Surau.co Musim liburan telah tiba. Hidup modern dengan gaya yang serba cepat dan makin terfokus pada bidang masing-masing menciptakan semacam alienasi. Kita nyaris hidup seperti mesin. Semua terprogram secara kaku, sistem dan algoritma kecerdasan buatan dengan masif merancangnya. Karena itu, manusia butuh oase. Di antaranya adalah pasar hewan dan tanaman—ruang tempat kita kembali terhubung dengan banyak orang, hewan peliharaan, dan tumbuhan.
Di Yogyakarta, ruang tersebut hadir dalam wujud Pasar Pasty Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat jual beli, namun juga ruang perjumpaan yang menenangkan. Terletak di kota budaya yang kaya, pasar ini berpadu dengan tradisi adiluhung, serta menjadi lahan interaksi antara manusia dan makhluk hidup yang sering terlupakan. Aktifitas seperti berkebun dan merawat hewan bukan sekadar hobi, tetapi juga terapi alami yang meredakan stres, memulihkan jiwa, serta mengasah estetika dalam ruang yang dirancang penuh budaya.
Sejarah dan Lokasi Strategis Sentra Flora dan Fauna
Istimewanya Pasar Pasty Yogyakarta berasal dari akar sejarahnya. Pasar ini awalnya dikenal sebagai Pasar Ngasem sejak 1809—pusat jual burung dekat Tamansari. Namun sejak 22 April 2010, semua aktivitas dipindahkan ke lokasi baru di Dongkelan.
Karena jaraknya hanya lima kilometer dari Malioboro, pasar ini mudah dicapai dalam 15 menit. Aksesnya bertambah dengan jalur Trans Jogja, serta halte Portable Pasty 2 dan Simpang Dongkelan.
baca juga: Doa Dimudahkan Melunasi Hutang Sebesar Gunung
Ragam Pilihan di Pusat Tanaman dan Satwa
Sebagai ikon kota budaya, Pasar Pasty Yogyakarta menawarkan pilihan hewan seperti burung, kelinci, ikan, kucing, bahkan reptil eksotis. Sementara itu, pilihan tanaman hiasnya beragam: bonsai, sukulen, anggrek, maupun bunga tropis, lengkap dengan alat berkebun. Tidak heran jika tempat ini selalu ramai, terutama setiap akhir pekan.
Suasana dan Fasilitas di Kawasan Pasar Hewan dan Tanaman
Suasana di Pasar Pasty terasa sejuk karena pepohonan rindang menaunginya. Selain area penjualan, tersedia fasilitas musala, toilet bersih, dan kios kuliner. Lingkungan ini kondusif untuk keluarga dan siapa saja yang butuh jeda dari ritme kota.
Manfaat Terapi dari Interaksi Alam & Hewan
Terapi Hewan
Riset terbaru menunjukkan bahwa interaksi rutin dengan hewan terapi menurunkan hormon stres dan meningkatkan hormon positif seperti oksitosin dan dopamin. Sebagai contoh program terapi anjing kampus, mahasiswa dilaporkan punya tingkat stres dan depresi lebih rendah setelah beberapa sesi interaksi tidak terstruktur. Selain itu, hewan terapi seperti kucing juga menunjukkan efek positif dalam meningkatkan suasana hati dan toleransi sosial .
Terapi Tanaman
Analisis terbaru menunjukkan terapi hortikultura menurunkan kecemasan hingga signifikan, bahkan pada pasien psikiatri. Sementara itu, praktik hortikultura di komunitas menaikkan kesejahteraan psikologis, self-esteem, dan keterhubungan sosial melalui program P.L.A.N.T.S
Biophilia dan Ecotherapy
Teori biophilia modern menegaskan bahwa manusia secara alami punya kebutuhan untuk terhubung dengan alam.
Green exercise—aktifitas fisik di tengah ruang hijau—telah terbukti memperbaiki mood dan self-esteem dalam studi besar. Sedangkan ecotherapy dan garden-based interventions juga menunjukkan efek positif dalam penanganan trauma dan kesehatan mental .
baca juga:Akademisi ITB: Banyak Manfaat Terapi Hutan di Era New Normal
Mengapa Sentra Flora dan Fauna Menjadi Healing Space Ideal
Karena Pasar Pasty Yogyakarta menyajikan kombinasi terapi hewan dan tanaman dalam satu lokasi, ia menjadi healing space alami. Aktivitas ringan seperti menyentuh tanah, memelihara burung, atau memilih bunga, memicu relaksasi mental dan emosional. Lingkungannya yang indah dan kultural mempermudah pengunjung untuk masuk ke suasana mindfullness tanpa stigma medis.
Lebih jauh, pasar ini juga mengasah rasa estetika melalui tata letak artistik, keanekaragaman bentuk dan warna tanaman, serta interaksi dengan budaya lokal. Inilah perpaduan antara fisik, mental, sosial, estetika, dan budaya—menjadikan Pasar Pasty bukan sekadar ruang jual beli, tetapi ruang pemulihan komprehensif.
Di tengah dunia yang makin dingin oleh algoritma dan layar digital, kehadiran Pasar Pasty menjadi pengingat nyata bahwa hidup tak melulu soal efisiensi dan kecepatan. Kita kembali belajar menatap mata hewan, memegang tanah, mendengar bisik dedaunan, serta bertukar senyum dengan pedagang tanaman.
Interaksi ini membangkitkan rasa merawat, mengasihi, dan menghayati. Pasar ini pun menjadi ruang estetika dan budaya—menumbuhkan kepekaan melalui keindahan alam dan warisan tradisi.
Dengan demikian, Pasar Pasty Yogyakarta menjadi perhentian bermakna bagi jiwa-jiwa urban. Tempat dimana kita bernapas lebih lambat, hidup lebih dalam, dan menjadi lebih manusiawi—sebuah oase di tengah kepungan zaman serba cepat.(Abi Elfausto)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
