SURAU.CO. Dalam mempersiapkan Indonesia emas 2045, pendidikan sudah selayaknya menjadi fondasi utama. Melalui pendidikan, individu dapat mengembangkan potensi diri, meningkatkan kesadaran sosial, dan membentuk karakter yang kuat. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pendidikan telah mengalami pergeseran paradigma yang signifikan. Dahulu, banyak orang menganggap pekerjaan ini panggilan mulia dan pengabdian, tapi sekarang banyak yang melihatnya sebagai industri yang bisa mendatangkan keuntungan besar.
Mirisnya lagi, di tengah berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, masih ada saja oknum yang memanfaatkan lembaga pendidikan untuk keuntungan pribadi. Tidak hanya pada lembaga pendidikan swasta, sekolah negeri pun tidak jauh berbeda. Sekolah tidak lagi menjadi tempat membentuk karakter dan menimba ilmu, tetapi sudah menjadi ajang mencari kekuasaan dan kekayaan. Kita patut mempertanyakan eksistensi pendidikan yang seharusnya mencerdaskan bangsa.
Kutipan terkenal dari Tan Malaka, “Pendidikan bertujuan untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan”.Semakin jauh panggang dari api. Pendidikan seharusnya menjadi tempat bertumbuh dan berkembang, tempat mengasah kecerdasan, mengelola pemikiran kritis menjadi manusia seutuhnya. Meski faktanya tidak selalu seideal itu, bahkan hampir sulit menemukan lembaga pendidikan yang ideal. Dibalik tujuan mulia pendidikan, lembaga pendidikan justru menjadi tempat yang bising dengan kepentingan dan ambisi duniawi.
Idealnya, lembaga pendidikan menjadi tempat bertumbuhnya nilai kebangsaan, keilmuan, dan kemanusiaan. Tapi faktanya, masih sering kita dengar lembaga pendidikan justru menjadi tempat awalnya kehancuran masa depan anak. Biaya pendidikan yang semakin tinggi, tidak berbanding lurus dengan kualitas pendidikan yang diterima.
Pendidikan sebagai Pengabdian
Dahulu, masyarakat menganggap pendidikan sebagai ladang pengabdian. Guru dan pendidik dipandang sebagai figur yang mulia, yang tidak hanya mengajar tetapi juga membentuk karakter generasi penerus bangsa. Mereka bekerja dengan dedikasi tinggi, seringkali dengan gaji yang minim, demi memberikan kontribusi pada kemajuan masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan sebagai sumber pendapatan.
Banyak pihak terus menyuarakan kesejahteraan guru dan pendidik. Iwan Fals terinspirasi dari kehidupan guru yang mengenaskan dan menciptakan lagu Oemar Bakri yang laris di pasaran. Banyak orang menganggap lagu ini mewakili suara para guru yang hidup di bawah garis kesejahteraan.
Kekinian kesejahteraan guru mulai membaik, dengan adanya sertifikasi guru. Meski masih banyak cerita dari pelosok negeri tentang perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Diujung-ujung pulau dan dipelosok nusantara masih banyak sekolah tidak layak dan butuh perhatian bersama.
Namun, realitas di perkotaan saat ini menunjukkan bahwa pendidikan telah berubah menjadi industri yang sangat menguntungkan. Banyak institusi pendidikan, baik swasta maupun negeri, kini berlomba-lomba menawarkan program-program unggulan dengan biaya yang tinggi. Ini menimbulkan pertanyaan: Apakah pendidikan masih tentang pengabdian ataukah sudah berubah menjadi bisnis yang mencari keuntungan semata?
Pendidikan sebagai Bisnis
Di era modern ini, pendidikan telah menjelma menjadi industri besar yang melibatkan banyak pihak, mulai dari investor hingga pemasaran. Banyak sekolah dan universitas yang berorientasi pada keuntungan, menawarkan program-program yang mahal dengan janji kualitas yang tinggi. Ini mengakibatkan kesenjangan akses pendidikan, di mana hanya mereka yang mampu secara finansial yang dapat menikmati pendidikan berkualitas.
Selain itu, maraknya lembaga pendidikan yang berorientasi pada profit juga berdampak pada kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak institusi yang lebih fokus pada promosi dan citra baik daripada meningkatkan kualitas pengajaran dan fasilitas. Akibatnya, kualitas pendidikan menjadi tidak merata, dan banyak lulusan yang kurang siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Pendidikan biaya tinggi tidak serta merta menjamin adanya sirkulasi dunia pendidikan yang baik pula.
Dunia Pendidikan menjadi sumber penghasilan melimpah bagi segelintir orang. Jika di swasta Pendidikan berbiaya tinggi dengan segala fasilitas dan program unggulannya. Di sekolah negeri, bantuan dan dana BOS menjadi sumber pendapatan bagi kepala sekolah dari proyek yang diadakan untuk sekolah. Lembaga Pendidikan sudah berubah menjadi orientasi profit dan bisnis.
Mencari Keseimbangan
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Bagaimana kita bisa menemukan keseimbangan antara pengabdian dan bisnis dalam dunia pendidikan? Apakah mungkin untuk menjadikan pendidikan sebagai ladang pengabdian sambil tetap menjaga keberlangsungan finansial?
Dalam mengelola dunia pendidikan tidak boleh lepas dari tujuan utama mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga Pendidikan harus menjadikan kualitas pengajaran sebagai prioritas utama. Biaya Pendidikan yang tinggi seyogyanya diiringi dengan peningkatan kompetensi guru dan kualitas sarana prasarana. Lebih dari itu, akses yang lebih luas bagi semua lapisan masyarakat perlu menjadi pertimbangan.
Dalam hal ini, tentu pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur kebijakan pendidikan yang adil dan merata, serta memastikan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi hak bagi mereka yang mampu. Pendirian sekolah tidak cuma sekadar urusan administrasi yang penting beres. Harusnya ada uji etik dan visi jangka panjang yang serius. Pemerintah, khususnya Kemendikbudristek, jangan cuma jadi tukang stempel izin. Pemerintah harus memperketat regulasi agar pendirian sekolah benar-benar demi kualitas pendidikan, bukan untuk melayani ambisi segelintir orang. Menjual pendidikan demi kepentingan akan mengorbankan masa depan bangsa sendiri.
Pendidikan harus dipandang sebagai investasi masa depan bangsa. Kini, kita menyaksikan pendidikan berubah menjadi ladang bisnis yang kuat, padahal dulu lebih dipandang sebagai panggilan mulia. Tantangannya menemukan keseimbangan antara keduanya, sehingga pendidikan dapat tetap menjadi ladang pengabdian yang memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, tanpa mengesampingkan aspek keberlangsungan finansial. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi hak bagi segelintir orang, tetapi menjadi fondasi bagi kemajuan bangsa secara keseluruhan.Apakah Sistem Pendidikan Kita Siap Hadapi Masa Depan?
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
