SURAU.CO. Siapa yang tak kenal dengan sosok pria berjas hitam, berkacamata, dan memakai peci yang menghiasi sampul buku Iqro’? Ia adalah KH. As’ad Humam, tokoh sentral di balik metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang revolusioner.
Metode Iqro’ telah menjadi pintu gerbang bagi jutaan anak-anak muslim nusantara bahkan di seluruh dunia untuk mengenal dan mencintai kitab suci mereka. tulisan ini akan mengupas tuntas kisah hidup dan perjuangan sang penemu metode Iqro’.
Mengenal Sang Penemu Metode Iqro’
KH. As’ad Humam lahir pada tahun 1933 di Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Kotagede merupakan sebuah kota bersejarah yang menjadi pusat pergerakan dan kebudayaan Muhammadiyah.
Beliau lahir dari keluarga yang taat beragama dan aktif dalam pendidikan Islam. Nama “Humam” diambil dari nama ayahnya, Humam Siradj, seorang pengusaha sukses. Sejak kecil, As’ad tumbuh dalam lingkungan yang mendukung pendidikan agama.
Pendidikan dan Perjalanan Hidup
As’ad Humam mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Kleco, lalu melanjutkan ke SMP Negeri di Ngawi. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMA dan Pesantren Mualimin Yogyakarta. Sayangnya, kecelakaan saat remaja mengubah jalan hidupnya.
Pengapuran tulang belakang dini memaksanya berhenti dari Mualimin. Kondisi ini membatasi geraknya, namun tak memadamkan semangat belajarnya. Kondisi fisik yang terbatas ini justru menjadi titik balik. As’ad Humam kemudian menemukan cara untuk berkontribusi bagi umat Islam.
Selain pendidikan formal, As’ad juga belajar di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta yang berafiliasi ke organisasi Nahdlatul Ulama, berbeda dengan organisasi yang diikutinya, Muhammadiyah. Hal ini bagi As’ad tidak menjadi masalah justru malah sebaliknya bisa menunjukkan keterbukaan wawasan dan semangat belajarnya yang tinggi.
Terinspirasi Metode Qiro’ati
Setelah meninggalkan bangku pendidikan, As’ad Humam mencoba peruntungan sebagai pedagang perhiasan imitasi di Pasar Beringharjo. Di sana, ia bertemu dengan tokoh penting, KH. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang.
KH. Dahlan Salim Zarkasyi adalah penemu metode Qira’ati dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an. Pertemuan ini menginspirasi As’ad untuk terjun ke dunia pendidikan Al-Qur’an. Ia sempat menggunakan metode Qira’ati, namun merasa perlu ada penyempurnaan.
Lahirnya Metode Iqro’: Inovasi dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Dalam suasana yang sederhana, di bawah pohon jambu di dekat rumahnya, As’ad mulai mengembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif. Ia merancang pendekatan yang praktis dan ramah anak. Hasilnya adalah metode Iqro’, yang menekankan praktik langsung dan kemandirian belajar. Metode ini diberi nama Iqro’, yang berarti “bacalah”. Ini mengacu pada wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, yakni QS. Al-‘Alaq ayat 1-5.
Metode Iqro’ berbeda dari metode lama yang cenderung lambat. Iqro’ lebih interaktif dan sistematis. Anak-anak diajak langsung mengenal huruf dan membacanya tanpa harus menunggu hafalan. Metode Iqro’ terbukti efektif untuk pembelajaran Al-Qur’an di berbagai daerah.
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang menarik. Buku Iqro’ memiliki 10 sifat, yaitu bacaan langsung, membuat santri menjadi aktif, dapat diajarkan privat/klasikal, tersedia modul, asistensi, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel. (As’ad Humam, Buku Iqro: Cara Cepat Belajar Membaca Alquran, 2000).
Setelah metode Iqro’ selesai, KH. As’ad Humam mendirikan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di Kotagede. Ini menjadi fondasi pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak.
KH. As’ad Humam Adalah Simbol Ketekunan
KH. As’ad Humam kembali ke Rahmatullah pada 2 Februari 1996. Menteri Agama RI saat itu, Tarmizi Taher, menyebutnya sebagai “Pahlawan Penyelamat Al-Qur’an”. Beliau telah menyelamatkan umat Islam dari buta huruf Al-Qur’an.
Hingga kini, foto KH. As’ad Humam menghiasi sampul buku Iqro’. Ia adalah simbol ketekunan dan ketulusan. Perjuangannya adalah warisan abadi yang terus bermanfaat bagi umat Islam.
Mari kita teladani semangat juang KH. As’ad Humam. Kita juga dapat berkontribusi dalam menyebarkan kebaikan. Dengan demikian, kita akan mendapat pahala jariyah dari Allah SWT.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
