SURAU.CO – Dalam kehidupan sosial, hadiah sering kali menjadi simbol perhatian dan penghargaan. Akan tetapi, Islam memandang praktik ini jauh lebih dalam. Memberi hadiah bukanlah sekadar tradisi biasa. Pada dasarnya, ia adalah ibadah yang memiliki banyak sekali keutamaan. Oleh karena itu, aktivitas sederhana ini menjadi jembatan ampuh untuk memperkuat ikatan persaudaraan. Sesungguhnya, Allah SWT dan Rasulullah SAW sangat menganjurkan amalan mulia ini.
Artikel ini akan mengupas tuntas keutamaan memberi hadiah dalam Islam. Selanjutnya, kita akan melihatnya dari sudut pandang Al-Qur’an dan Sunnah. Mari kita selami makna spiritual yang tersembunyi di balik sebuah pemberian.
1. Menumbuhkan Cinta dan Kasih Sayang
Pertama-tama, salah satu keutamaan memberi hadiah dalam Islam yang paling utama adalah kemampuannya menumbuhkan cinta. Memang benar, hadiah secara efektif dapat meluluhkan hati. Selain itu, ia juga mampu menciptakan suasana positif di antara sesama muslim. Sebuah pemberian tulus bisa mengubah hubungan yang biasa menjadi lebih erat dan hangat.
Sebagai buktinya, Rasulullah SAW secara lugas menjelaskan dampak langsung dari amalan ini. Itulah sebabnya, beliau mendorong umatnya untuk saling bertukar hadiah demi memperkuat rasa cinta.
Dalam sebuah hadis yang sangat populer, beliau bersabda:
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 594).
Singkatnya, hadis ini menunjukkan sebuah formula yang sangat sederhana namun berdampak besar. Dengan kata lain, aksi memberi hadiah akan menghasilkan reaksi berupa tumbuhnya cinta. Alhasil, praktik ini menjadi cara yang sangat praktis untuk membangun masyarakat yang harmonis sekaligus merekatkan kembali hubungan yang mungkin mulai renggang.
2. Menghilangkan Penyakit Hati
Selanjutnya, keutamaan lain dari memberi hadiah adalah kemampuannya menghilangkan penyakit hati. Sebab, hati manusia memang rentan terhadap berbagai penyakit. Akibatnya, perasaan seperti dengki, benci, atau prasangka buruk bisa merusak persaudaraan. Di sinilah, hadiah berfungsi sebagai penawar yang sangat ampuh untuk penyakit-penyakit hati tersebut.
Pada kenyataannya, ketika seseorang menerima hadiah, hatinya akan merasa dihargai. Kemudian, perasaan benci atau curiga yang ada di dalam dada akan perlahan terkikis. Bahkan, Rasulullah SAW mengonfirmasi hal ini dalam sabdanya. Beliau menyatakan bahwa hadiah dapat menghilangkan kedengkian dari dalam jiwa.
“Salinglah memberi hadiah, karena hadiah itu dapat menghilangkan kedengkian (rasa benci).” (HR. At-Tirmidzi).
Oleh karena itu, memberi hadiah bukan hanya tentang menyenangkan orang lain. Sebaliknya, kita juga sedang membersihkan hati kita sendiri dan hati penerimanya. Dengan demikian, amalan ini menjadi sebuah terapi sosial yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
3. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Memberi hadiah berarti kita turut mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Tentu saja, mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW adalah bentuk kecintaan tertinggi seorang muslim. Karena, beliau adalah teladan terbaik dalam segala aspek kehidupan. Ternyata, memberi dan menerima hadiah merupakan salah satu sunnah beliau yang sering dipraktikkan. Maka dari itu, menghidupkan sunnah ini sudah pasti mendatangkan pahala dan keberkahan.
Rasulullah SAW tidak pernah menolak hadiah yang diberikan kepadanya. Akan tetapi, beliau tidak pernah menerima sedekah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan status yang jelas antara hadiah dan sedekah. Sebagai contoh, Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan kebiasaan Nabi:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 2585).
Dari riwayat ini, kita dapat belajar dua hal penting. Pertama, kita dianjurkan untuk menerima hadiah dengan lapang dada sebagai bentuk penghargaan. Kedua, membalas hadiah tersebut jika kita mampu adalah perbuatan yang sangat baik karena menunjukkan adanya penghargaan timbal balik.
Adab dan Niat yang Harus Dijaga
Namun, untuk memaksimalkan keutamaan memberi hadiah dalam Islam, niat harus dijaga agar tetap lurus. Sesungguhnya, niat yang tulus karena Allah adalah kunci utama diterimanya sebuah amalan.
Berikut adalah beberapa adab penting yang perlu diperhatikan:
Ikhlas karena Allah: Niatkan pemberian hanya untuk mencari ridha Allah dan mempererat ukhuwah.
Jangan Mengharap Balasan: Berilah tanpa berharap imbalan dari manusia. Harapkanlah pahala hanya dari Allah SWT.
Memberi dari yang Kita Cintai: Memberikan sesuatu yang berharga bagi kita tentu memiliki nilai lebih. Allah SWT berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92).
Tidak Meremehkan Hadiah: Jangan pernah merendahkan nilai hadiah, baik saat memberi maupun saat menerimanya.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, keutamaan memberi hadiah dalam Islam sangatlah besar dan mendalam. Jelas sekali, praktik ini bukan sekadar formalitas sosial. Justru, ia adalah amalan bernilai ibadah yang mampu memperkuat cinta, menghilangkan kebencian, serta menjadi sarana mengikuti sunnah Nabi. Oleh sebab itu, mari kita hidupkan kembali sunnah mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mulailah dari hal kecil dengan memberikan hadiah kepada keluarga, sahabat, atau tetangga. InsyaAllah, amalan ini akan membawa keberkahan bagi hubungan Anda di dunia dan menjadi tabungan pahala di akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
