Beranda » Berita » Cinta dan Benci dalam Islam: Ukuran Iman yang Lurus

Cinta dan Benci dalam Islam: Ukuran Iman yang Lurus

Cinta dan Benci dalam Islam: Ukuran Iman yang Lurus

Cinta dan Benci dalam Islam: Ukuran Iman yang Lurus.

 

“Tidak mencintaimu kecuali seorang musyrik, mubtadi’, atau orang bodoh. Dan tidak membencimu kecuali seorang mukmin sunni salafi yang mencintai para sahabat Muhammad ﷺ.”

Ungkapan di atas, yang muncul dalam bentuk teks Arab pada sebuah gambar, menyiratkan sebuah prinsip penting dalam Islam, yaitu prinsip al-wala’ wal-bara’—loyalitas dan permusuhan karena Allah. Dalam Islam, cinta dan benci bukan sekadar urusan emosi atau selera pribadi, tetapi ia adalah bagian dari iman. Islam mengajarkan bahwa seseorang mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.

Dalam tulisan ini, kita akan mengkaji makna di balik pernyataan tersebut, konteksnya dalam manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, serta bahayanya menyimpang dari kecintaan kepada sahabat Nabi dan warisan mereka yang lurus.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

 

🕌 Cinta kepada Sahabat Nabi: Ciri Ahli Iman

 

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sahabat adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah ﷺ, mendampinginya dalam suka dan duka, serta berjihad di jalan Allah bersama beliau. Mereka lah generasi terbaik umat ini sebagaimana sabda Nabi:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

> “Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat), kemudian yang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang setelah mereka (tabi’ut tabi’in).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Mencintai para sahabat Nabi adalah bagian dari mencintai Nabi Muhammad ﷺ. Sebaliknya, membenci para sahabat—terutama tokoh-tokoh utama seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah—adalah pertanda kebencian terhadap warisan nubuwwah dan penyimpangan dari jalan lurus.

 

💔 Siapa yang Membenci Sahabat?

 

Dalam sejarah Islam, muncul kelompok-kelompok yang menyimpang dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, di antaranya adalah kelompok Syi’ah Rafidhah yang dikenal karena mencela, melaknat, bahkan mengkafirkan para sahabat Nabi, khususnya Abu Bakar dan Umar. Padahal, keduanya adalah sahabat terdekat dan khalifah yang mulia setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Mereka juga menuduh Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan tuduhan keji, padahal Allah sendiri telah mensucikannya dalam Al-Qur’an (QS. An-Nur: 11–26).

Kelompok seperti ini disukai hanya oleh orang yang:

Musyrik: Karena hatinya tertutup dari cahaya tauhid dan kecintaan kepada orang-orang saleh.
Mubtadi’ (Ahli Bid’ah): Karena lebih mengikuti hawa nafsu dan pemikiran sesat dibandingkan petunjuk wahyu.
Jahil (Bodoh): Karena tidak mengetahui sejarah, ilmu, dan prinsip dasar Islam.

Sementara itu, seorang mukmin sunni salafi, yaitu yang mengikuti manhaj salaf (jalan para sahabat dan tabi’in), akan mencintai para sahabat sepenuh hati. Ia tahu bahwa keberislamannya hari ini tidak akan sampai padanya kecuali melalui para sahabat.

 

📚 Imam-Imam Ahlus Sunnah Tentang Kecintaan kepada Sahabat

 

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

> “Jika kamu melihat seseorang mencela salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ, curigailah keislamannya.”
(Al-Bidayah wan Nihayah, Ibn Katsir)

Imam Malik rahimahullah juga mengatakan:

> “Barang siapa membenci salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ, maka ia tidak memiliki bagian dalam Islam.”
(Al-I’tiqad, Al-Lalika’i)

Inilah sebabnya mengapa para ulama Ahlus Sunnah senantiasa menekankan pentingnya mencintai dan mendoakan kebaikan untuk seluruh sahabat, serta menahan lisan dari membahas hal-hal yang mereka perselisihkan, karena mereka adalah manusia terbaik yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya.

 

⚠️ Bahaya Mencela Sahabat

 

Mencela sahabat bukanlah dosa biasa. Ulama telah menjelaskan bahwa mencela sahabat, apalagi mengkafirkan mereka, bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Sebab konsekuensi dari celaan itu adalah:

1. Menuduh Nabi ﷺ gagal mendidik para sahabatnya.
2. Menuduh Al-Qur’an tidak terjaga karena sebagian sahabat adalah perawinya.
3. Merusak seluruh pondasi agama karena seluruh riwayat hadits dan hukum sampai kepada kita melalui para sahabat.

Orang yang mencintai Ahlul Bait (keluarga Nabi) sekalipun, tidak dibenarkan mencela sahabat. Justru para Ahlul Bait sejati mencintai sahabat. Lihatlah bagaimana cucu Nabi ﷺ, Al-Hasan dan Al-Husain, hidup harmonis bersama kaum muslimin, tidak pernah mencela Abu Bakar maupun Umar. Bahkan Ali bin Abi Thalib sendiri menamakan anak-anaknya dengan nama Abu Bakar, Umar, dan Utsman—bukti bahwa permusuhan yang dibangun oleh kaum Rafidhah hanyalah fitnah belaka.

 

✅ Sikap Seorang Mukmin Sejati

 

Seorang mukmin sejati akan:

Mencintai para sahabat, mendoakan mereka, dan mengikuti jejak mereka.
Membenci segala bentuk kebid’ahan yang mencela sahabat.
Menjaga lidah dari berbicara buruk tentang generasi terbaik umat ini.
Mengikuti pemahaman Salafus Shalih dalam beragama, bukan hawa nafsu atau taklid buta kepada tokoh-tokoh sesat.

Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (sahabat) berkata: ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’”
(QS. Al-Hasyr: 10)

 

📝 Penutup: Cinta yang Menyelamatkan

 

Gambar yang menampilkan tokoh tertentu dengan kutipan bahwa hanya musyrik, mubtadi’, dan jahil yang mencintainya bukanlah bentuk kebencian pribadi, tetapi peringatan aqidah. Ini adalah penegasan bahwa mencintai tokoh-tokoh penyebar kebencian terhadap sahabat adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang murni.

Marilah kita mencintai orang-orang yang dicintai Rasulullah ﷺ. Marilah kita menjadi mukmin sunni salafi yang lurus aqidahnya, bersih hatinya, dan teguh mengikuti jalan Nabi dan para sahabatnya. Cintailah sahabat Nabi ﷺ… Maka Allah akan mencintaimu!. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement