan mereka terbiasa dengan suasana masjid. Suara orang mengaji, jamaah yang ruku dan sujud, serta ketenangan di dalamnya. Pengalaman ini akan terekam kuat dalam memori mereka.

Tentu, anak kecil mungkin akan sedikit berlari atau bersuara. Pilih waktu yang tepat untuk membawa mereka. Misalnya saat shalat yang tidak terlalu ramai. Atau saat ada kajian anak-anak. Carilah masjid yang ramah anak. Masjid seperti ini biasanya menyediakan ruang bermain kecil.

3. Jadikan Masjid Tempat yang Menyenangkan

Hindari menciptakan citra masjid sebagai tempat yang kaku dan penuh larangan. Sebaliknya, bangun asosiasi positif tentang masjid. Hubungkan masjid dengan pengalaman yang menyenangkan.

Misalnya, setelah dari masjid, ajak anak makan es krim. Atau belikan mereka camilan kesukaan mereka. Katakan bahwa ini adalah hadiah karena mereka sudah bersemangat ke masjid. Dengan begitu, otaknya akan mengaitkan masjid dengan kebahagiaan.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Seorang pengurus masjid menuturkan, “Jadikanlah masjid sebagai rumah kedua bagi anak-anak kita. Tempat mereka merasa aman, dihargai, dan menemukan kebahagiaan.”

4. Libatkan Anak dalam Kegiatan Masjid

Anak merasa penting saat mereka dilibatkan. Cari tahu kegiatan anak yang ada di masjid sekitar Anda. Daftarkan mereka pada kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Ikutkan mereka dalam lomba-lomba Islami. Atau ajak mereka dalam kegiatan sosial masjid.

Misalnya, saat pembagian takjil di bulan Ramadhan. Ajak anak untuk ikut membantu membagikannya. Pengalaman ini mengajarkan mereka tentang kepedulian. Mereka juga akan merasa memiliki masjid tersebut. Masjid bukan lagi hanya tempat shalat orang dewasa.

5. Bangun Lingkaran Pertemanan di Masjid

Gadget dan YouTube menarik karena ada aspek sosial di dalamnya. Anak bisa berinteraksi dengan teman saat bermain game online. Kita bisa menciptakan ekosistem serupa di dunia nyata. Caranya adalah dengan membangun lingkaran pertemanan di masjid.

Kenalkan anak Anda dengan teman-teman sebayanya di masjid. Dorong mereka untuk bermain bersama di halaman masjid setelah shalat. Ketika anak punya teman di masjid, ia akan lebih semangat untuk datang. Masjid menjadi tempat bertemu dan bersosialisasi yang positif.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

6. Dialog dan Jelaskan Maknanya

Seiring bertambahnya usia, anak butuh pemahaman. Ajak mereka berdialog. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah mereka pahami. Jelaskan mengapa kita harus ke masjid. Ceritakan keutamaan shalat berjamaah. Sampaikan pahala setiap langkah menuju rumah Allah.

Anda juga bisa menceritakan kisah-kisah inspiratif. Misalnya, kisah para nabi atau sahabat yang sangat cinta masjid. Cerita memiliki kekuatan luar biasa untuk menyentuh hati. Ini jauh lebih efektif daripada sekadar perintah.

7. Apresiasi Setiap Usaha Mereka

Jangan menuntut kesempurnaan. Apresiasi setiap langkah kecil yang anak lakukan. Ketika mereka mau ikut ke masjid meski mengantuk, berikan pujian. Ketika mereka bisa menjaga ketenangan, berikan acungan jempol.

Penghargaan tidak harus selalu berupa materi. Pelukan hangat, ucapan terima kasih, atau senyuman tulus sudah sangat berarti. Ini akan memotivasi mereka untuk terus menjadi lebih baik.

Kesimpulan

Menautkan hati anak pada masjid adalah sebuah perjalanan. Ini adalah investasi akhirat yang sangat berharga. Proses ini memang tidak mudah di tengah gempuran teknologi. Namun, dengan keteladanan, kesabaran, dan strategi yang tepat, kita bisa berhasil. Mulailah dari rumah, libatkan lingkungan, dan teruslah berdoa. Insya Allah, kita akan melahirkan generasi Rabbani yang hatinya selalu terpaut pada masjid.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement