Sosok
Beranda » Berita » Ibnu Katsir: Ahli Tafsir yang Menginspirasi Dunia Islam

Ibnu Katsir: Ahli Tafsir yang Menginspirasi Dunia Islam

Ilustrasi mufassir di masa lampau

SURAU.CO – Ibnu Katsir adalah salah satu ahli tafsir yang menuntun umat Islam memahami ayat-ayat Allah. Beliau sering disebut dalam kajian tafsir Al-Qur’an, hadis, maupun sejarah Islam. Tafsir Ibnu Katsir bahkan menjadi salah satu rujukan utama dalam memahami makna ayat-ayat suci. Namun, siapakah sebenarnya Ibnu Katsir? Bagaimana perjalanan hidupnya hingga dikenal sebagai ulama besar yang ilmunya menembus zaman?

________________________________________________________________________________

Masa Kecil Ibnu Katsir

Nama lengkapnya adalah Imad ad-Din Abu al-Fida Ismail Ibn Umar Ibn Katsir Ibn Zara’ al-Bushra al-Dimasyqi. Ia lahir pada tahun 700 H (1301 M) di Desa Mijdal, wilayah Bushra (Basrah). Sebagaimana umumnya panggilan di jazirah Arab, beliau lantas mendapat julukan “al-Bushrawi”. Ibnu Katsir merupakan putra seorang ulama Syafi’i terkemuka bernama Shihab ad-Din Abu Hafsh Amar Ibn Katsir.

Di masa kecilnya, Ibnu Katsir kehilangan ayahnya. Ia kemudian tinggal dan hidup bersama kakaknya yang bernama Kamal ad-Din Abd Wahhab. Oleh kakaknya tersebut, Ibnu Katsir dibawa ke Damaskus—kota yang kelak menjadi tempat tinggalnya hingga akhir hayat.

Keberuntungan berpihak pada Ibnu Katsir karena Damaskus saat itu berkembang menjadi pusat ilmu pada masa Dinasti Mamluk. Pemerintah, baik di Mesir maupun di Damaskus, sangat mendukung pengembangan studi Islam. Madrasah dan masjid bermunculan, sehingga banyak ulama lahir dan menimba ilmu di sana. Ibnu Katsir tumbuh dalam lingkungan yang sangat kondusif untuk memperdalam agama.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Perjalanan Pendidikan dan Gelar Keilmuan

Ibnu Katsir dikenal cerdas sejak kecil. Pada usia 11 tahun, ia telah menghafal Al-Qur’an. Setelah itu, ia memperdalam ilmu qiraat, tafsir, serta ilmu tafsir langsung dari Syekh Ibnu Taimiyah, ulama besar yang berpengaruh dalam dunia Islam.

Ketekunannya membuahkan hasil. Para ulama memberi beberapa gelar keilmuan kepada Ibnu Katsir, seperti:

  • Al-Hafidz: Hafal lebih dari 100.000 hadis lengkap dengan sanadnya.

  • Al-Muhaddits: Pakar hadis riwayah dan dirayah, ahli menilai cacat atau sahihnya hadis.

  • Al-Faqih: Ahli fikih tingkat tinggi meski belum sampai derajat mujtahid.

    Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

  • Al-Mu’arrikh: Sejarawan andal yang banyak dijadikan rujukan.

  • Al-Mufassir: Ahli tafsir yang memahami ulum al-Qur’an secara mendalam.

Dari semua gelar itu, sebutan al-Hafidz paling sering melekat pada Ibnu Katsir. Hal ini tercermin ketika ulama lain mengutip pendapatnya atau menyebut namanya dalam literatur Islam.

Para Guru yang Membentuk Pemikiran Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menimba ilmu dari banyak guru di Damaskus. Beberapa di antaranya adalah:

  • Burhan al-Din al-Fazari, guru utama dan ulama Syafi’i ternama.

    Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

  • Kamal al-Din Ibnu Qadhi Syuhbah, tempatnya belajar fikih dan tafsir.

  • Dalam bidang hadis, ia belajar dari ulama Hijaz dan mendapat ijazah dari Alwani, juga meriwayatkan hadis langsung dari Huffadz besar seperti Syekh Najm al-Din ibn al-‘Asqalani dan Syihab al-Din al-Hajjar.

  • Untuk sejarah, peranan al-Hafidz al-Birzali sangat penting. Dari kitab Tarikh-nya, Ibnu Katsir banyak mengembangkan penulisan sejarah yang kelak melahirkan karya besar Al-Bidayah wa an-Nihayah.

Karya-Karya Monumental Ibnu Katsir

Ibnu Katsir adalah sosok produktif. Beberapa karya terkenalnya antara lain:

  • Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, tafsir yang paling sering dijadikan rujukan setelah Tafsir at-Tabari.

  • Al-Bidayah wa an-Nihayah, kitab sejarah komprehensif dari masa penciptaan hingga zamannya.

  • Al-Madkhal Ila Kitab as-Sunnah, tentang metodologi sunnah.

  • Ringkasan Ulum al-Hadits li ibn ash-Shalah.

  • Al-Takmil fi Ma’rifat al-Tsiqat wa al-Dhu’afa, memuat kritik rawi.

  • Jami’ al-Masanid, menghimpun sanad-sanad hadis.

  • Al-Kawakibud Darari, ringkasan sejarah yang diambil dari al-Bidayah.

Semua karya itu menunjukkan keluasan ilmu Ibnu Katsir dalam tafsir, hadis, fikih, bahkan sejarah.

Sistematika dan Metode Penafsiran Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menyelesaikan tafsirnya hingga tuntas 30 juz. Ini berbeda dari beberapa mufassir lain seperti Sayyid Rasyid Ridha yang tafsirnya belum rampung. Ia menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai urutan mushaf, dari Al-Fatihah hingga An-Nas. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir kerap menafsirkan satu kelompok ayat yang memiliki hubungan tema (munasabah). Metode ini membantu pembaca memahami konteks ayat secara utuh.

Ibnu Katsir memakai metode tahlili, yaitu mengupas ayat demi ayat dengan menjelaskan kosakata penting, arti global, munasabah, asbabun nuzul, lalu mengaitkan dengan hadis Nabi, pendapat sahabat, tabi’in, serta analisisnya sendiri. Dalam menafsirkan kata huda dalam Al-Baqarah ayat 2 misalnya, Ibnu Katsir menghubungkannya dengan surat Fushilat ayat 44, Isra ayat 82, dan Yunus ayat 57, menunjukkan betapa dia mempraktikkan tafsir Al-Qur’an bil Qur’an.

Selain itu, tafsirnya juga memperlihatkan corak fiqih (hukum), ra’yi (rasional), dan qira’at (perbedaan bacaan).

Akhir Hayat Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya yang bernama Zainab, putri dari al-Mizzi yang juga merupakan gurunya. Ikatan ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga menjadi bukti kedekatan dunia keilmuan yang menyatu dalam kehidupan pribadinya. Bersama Zainab, Ibnu Katsir menapaki hari-harinya di Damaskus, kota yang menjadi saksi perjalanan panjang keilmuan dan pengabdiannya.

Pada akhirnya, setelah menapaki usia yang panjang penuh dengan karya dan kontribusi, Ibnu Katsir wafat pada hari Kamis, tanggal 26 Sya’ban 774 H bertepatan dengan Februari 1373 M di Damaskus. Meskipun raganya telah tiada, warisan intelektualnya terus hidup hingga kini. Kitab-kitabnya masih menjadi pegangan penting bagi umat Islam di seluruh dunia, menempatkannya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah keilmuan Islam hingga hari ini.

________________________________________________________________________________

Kisah Ibnu Katsir memberi teladan tentang bagaimana kesungguhan menuntut ilmu dapat melahirkan karya agung yang abadi. Tafsir dan kitab-kitabnya menjadi pelita bagi jutaan umat Islam dalam memahami wahyu Allah. Inilah mengapa Ibnu Katsir pantas menyandang predikat sebagai salah satu mahaguru peradaban Islam.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement