Mode & Gaya
Beranda » Berita » Stres yang Tertular Tanpa Kamu Sadari: Kenali Secondhand Stress

Stres yang Tertular Tanpa Kamu Sadari: Kenali Secondhand Stress

Secondhand Stress
Secondhand Stress

Apa Itu Secondhand Stress?

SURAU.CO – Secondhand stress adalah bentuk stres yang tidak berasal langsung dari pengalaman pribadi, namun muncul akibat kontak emosional dengan orang lain yang sedang mengalami stres. Melalui proses yang disebut emotional contagion, kita bisa “menangkap” perasaan negatif dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh, saat rekan kerja murung saat rapat, kamu bisa menjadi cepat lelah, gelisah, atau kesulitan fokus meski situasi secara materi tetap normal. Penelitian di Research in Organizational Behaviour menunjukkan bahwa rangsangan visual, auditori, dan bahkan aroma bisa memicu respons hormonal yang menyerupai kondisi stres langsung—ini membuktikan secondhand stress tidak bisa disepelekan.

Bagaimana Secondhand Stress Mempengaruhi Kita?

Ketika kamu sering berada di lingkungan yang penuh tekanan, tubuh membuat reaksi fisik seperti jantung berdebar, napas cepat, dan otot kaku. Lama-kelamaan, kamu bisa mengalami gangguan tidur, kelelahan, perubahan pola makan, hingga iritabilitas. Beberapa orang melaporkan mengalami stres akut jika terlalu dekat dengan orang yang sedang emosional, misalnya situasi keluarga yang sedang konflik atau rekan kerja yang baru saja mendapat kabar buruk.

Secondhand stress juga bisa membuatmu skeptis terhadap interaksi, bahkan dengan orang yang sebenarnya tidak bermasalah. Kamu bisa jadi lebih cepat menghindar, menjaga jarak, atau merasa enggan mendekat meski itu hanya rekkan kerja biasa.

Gejala Khas Secondhand Stress

Kamu bisa mengenali secondhand stress melalui beberapa tanda berikut:

  • Kesulitan tidur setelah berada di dekat orang stres

    Riyadus Shalihin: Buku Panduan Kecerdasan Emosional (EQ) Tertua Dunia

  • Fisik tegang, misalnya leher kaku atau sakit kepala

  • Fleksibilitas emosional menurun, cepat marah atau mudah menangis

  • Plutchik perubahan emosional, dari halus jadi gelisah tanpa sebab

  • Kebiasaan tak sadar, seperti menggigit kuku saat ngobrol dengan seseorang yang stres

Tanda-tanda ringan berupa merasa enggan menyapa orang tertentu sampai munculnya gejala fisik. Ketika tanda-tanda ini muncul, itu sinyal bahwa stres lingkungan sudah masuk ke dalam diri kita.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Mengapa Kita Rentan?

Secara evolusi, manusia punya kecenderungan untuk “menyesuaikan” diri dengan emosi orang lain agar aman. Namun, dalam kehidupan modern, tubuh sering salah menilai ambang emosi dan ikut mendapati stres yang seharusnya tidak kita alami. Hubungan dekat seperti anggota keluarga atau teman dekat membuat kita lebih peka terhadap perubahan emosi mereka—ini tidak selalu menguntungkan, apalagi jika kita tidak menyaringnya secara sehat.

Strategi Mengatasi Secondhand Stress

1. Sadar dan Akui

Langkah pertama adalah menyadari bahwa apa yang kamu rasakan tidak selalu berasal dari dirimu. Luangkan waktu singkat untuk mengevaluasi “Apakah stres ini milikku atau mereka?”

2. Bangun Batas Emosional

Belajarlah mengatakan, “Aku butuh jeda dulu,” saat kamu merasa terbawa arus emosinya. Mengambil jarak fisik dan mental membantu mengembalikan keseimbangan.

3. Dengarkan tanpa Menelan Beban

Jika teman butuh curhat, dengarkan dengan empati, lalu bantu secara praktis—bukan menangis bersama atau ikut stres. Ingat bahwa tugasmu adalah mendukung, bukan menyerupai perasaan mereka.

4. Gunakan Teknik Mindfulness

Terapkan napas dalam selama 2–3 menit setelah bertemu orang stres. Apa pun tempatnya: di meja kerja, kamar, atau di mobil. Teknik sederhana ini mampu mengurangi efek hormon stres dan meredakan ketegangan emosional.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

5. Fokus pada Lingkungan Positif

Tingkatkan paparan pada situasi yang menyenangkan—kalau perlu tambahkan afirmasi positif, trekking di taman, atau mendengarkan musik santai. Emosi positif juga menular, dan kamu bisa menjadi sumber presisi positif di sekitarmu.

6. Ambil Jeda Rutin

Dedikasikan waktu harian untuk dirimu sendiri. Bisa berupa meditasi, journaling, atau sekadar jalan kaki. Fokuskan pada keheningan atau aktivitas ringan yang memberi jeda dari tekanan eksternal.

7. Terapkan Kebiasaan Hidup Sehat

Olahraga, tidur cukup, nutrisi seimbang, dan hidrasi maksimal menjaga resilien emosionalmu. Ketika tubuh secara fisik sehat, efek stres dari luar jadi lebih mudah ditolak.

Dampak Positif dari Pengelolaan Emosi

Ketika kamu berhasil mengelola secondhand stress, dampaknya tak hanya terasa secara individu, tapi juga sosial. Kamu jadi lebih enerjik, tenang saat menemui orang lain, dan tetap bisa membantu tanpa kehilangan diri sendiri. Interaksi juga jadi lebih sehat: kamu memberikan dukungan, bukan ikut terbebani.

Dalam jangka panjang, kemampuan membedakan stres pribadi dan stres lingkungan melatih kamu menjadi lebih bijak, tangguh, dan mampu menjaga kesejahteraan mental dalam situasi apa pun.

Kesimpulan

Secondhand stress adalah fenomena nyata yang dialami banyak orang. Stres ini bukan karena pikiranmu sendiri, melainkan efek dari lingkungan emosional orang lain. Untungnya, kamu bisa mengatasinya melalui kesadaran diri, teknik mindfulness, membangun batas sehat, dan menerapkan gaya hidup sehat. Dengan begitu, kamu tidak hanya menjaga diri, tapi juga menjadi agen perubahan positif di tengah orang-orang di sekitarmu. (AE).


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement