Beranda » Berita » Guru Adalah Cahaya, Hormat Adalah Jalannya

Guru Adalah Cahaya, Hormat Adalah Jalannya

SURAU.CO. Jagat media sosial baru-baru ini heboh dengan berita yang memilukan dari dunia pendidikan. Seorang siswa SMA Negeri 4 Kota Kupang, NTT, berinisial YA, terpaksa dikembalikan kepada orang tuanya. Ia melakukan tindakan kekerasan terhadap gurunya sendiri. Ironisnya, tindakan itu terjadi karena teguran guru. Siswa tersebut tidak terima dan kemudian justru membalasnya dengan kekerasan sehingga guru tersebut mengalami luka-luka.

Peristiwa ini cukup mengejutkan dan memprihatinkan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi di sekolah? Sekolah adalah tempat tumbuh kembang nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya menjadi ruang yang aman dan menyenangkan. Di sana seharusnya terjadi pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai kebaikan. Namun, kini justru hadir ironi yang menyakitkan.

Kupang: Alarm Bagi Pendidikan Kita

Kejadian ini harus menjadi bahan introspeksi bersama. Kita perlu menjawab beberapa pertanyaan penting. Di mana letak kekeliruannya? Apakah ini murni kesalahan individu? ataukah akibat lemahnya peran keluarga atau mungkin juga sebab kurangnya pendidikan agama? Atau, apakah sistem pendidikan kita yang salah? Mungkin sistem pendidikan kita hanya mengedepankan aspek kognitif? Mungkin sistem kita abai terhadap pembentukan akhlak dan karakter?

Kita harus melakukan muhasabah diri secara kolektif maupun kontemplatif. Pendidikan lebih dari sekadar pencapaian akademik. Pendidikan sejatinya bukan hanya sekadar tentang angka-angka, nilai ujian, atau gelar akademik.

Lebih dari itu, pendidikan adalah proses pembentukan karakter, penanaman nilai, dan pembiasaan akhlak yang mulia. Ia menjadi jalan untuk menumbuhkan kepribadian yang utuh—berilmu, berakhlak, dan bertanggung jawab. Tanpa muhasabah yang jujur dan mendalam, kita berisiko terjebak pada rutinitas formal tanpa makna substantif dalam dunia pendidikan

Hari Guru Nasional: 25 Ucapan Penuh Makna untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Agama dan nilai-nilai spiritual harus menjadi pilar utama. Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan guru. Rasulullah SAW adalah guru terbesar umat manusia. Beliau memberi contoh betapa pentingnya menghargai orang yang memberikan ilmu.

Guru: Digugu lan Ditiru

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah; niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menegaskan derajat orang berilmu dan beriman akan ditinggikan oleh Allah. Ilmu harus dihormati, begitu pula orang yang menyampaikannya.

Dalam budaya Jawa, guru adalah sosok “digugu lan ditiru”. Guru bukan hanya mengajar di kelas. Guru memberi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menghormati guru bukan hanya kewajiban moral. Menghormati guru adalah bagian dari menghormati ilmu itu sendiri.

Sobat Ngajar dan Generasi Z: Adaptasi Guru di Era Digital

Degradasi Nilai: Tantangan Terbesar di Era Modern

Sayangnya, realitas saat ini menunjukkan degradasi nilai. Masyarakat kini mulai mengabaikan penghormatan yang semestinya tertuju kepada sebuah profesi bernama guru. Padahal, guru mendidik, membimbing, dan membentuk karakter. Sekolah dan keluarga harus memperkuat pendidikan karakter dan nilai-nilai agama serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kita perlu mengajak orang tua untuk lebih aktif membimbing anak di rumah. Lingkungan keluarga adalah madrasah pertama dan utama. Di sanalah orang tua dan guru menanamkan akhlak mulia. Jika mereka mendidik anak dengan hormat, kasih sayang, dan disiplin, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Anak pun akan belajar menghargai sesama dan menghormati guru.

Membangun Kembali Pilar Pendidikan

Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga. Kita harus memperbaiki sistem pendidikan secara menyeluruh. Hormat kepada guru bukan hanya soal etika sosial tetapi juga sebagai perwujudan dari iman dan kesadaran akan pentingnya ilmu.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali dan dunia pendidikan kita kembali menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Selanjutnya ada secercah harapan kita bersama bagaimana adab dan akhlakul karimah harus selalu menjadi pedoman berpendidikan dan berkehidupan. Kita perlu memulihkan kembali peran guru sebagai “cahaya” dan hormat adalah jalan menuju perbaikan pendidikan.(kareemustofa)

Kitab Lubabul Hadis: Menggali Mutiara Nasihat dari Imam Suyuthi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement