Apa Itu Main Character Syndrome?
SURAU.CO – Main Character Syndrome terjadi saat kita memandang diri sebagai tokoh utama dalam setiap momen. Kita menganggap semua orang ada di samping kita. Padahal, setiap orang juga punya ceritanya sendiri.
Seperti saat kamu merasa menjadi pusat perhatian saat workout. Semua mata seakan tertuju padamu. Kamu merasakan dorongan ekstra, tetapi kamu juga kadang lupa memberi ruang untuk orang lain. Situasi seperti ini menggambarkan kondisi mental terpaku pada sorotan—bukan kepedulian.
Apa Penyebabnya?
Main Character Syndrome bisa muncul karena:
- Kecemasan atau rasa tidak aman: Kita butuh pengakuan dan ingin terlihat penting.
- Perasaan rendah diri: Kita berusaha mengangkat citra diri melalui perhatian orang lain.
- Keterkaitan dengan narsisme: Saat main character energy jadi pola yang berulang dan mengabaikan empati.
Pilihan jadi protagonis bisa jadi mekanisme bertahan saat merasa rendah. Namun, jika berlebihan, kamu malah kehilangan kedekatan emosional dan empati.
Apa Dampak Main Character Syndrome?
Jika tidak terkendali, efeknya buruk:
- Menurunkan empati: Kamu terlalu fokus pada diri sendiri.
- Merusak hubungan: Kamu sulit mendengarkan masalah orang lain.
- Meninggalkan kejujuran diri: Kamu tampil berlebihan untuk tampil “sempurna”.
- Membentuk persepsi keliru: Kamu meyakini hidup seperti film, tanpa mengakui realita.
Tanda Kamu Terkena Main Character Syndrome
- Kamu merasa semua mata memusat padamu dan menganggap bahwa kamu sebagai bintang paling bersinar.
- Kamu selalu ingin menjadi perhatian utama.
- Kamu membesar-besarkan pengalamanmu agar terdengar hebat.
- Kamu mengabaikan perasaan teman saat mereka membagikan.
- Kamu sering merasa menjadi tokoh utama di media sosial.
Bagaimana Cara Mengelolanya?
1. Kenali Kapan Waktunya Tampil dan Saatnya Mendukung
Kadang kamu memang jadi tokoh utama. Namun, saat orang lain bercerita atau merayakan, kamu harus pilih jadi “tamu spesial”. Pasihkan waktu untuk merayakan mereka.
2. Fokus pada Keaslian Dirimu
Saat memutuskan bersinar, tanyakan ke diri sendiri: “Apakah ini jujur?” Aksi ini akan membantumu tetap autentik.
3. Berhenti Roketing Diri Sendiri
Saat ingin tampil beda, berlahan-lahan ubah gaya hidup tanpa menghakimi diri. Mulai dengan hal kecil, lalu perluas. Jangan tiba-tiba berubah dramatis.
4. Cermati Dampakmu pada Orang Lain
Coba tanyakan langsung: “Bagaimana aku terlihat saat berbicara tadi?” Jawaban seperti ini membantu memetakan pengaruhmu ke sekitar.
5. Minta Bantuan Profesional Bila Perlu
Jika banyak orang memberi tahu kamu terlalu egois atau kamu stres dengan sorotan, menjadwalkan terapi bisa sangat membantu. Terapis akan membantumu melihat dari segi emosional dan mental.
6. Berlatih Imajinasi Positif
Bayangkan hidupmu seperti cerita yang bisa kamu kendalikan—tentukan bagaimana akhir cerita yang ingin kamu capai. Ini membantu mengarahkan energi positif.
7. Kurangi Ketergantungan pada Media Sosial
Saat kamu stop posting setiap detik, kamu bisa lebih menghargai momen nyata. Hal itu disebabkan bahwa FOMO akan mereda saat kamu hadir sepenuhnya dalam hidup.
8. Pilih Satu Aspek Karakter Yang Ingin Diperdalam
Misalnya, kamu ingin dikenal sebagai orang yang humoris. Fokuslah atur sikap dan bahasanya agar lebih jenaka dan ramah.
Main Character Energy Itu Positif, Tapi…
Main Character Energy bisa jadi bentuk self‑care dan keberanian berekspresi. Namun ketika kamu mulai mengabaikan kebutuhan orang lain, itu berubah jadi egoisme.
Jadi, gunakan energi protagonis sebagai alat positif. Jadilah dirimu, namun tetap peka. Sisakan ruang untuk kehadiran orang lain. Jadikan setiap momen sebagai panggung bersama, bukan hanya dirimu semata.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
