Surau.co. Turutan Iqra’ adalah metode bertingkat dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an yang menggunakan buku Iqra’ sebagai acuan utama. Metode ini telah menjadi fondasi utama dalam pembelajaran Al-Qur’an anak-anak di berbagai pelosok Nusantara.
Turutan sendiri berarti proses menyetor bacaan secara bertahap kepada guru. Anak-anak tidak bisa berpindah ke halaman atau jilid berikutnya sebelum mendapatkan pengesahan dari guru ngaji.
Sejarah
Metode Iqra’ di kembangkan oleh KH. As’ad Humam bersama Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid (AMM) di Yogyakarta pada tahun 1988. As’ad Humam, melalui metode Iqro’, berhasil menyederhanakan cara belajar membaca Al-Quran, sehingga lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak.
Metode ini tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di negara-negara serumpun seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Namun dalam waktu singkat, metode ini menyebar ke seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.
Menurut data Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI tahun 2023, metode Iqra’ digunakan oleh lebih dari 90% dari 127.000 TPQ di seluruh Indonesia. Penyebarannya bahkan telah menjangkau komunitas Muslim Indonesia di Malaysia, Brunei, dan Australia.
Klasifikasi Turutan Iqra
Turutan adalah metode klasik atau tradisional dalam belajar membaca Al-Qur’an. Ciri khas dari metode Turutan adalah penekanan pada:
a. Mengeja huruf hijaiyah:
Anak-anak diajarkan untuk mengeja setiap huruf hijaiyah satu per satu sebelum membentuk kata.
b. Fokus pada kefasihan:
Metode ini lebih menekankan pada kefasihan dalam melafalkan huruf hijaiyah dengan baik dan benar.
Sedangkan Iqra’ (اقْرَأْ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “bacalah” atau “recite”. Dalam konteks pembelajaran Al-Qur’an, Metode Iqra’ adalah metode modern yang dikembangkan untuk mempermudah dan mempercepat proses belajar membaca Al-Qur’an.
Berbeda dengan Turutan, metode Iqra’ memiliki karakteristik sebagai berikut
a. Pendekatan langsung:
Metode ini tidak lagi menekankan pengejaan per huruf, melainkan langsung pada pengenalan bunyi huruf dan suku kata.
b. Bertahap:
Iqra’ disusun dalam beberapa jilid, biasanya 1 sampai 6 yang tingkat kesulitannya meningkat secara bertahap.
c. Cepat dan efisien:
Iqra’ dirancang agar anak-anak atau pemula bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dalam waktu yang relatif singkat.
D. Penekanan pada makhorijul huruf dan tajwid:
Meskipun cepat, metode ini juga tetap memperhatikan kaidah-kaidah tajwid dan makhraj huruf (tempat keluarnya huruf).
Hubungan Turutan dan Iqra’
Meskipun berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama: mengajarkan cara membaca Al-Qur’an. Jika Turutan adalah metode lama yang lebih fokus pada ketelitian melafalkan huruf, Iqra’ adalah metode yang lebih baru dan populer karena efisiensi dan kemudahannya.
Secara sederhana, “Turutan Iqra'” bisa diartikan sebagai perbandingan atau transisi dari cara belajar membaca Al-Qur’an secara tradisional (Turutan) ke cara yang lebih modern dan populer (Iqra’).
Tradisi Turutan Iqra’
Turutan Iqra’ bukan sekadar teknik membaca, tetapi juga menjadi tradisi pembelajaran yang kental dengan nilai kedisiplinan. Anak-anak akan membaca secara langsung di hadapan guru, yang akan mengoreksi dan menilai bacaan mereka.
Proses ini mengajarkan ketekunan, kejujuran, dan akhlak terhadap guru. Setiap santri hanya bisa naik ke halaman selanjutnya jika telah menguasai bacaan sebelumnya dengan baik. Tradisi ini juga mempererat hubungan emosional antara guru dan murid.
Metode Turutan Iqra’
Pendekatan ini bertahap, sehingga anak tidak akan merasa kesulitan menghadapi materi yang terlalu berat di awal. Di sisi lain, sistem ini membuat proses belajar menjadi personal dan lebih efektif.
Menurut Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (2022), metode bertahap seperti Iqra’ mampu meningkatkan daya tangkap santri 70% lebih cepat dibanding metode lama seperti Baghdadiyah. Fleksibilitas metode ini memungkinkan pengajar dari berbagai latar belakang untuk menggunakannya dengan mudah.
Urutan Pembelajaran Metode Iqra’ (Metode Modern/Praktis)
Metode Iqra’ dirancang agar lebih cepat dan efisien, dengan pendekatan langsung pada bunyi huruf dan suku kata, bukan pengejaan. Adapun urutan pembelajaran metode Iqra sebagai berikut:
1. Iqra’ Jilid 1:
o Pengenalan huruf hijaiyah tunggal dengan harakat fathah (bunyi “a”).
o Fokus pada pengenalan bunyi huruf secara langsung (tanpa mengeja).
o Memastikan pengucapan makhraj huruf yang benar.
2. Iqra’ Jilid 2:
o Pengenalan huruf hijaiyah bersambung dengan harakat fathah.
o Mulai belajar bacaan panjang (mad) dengan harakat fathah.
3. Iqra’ Jilid 3:
o Pengenalan harakat kasrah (bunyi “i”) dan dammah (bunyi “u”).
o Membedakan bacaan pendek dan panjang untuk harakat kasrah dan dammah.
4. Iqra’ Jilid 4:
o Pengenalan tanwin (fathatain, kasratain, dammatain: “an”, “in”, “un”).
o Pengenalan huruf sukun (tanda mati) dan tasydid (huruf ganda).
o Latihan membaca kata dan kalimat pendek dengan berbagai harakat dan tanda baca.
5. Iqra’ Jilid 5:
o Pengenalan berbagai hukum bacaan tajwid dasar yang lebih kompleks, seperti:
Huruf mati bertemu huruf hidup.
Qalqalah (pantulan suara).
Mad Jaiz Munfasil dan Mad Wajib Muttasil.
Cara membaca hamzah washal dan alif lam syamsiyah/qamariyah.
o Latihan membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang lebih panjang.
6. Iqra’ Jilid 6:
o Mempelajari hukum tajwid yang lebih rinci dan mendalam.
o Latihan membaca Al-Qur’an secara keseluruhan dengan memperhatikan kaidah tajwid secara menyeluruh.
Perbedaan Utama dalam Urutan Pembelajaran Turutan cenderung lebih lambat dan detail dalam pengejaan per huruf di awal. Meskipun berbeda, keduanya bertujuan untuk menghasilkan pembaca Al-Qur’an yang fasih dan benar.
Pembelajaran Turutan Iqra’
Proses belajar Iqra’ biasanya berlangsung di TPQ, madrasah, masjid, atau rumah guru ngaji. Setiap hari, anak-anak belajar membaca dan menyetor turutan mereka, biasanya antara 30 menit hingga 1 jam.
Guru akan memberikan koreksi bacaan, serta melatih pengucapan huruf dengan makhraj dan tajwid yang tepat.
Menurut Buku Panduan Pembelajaran TPQ Kemenag (2020), kombinasi antara turutan, hafalan, dan praktik langsung menjadikan TPQ sebagai pusat pembentukan karakter Islami sejak dini.
Turutan Iqra’ Masa Kini
Di era digital, metode Iqra’ mengalami adaptasi melalui berbagai aplikasi dan platform daring. Guru-guru juga menggunakan Zoom dan WhatsApp untuk membimbing anak belajar dari rumah.
Badan Litbang dan Diklat Kemenag tahun 2022 menunjukkan lonjakan 45% penggunaan platform digital untuk belajar Al-Qur’an selama pandemi COVID-19 silam.
Peran Guru Ngaji dan Orang Tua
Keberhasilan metode Turutan Iqra’ sangat bergantung pada kualitas guru ngaji dan keterlibatan orang tua. Guru yang sabar, telaten, dan memahami metode ini mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Di sisi lain, peran orang tua dalam mendampingi anak belajar Iqra’ di rumah juga sangat penting. Dukungan emosional dan spiritual dari keluarga mempercepat perkembangan bacaan anak.
Laporan Yayasan Rumah Quran Indonesia (2023) menunjukkan bahwa anak yang mendapat pendampingan orang tua 2–3 kali seminggu saat belajar Iqra’ menunjukkan peningkatan keterampilan 1,5 kali lebih cepat dibandingkan anak yang hanya belajar di TPQ.
Tantangan dalam Penerapan Turutan Iqra’
Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain kurangnya guru ngaji terlatih, minimnya fasilitas TPQ, dan tidak meratanya akses ke buku Iqra’ di daerah terpencil. Di beberapa tempat, santri masih harus belajar di bawah rumah panggung atau tanpa penerangan malam.
Untuk mengatasi ini, sejumlah program pelatihan guru dan distribusi buku Iqra’ gratis dilakukan oleh lembaga zakat, ormas Islam, dan pemerintah. Tujuannya agar anak-anak di seluruh wilayah Indonesia tetap bisa belajar membaca Al-Qur’an.
Program Tebar Iqra’ Nusantara oleh Dompet Dhuafa (2022) telah menyalurkan lebih dari 100.000 buku Iqra’ ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Di sisi lain, Kemenag terus mendorong sertifikasi guru TPQ agar kualitas pengajaran semakin baik.
Dampak Turutan Iqra’ bagi Generasi Muslim
Anak-anak yang melewati proses turutan Iqra’ dengan baik umumnya lebih siap untuk menghafal Al-Qur’an atau mengikuti pelajaran agama lebih tinggi. Mereka juga terbiasa dengan kegiatan spiritual seperti tahlilan, yasinan, dan sholat berjamaah.
Turutan Iqra’ tidak hanya membentuk keterampilan membaca, tetapi juga mencetak pribadi Muslim yang memiliki adab, disiplin, dan semangat menuntut ilmu. Ini menjadi investasi pendidikan jangka panjang dalam keluarga Muslim.
Penelitian oleh Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta (2021) menemukan bahwa 78% anak yang menyelesaikan jilid 6 Iqra’ di usia SD memiliki kecenderungan positif terhadap pembelajaran agama Islam di tingkat lanjut.
Kesimpulan
Turutan Iqra’ merupakan warisan pendidikan Islam yang sangat penting di Indonesia. Metode ini bukan hanya mengajarkan membaca Al-Qur’an, tetapi juga mendidik karakter dan spiritualitas anak sejak usia dini.
Dengan dukungan guru, keluarga, dan teknologi, metode ini akan terus relevan dan berkembang seiring zaman. Menjaga dan memperkuat metode Turutan Iqra’ berarti menjaga masa depan generasi Muslim yang cinta Al-Qur’an. *TeddyNs
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
