SURAU.CO. Kalimat syahadat menjadi gerbang utama bagi seseorang menuju Islam. Persaksian ini merupakan rukun Islam yang pertama dan paling fundamental. Namun, kekuatannya ternyata jauh melampaui sekadar ucapan lisan. Kalimat syahadat adalah ikrar suci yang memiliki bobot luar biasa di hadapan Allah SWT namun menjadi saksi, pelindung, dan penentu nasib seorang hamba di akhirat kelak. banyak kisah tentang dahsyatnya syahadat ini.
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahada yang artinya “ia telah menyaksikan”. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan akan keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai rasulNya. Syahadat yang terdiri dua kalimat kalimat ini populer dengan sebutan Syahadatain. Kalimat pertama merupakan syahadah at-tauhid, dan kalimat kedua merupakan syahadah ar-rasul.
Batu yang Menjadi Saksi
Sebuah kisah menakjubkan menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan sebuah kesaksian iman. Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki kebetulan tinggal di Arafah. Saat itu ia memegang tujuh buah batu. Kemudian ia bergumam, ”Saksikanlah di hadapan Tuhan bahwa saya bersaksi tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah.”
Tidak lama setelah itu, pria tersebut jatuh tertidur. Ia pun mengalami sebuah mimpi yang terasa sangat nyata. Dalam mimpinya, hari kiamat telah tiba dengan suasana yang sangat mengerikan. Pria itu menjalani prosesi pengadilan ilahi. Hasilnya, hakim memutuskan ia harus masuk ke dalam neraka.
Para malaikat membawanya menuju pintu neraka. Namun, sebuah keajaiban terjadi. Salah satu batu yang ia jadikan saksi tiba-tiba menghadang di pintu. Para malaikat tidak mampu menyingkirkan batu tersebut. Mereka mencoba membawanya ke pintu neraka yang lain. Ternyata, kejadian serupa terus berulang. Setiap pintu neraka yang hendak mereka lewati selalu terhalang oleh batu-batu kesaksiannya.
Hingga pintu ketujuh, para malaikat tetap tidak menemukan jalan. Mereka akhirnya membawa laki-laki itu ke bawah Arsy Allah. Para malaikat pun mengadu kepada Tuhan. ”Tuhan kami, Engkau tentunya lebih tahu tentang hamba-Mu yang satu ini. Ia tidak dapat dimasukkan ke dalam neraka.”
Tuhan pun menjawab, ”Hamba-Ku (kepada laki-laki itu), batu-batu itu telah menyaksikanmu, dan tidak menyia-nyiakan hakmu. Apalagi Aku menyaksikanmu.”
Seketika itu, takdir pria tersebut berubah. Allah SWT memerintahkan malaikat untuk memasukkannya ke dalam surga. Namun, pintu-pintu surga ternyata tertutup rapat. Pintu itu baru terbuka setelah kalimat “Laa ilaha illa Allah” datang dan membukakannya. Berkat kesaksian tulusnya, pria itu meraih surga.
Syahadat adalah Amal Terbaik
Kisah tersebut selaras dengan penegasan dari Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa syahadat adalah bagian dari amal kebaikan yang paling utama. Hal ini tertuang dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Al Ghifari.
Sahabat Abu Dzar bercerita, suatu kali ia berkata kepada Rasulullah SAW. “Berikanlah saya amalan yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari api neraka.” Nabi pun menjawab, ”Jika kau berbuat buruk, ikutilah dengan perbuatan baik.” Abu Dzar pun bertanya lagi, ”Apakah kalimat Laa ilaha Illa Allah merupakan suatu amal baik?” Nabi menjawab, ”Ya tentunya. Itu dari yang terbaik.”
Umat Islam wajib tahu beberapa keutamaan mengamalkan syahadat. Hal ini tertuang dalam Kitab Lubabul Hadist. Disampaikan Kiai Kharis, orang yang selalu berdzikir dengan kalimat thayyibah ini akan mendapat kemuliaan khusus. Kelak di akhirat, wajahnya akan bersinar terang. “Rasulullah bersabda barang siapa mengucapkan “La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah” setiap hari sebanyak 100 kali, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan wajahnya seperti malam bulan purnama,” ungkapnya.
Membedah Empat Fondasi Iman dalam Syahadat
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin” menjelaskan lebih dalam. Dua kalimat syahadat mengandung penegasan tentang Dzat Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan kebenaran Rasulullah SAW. Di dalamnya terkandung empat fondasi utama bangunan iman. Imam Ghazali menyebut Syahadat merupakan pondasi utama mengenal Allah SWT. Fondasi ini meliputi sepuluh prinsip esensial untuk mengenal Allah. Prinsip tersebut mencakup pengetahuan tentang wujud-Nya, sifat qidam (terdahulu) dan baqa’ (kekal), serta keyakinan bahwa Allah bukan substansi, materi, atau aksiden. Allah tidak terikat oleh arah dan tidak menempati sebuah tempat. Dia Maha Melihat dan Maha Esa.
Selain itu kalimat Syahadat bagi seorang mukmin dapat mengenali bahwa Allah itu Hidup, Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa. Selain itu Allah juga Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan lain sebagainya. Firman-Nya adalah kebenaran mutlak. Sifat-sifat-Nya suci dari segala hal baru dan bersifat kadim (tidak berawal).
Kemudian kalimat Syahadat adalah kunci mengenal perbuatan Allah SWT. Setiap perbuatan hamba adalah ciptaan Allah. Semua terjadi atas kehendak-Nya, meski manusia diberi ruang untuk berusaha (ikhtiar). Allah adalah pemberi anugerah kepada seluruh makhluk. Dia berhak memberi beban syariat (taklif), bahkan yang di luar kemampuan. Dia juga boleh menyakiti makhluk dan tidak wajib memperhatikan maslahat. Tidak ada kewajiban bagi-Nya kecuali atas dasar syariat. Pengutusan para nabi adalah perkara ja’iz (boleh). Kenabian Muhammad SAW adalah kepastian yang didukung oleh berbagai mukjizat.
Terakhir syahadat adalah mengenal perkara gaib atau sam’iyyat Fondasi terakhir mencakup sepuluh prinsip tentang hal-hal gaib yang hanya bisa diketahui dari wahyu. Ini meliputi keyakinan pada hari pengumpulan (hasyr), hari kebangkitan (nasyr), dan adanya azab kubur. Termasuk juga pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir, jembatan shirat, penciptaan surga dan neraka, serta hukum-hukum terkait kepemimpinan (imamah).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
