Ketika Otak Terlalu Sibuk Mencari Rangsangan
Banyak orang merasa gelisah saat sendirian tanpa gangguan apa pun. Aktivitas sederhana seperti menyikat gigi atau memasak pun kini sulit kita lakukan tanpa mendengarkan musik, podcast, atau video. Kebiasaan ini menjadi tanda bahwa otak kita terus mengejar rangsangan instan. Di sinilah konsep dopamine detox mulai populer sebagai solusi.
Tren ini mendorong orang untuk menjauh sejenak dari sumber-sumber pemicu dopamin tinggi seperti media sosial, video gim, atau hiburan digital. Tujuannya bukan untuk “menghapus” dopamin dari otak, tetapi untuk memberi jeda pada sistem penghargaan (reward system) yang terlalu sering terstimulasi.
Memahami Peran Dopamin dalam Otak
Dopamin dikenal sebagai senyawa kimia otak yang berperan dalam rasa senang dan motivasi. Setiap kali seseorang menerima pesan, mendapatkan “like”, atau menonton konten favoritnya, otak akan melepaskan dopamin ke jalur penghargaan, menghasilkan sensasi menyenangkan.
“Ketika kita mengonsumsi media digital seperti acara TV, TikTok, podcast, dan musik—semuanya melepaskan banyak dopamin di bagian otak tertentu yang disebut jalur penghargaan,” kata Dr. Anna Lembke, psikiater dari Stanford University dan penulis buku Dopamine Nation: Finding Balance in the Age of Indulgence.
Menurutnya, ketika dopamin mengalir terlalu deras akibat konten digital yang terus-menerus, otak mulai menyeimbangkan diri dengan menurunkan produksi dopamin alami. Akibatnya, orang terus mencari rangsangan—bukan untuk merasa senang, tapi hanya agar merasa “normal”.
Istilah “Detox” yang Sebenarnya Tidak Tepat
Meskipun tren ini menggunakan istilah “detox,” tidak ada zat berbahaya yang dibuang. Dopamin adalah senyawa alami dalam otak dan tidak bisa dihilangkan. Praktik ini sebenarnya lebih tepat disebut “recalibrasi dopamin”, atau bentuk sederhana dari jeda stimulus.
Selama praktik ini, individu mencoba menghentikan kebiasaan digital tertentu yang dirasa terlalu dominan dalam hidupnya. Dr. Lembke menjelaskan bahwa tidak semua bentuk dopamine detox melibatkan teknologi. Dia sendiri mengambil jeda dari membaca novel romantis karena merasa terlalu kecanduan jalan ceritanya.
“Setelah empat minggu, saya masih menginginkannya. Tapi akhirnya saya menyadari bahwa pemicunya adalah musik pop, karena hampir semua lagu pop adalah lagu cinta,” katanya. “Jadi saya berhenti mendengarkan musik pop, dan itu sangat membantu saya berhenti mengidam novel roman.”
Manfaat Detoks Digital: Bukan Keajaiban, Tapi Bisa Bermanfaat
Banyak konten daring mengklaim bahwa dopamine detox bisa meningkatkan produktivitas, menciptakan kebahagiaan, dan menghasilkan kesuksesan. Kenyataannya, manfaatnya bersifat reflektif. Detoks digital bisa membantu seseorang mengenali kebiasaan otomatis yang sebelumnya tidak mereka sadari.
“Ketika kita bekerja dengan pasien yang benar-benar kecanduan media digital secara patologis, mereka biasanya merasa sangat buruk selama 10 hingga 14 hari pertama,” ujar Lembke. Namun setelah itu, mereka mulai bisa fokus kembali, menikmati hal-hal sederhana, dan merasa lebih stabil secara emosional.
Tidak Ada Durasi Ideal, Tapi Kesadaran Diri adalah Kuncinya
Berbeda dari pengobatan klinis untuk kecanduan, praktik dopamine detox tidak memiliki durasi baku. Individu bebas menentukan berapa lama mereka ingin mengambil jeda dari stimulus favorit mereka. Yang penting adalah memperhatikan bagaimana tubuh dan pikiran bereaksi selama proses tersebut.
“Yang paling efektif adalah ketika orang benar-benar memperhatikan bagaimana perasaannya saat tidak terus-menerus terpapar rangsangan,” jelas Lembke. “Kita jarang memberi waktu pada otak kita untuk membentuk pikiran yang utuh atau cukup diam untuk memiliki pemikiran spontan.”
Kesimpulan: Mengambil Jeda dari Stimulasi Bisa Membantu Otak Pulih
Dopamine detox bukanlah solusi instan untuk semua masalah mental. Namun, praktik ini memberi ruang untuk refleksi dan kesadaran. Saat seseorang berhenti sejenak dari kebiasaan digital yang impulsif, mereka memberi kesempatan pada otak untuk bernapas dan menyesuaikan kembali keseimbangannya.
Dari menyadari pemicu tersembunyi hingga menikmati kembali aktivitas sederhana, dopamine detox bisa menjadi langkah awal menuju hubungan yang lebih sehat dengan teknologi.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
