Sejarah
Beranda » Berita » Menelusuri Masuknya Islam di Lombok, Dari Sunan Giri Hingga Pedagang Gujarat

Menelusuri Masuknya Islam di Lombok, Dari Sunan Giri Hingga Pedagang Gujarat

Tiga teori masuknya Islam di Lombok
Masjid Bayan Beleq adalah sebuah masjid wetu telu yang terletak di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB).

SURAU.CO. Lombok, sebuah pulau yang indah di Nusa Tenggara Barat. Pulau ini  memiliki julukan yang sangat populer dengan sebutan “Pulau Seribu Masjid”. Julukan ini bukan tanpa alasan. Masjid-masjid megah hingga surau sederhana berdiri kokoh di hampir setiap sudutnya. Hal ini menjadi cermin betapa dalam ajaran Islam di Lombok mengakar di kehidupan masyarakatnya.

Pulau ini secara administratif terbagi menjadi satu kotamadya dan empat kabupaten. Wilayahnya mencakup Kotamadya Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Namun, di balik kemegahan masjid-masjidnya, tersimpan sebuah sejarah panjang. Banyak peneliti telah berupaya mengungkap kapan dan bagaimana Islam pertama kali menyapa tanah Lombok.

Beberapa peninggalan penting tersebut antara lain Masjid Kuno Bayan Beleq, Masjid Kuno Gumantar, Masjid Jami’ Al-Mujahidin Cakranegara, Masjid Kuno Rambitan, Masjid Songak, dan Masjid Kuno Gunung Siu.

Perpaduan Unik Islam dan Tradisi Lokal

Kedatangan Islam di Lombok tidak menghapus budaya yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya, terjadi sebuah dialog yang harmonis antara ajaran Islam dan tradisi lokal. Proses ini melahirkan varian Islam Nusantara yang sangat khas. Para ahli menyebutnya sebagai dialektika budaya yang subur.

Hasil dari perpaduan ini adalah corak Islam yang unik dan esoterik. Berbagai tradisi asli masyarakat Sasak, Samawa, dan Mbojo (disingkat Sasambo) kini bernapaskan nilai-nilai keislaman. Islam dan tradisi Sasambo menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Keduanya berjalan beriringan dan membentuk identitas masyarakat yang kuat. Hingga hari ini, kelestarian tradisi Islam-Sasambo tersebut masih terpelihara dengan baik.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Bukti fisik dari sejarah panjang ini tersebar di seluruh pulau. Peninggalan Islam dapat kita temukan dalam bentuk masjid kuno yang sarat makna. Contohnya adalah Masjid Kuno Bayan Beleq dan Masjid Kuno Rambitan. Selain itu, terdapat pula situs pemakaman bersejarah. Makam Loang Baloq dan kompleks pemakaman raja-raja Selaparang menjadi saksi bisu penyebaran dakwah di masa lampau.

Tiga Teori Masuknya Islam di Lombok

Untuk memahami awal mula penyebaran Islam, kita dapat merujuk pada karya ilmiah. Muhammad Harfin Zuhdi dalam bukunya, Mozaik Islam Awal Mula Islam di Nusa Tenggara Barat, memaparkan tiga teori utama. Setiap teori menawarkan perspektif berbeda mengenai jalur dan waktu kedatangan Islam. Menurutnya  masuknya Islam di Lombok melalui jalur perdagangan abad 13.

Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Lombok sekitar abad ke-13. Para pedagang dari Gujarat dan Arab menjadi pembawa ajaran baru ini. Mereka datang bersamaan dengan gelombang Islamisasi di Perlak dan Samudera Pasai. Teori pertama menyatakan bahwa Islam masuk ke Lombok sekitar pada abad ke-13 bersamaan dengan masuknya pedagang Gujarat ke Perlak, Samudera Pasai, juga dari Arab. Pembawa Islam pada saat itu adalah seorang Muballigh Syaikh Nurul Rasyid yang menikahi Dende Bulan (Dewi Anjani). Mereka melahirkan anak laki yang diberi nama Zulkarnain yang akan menjadi cikal bakal raja Selaparang. Di Batu Layar Ampenan Kota Mataram terdapat makam seorang Arab bernama Sayid Duhri Haddad al-Hadrami yang mengembangkan Islam pada masa Kerajaan Selaparang.

Pengaruh Jawa Abad ke-16

Selanjutnya teori kedua mengemukakan bahwa Islam datang dari arah barat, yakni Jawa. Sunan Prapen, putra Sunan Giri, memegang peran sentral dalam teori ini. Ia diyakini datang ke Lombok pada abad ke-16 bersama Pangeran Sangupati. Teori kedua menyatakan bahwa Islam ke Lombok dari Jawa oleh Sunan Prapen (1548 – 1605). Beliau adalah  putra Sunan Giri Keempat. Ia datang bersama dengan Pangeran Sangupati pada abad ke-16 melalui jalur utara. Hal ini ditandai dengan adanya Lokok Jawa, Ampel Duri, dan Ampel Gading di Bayan Lombok Utara melalui Pelabuhan Carik.

Kemudian teori ketiga menyebut masuknya Islam di Lombok karena arus dari Timur Abad ke-17. Berbeda dari dua teori sebelumnya, teori ketiga menyebutkan jalur timur. Menurut pandangan ini, Islam masuk ke Lombok pada abad ke-17. Para pedagang dan pelaut dari Makassar menjadi penyebarnya. Mereka terlebih dahulu singgah dan menyebarkan Islam di Bima dan Sumbawa sebelum mencapai Lombok. Teori ketiga menyatakan bahwa Islam masuk ke Lombok pada abad yang sama, yakni abad ke-17. Namun kala itu melalui jalur timur, yaitu Pulau Sumbawa yang disebarkan oleh pedagang dan pelaut dari Makasar. Sebagaimana diketahui, Kerajaan Selaparang Islam semula di Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur yang kemudian sekarang dipindah ke bekas ibukota Kerajaan Selaparang Hindu, yaitu Watu Parang Lombok. Teori yang ketiga ini adalah sebagaimana Islam Bima yang datang dari Makasar dan kemudian menuju Lombok. Para ahli menyimpulkan bahwa proses Islamisasi di Lombok kemungkinan besar terjadi secara intensif pada abad ke-16 hingga ke-17. 

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement