SURAU.CO – Banyak orang penasaran dengan fenomena indra keenam. Kemampuan ini sering digambarkan sebagai sebuah kelebihan istimewa. Seseorang seolah bisa melihat hal tak kasat mata. Bahkan, mereka juga mengaku mampu merasakan kejadian di masa depan. Oleh karena itu, hal ini memicu pertanyaan penting bagi seorang muslim. Bagaimana pandangan Islam tentang indra keenam? Apakah hal tersebut nyata? Atau sebaliknya, hanya sebuah khayalan dan tipu daya?
Pada dasarnya, Islam sebagai agama yang sempurna memberikan panduan jelas. Semua persoalan hidup memiliki jawaban dalam Al-Quran dan Sunnah. Tentu saja, ini termasuk mengenai hal-hal gaib dan supranatural.
Memahami Konsep Indra Keenam Secara Umum
Masyarakat umum mendefinisikan indra keenam secara luas. Indra keenam adalah kemampuan persepsi di luar panca indra. Contohnya seperti melihat jin atau roh. Selain itu, ada pula yang mengaku bisa berkomunikasi dengan arwah. Sebagian lagi merasa bisa meramal nasib seseorang.
Meskipun kemampuan seperti ini sering menjadi tontonan menarik, seorang muslim wajib menilainya dengan kacamata syariat. Sebab, hal ini berkaitan erat dengan akidah atau keyakinan dasar.
Pandangan Ulama Mengenai Kemampuan Supranatural
Untuk menjawabnya, para ulama tidak menolak keberadaan hal gaib. Namun, mereka membaginya ke dalam beberapa kategori. Tidak semua kemampuan supranatural berasal dari sumber yang sama. Dengan demikian, penting untuk memahami perbedaan mendasarnya.
1. Firasat: Intuisi Tajam Seorang Mukmin
Pertama, Islam mengenal konsep bernama firasat (firasah). Firasat adalah ketajaman intuisi atau perasaan. Ini merupakan anugerah dari Allah SWT. Firasat biasanya diberikan kepada orang-orang beriman dan bertakwa. Akibatnya, hati mereka bersih sehingga peka terhadap kebenaran.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Hati-hatilah dengan firasat seorang mukmin. Karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.” (HR. Tirmidzi)
Firasat bukanlah kemampuan meramal masa depan. Sebaliknya, ia lebih berupa intuisi kuat yang dibimbing Allah. Misalnya, merasa tidak nyaman terhadap seseorang yang ternyata berniat buruk. Firasat juga tidak bisa dipelajari atau dilatih. Justru, ia datang murni karena kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya.
2. Karamah: Keistimewaan dari Allah untuk Wali-Nya
Selanjutnya, ada juga karamah. Karamah adalah kejadian luar biasa yang Allah berikan. Karamah hanya terjadi pada para wali atau hamba-Nya yang saleh. Tujuannya bukan untuk pamer atau mencari sensasi. Sebaliknya, karamah hadir untuk meneguhkan keimanan atau menolong agama Allah.
Contoh karamah tercatat dalam Al-Quran. Maryam binti Imran menerima makanan langsung dari sisi Allah. Padahal, ia berada di mihrab yang terkunci. Bahkan, pemilik karamah itu sendiri sering kali tidak menyadarinya karena terjadi tanpa dipelajari.
3. Istidraj dan Bantuan Jin
Namun, di sisi lain, inilah sisi gelap yang harus diwaspadai. Sebagian kemampuan “indra keenam” ternyata berasal dari bantuan jin dan setan. Seseorang bisa saja melakukan perjanjian dengan jin. Sebagai imbalannya, jin memberikan informasi atau kemampuan tertentu. Praktik ini jelas termasuk perbuatan syirik dan sangat dilarang dalam Islam.
Terlebih lagi, ada pula konsep istidraj. Istidraj adalah pemberian nikmat oleh Allah untuk menjerumuskannya. Biasanya ini terjadi pada orang yang ahli maksiat. Akibatnya, ia merasa hebat dengan kemampuannya, padahal Allah sedang menangguhkan azab baginya.
Batasan dan Potensi Bahaya Terbesar
Bahaya terbesar dari indra keenam adalah tergelincir pada syirik. Syirik adalah dosa yang tidak terampuni. Hal ini karena meyakini ada selain Allah yang mengetahui hal gaib adalah bentuk kesyirikan. Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran Surah An-Naml ayat 65:
“Katakanlah: ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah’.”
Sejalan dengan itu, ulama terkemuka Buya Yahya sering mengingatkan tentang hal ini. Beliau berkata:
“Ketika seseorang mengaku mengetahui hal gaib, ia telah melampaui batasannya sebagai hamba. Hal gaib mutlak hanya milik Allah. Jika ada bisikan atau penglihatan, uji dengan Al-Quran dan Sunnah. Sering kali itu adalah tipu daya setan untuk menggelincirkan akidah.”
Mengandalkan “penglihatan” atau “bisikan” dapat merusak tawakal. Akibatnya, seseorang tidak lagi bergantung pada Allah, melainkan pada kemampuannya.
Sikap Seorang Muslim yang Tepat
Dengan demikian, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim?
Fokus pada Ibadah. Perkuat iman dan takwa kepada Allah, bukan mencari kemampuan aneh.
Berpegang pada Syariat. Jadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai satu-satunya panduan hidup.
Waspada Tipu Daya. Jangan mudah percaya pada orang yang mengaku punya indra keenam.
Tawakal Penuh. Gantungkan semua urusan hanya kepada Allah SWT. Berdoa dan berikhtiar adalah jalan terbaik.
Kesimpulan
Jadi, pandangan Islam tentang indra keenam sangatlah jelas dan terperinci. Islam mengakui adanya firasat bagi orang mukmin dan karamah bagi para wali. Keduanya adalah anugerah murni dari Allah. Akan tetapi, Islam dengan tegas melarang keras kemampuan dari bantuan jin atau sihir karena dapat menjerumuskan pada dosa syirik. Pada akhirnya, tugas seorang muslim adalah menjaga akidahnya dengan berpegang teguh pada ajaran yang lurus.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
