Mode & Gaya
Beranda » Berita » Mengapa Kita Butuh Nostalgia: Antara Rasa Rindu dan Masa Depan

Mengapa Kita Butuh Nostalgia: Antara Rasa Rindu dan Masa Depan

Mengapa Kita Butuh Nostalgia
Mengapa Kita Butuh Nostalgia

Rindu Tak Hanya untuk Anak-anak

Sebagian besar orang menganggap rasa rindu hanya milik masa kecil. Tapi kenyataannya, banyak orang dewasa masih merasakannya. Agnes Arnold-Forster, seorang sejarawan emosi, mengaku dirinya mudah merasa homesick sejak kecil. Bahkan ketika ia pindah ke Montreal dari London, perasaan kehilangan itu kembali muncul. Ia takut kehilangan kabar penting dari orang-orang terdekat, meski tahu ketakutan itu tidak masuk akal.

Alih-alih melemahkannya, perasaan itu justru jadi titik awal eksplorasinya terhadap nostalgia. Rindu bukan sekadar emosi kekanak-kanakan, melainkan bentuk keterikatan emosional yang dalam.

 

Nostalgia Dulu Dianggap Penyakit Mematikan

Pada masa lalu, banyak orang menganggap nostalgia sebagai sesuatu yang mematikan, bukan sekadar rasa rindu biasa. Pada 1688, Johannes Hofer, seorang dokter asal Swiss, menciptakan istilah “nostalgia”. Ia mengartikannya sebagai penyakit fisik yang memicu kelelahan, demam, dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

Mengenal Perbedaan Hijab, Jilbab, dan Khimar dalam Tren Fashion Muslimah

Salah satu kasus tragis terjadi pada pria Paris di tahun 1830-an. Karena tak rela meninggalkan rumahnya, ia berhenti makan, menolak berinteraksi, dan akhirnya meninggal. Bagi banyak dokter saat itu, nostalgia bukan hanya gejala emosional, tetapi benar-benar berbahaya.

Dari Gangguan Mental Menjadi Kekuatan Psikologis

Seiring waktu, para ilmuwan mulai mengubah pandangan mereka terhadap nostalgia. Pada abad ke-20, mereka tidak lagi menyebut nostalgia sebagai penyakit fisik, tetapi melihatnya sebagai gangguan psikologis. Tokoh-tokoh psikoanalisis awal, seperti Freud, menyebut nostalgia sebagai bentuk ketidakmampuan menghadapi kenyataan.

Mereka percaya, masyarakat kelas menengah ke bawah lebih rentan terhadap nostalgia karena lebih dekat dengan tradisi. Namun sejak tahun 1970-an, para psikolog mengubah pendekatan mereka. Studi mutakhir menunjukkan bahwa nostalgia adalah emosi universal yang justru menguatkan mental. Ia bisa meningkatkan harga diri, memberi makna hidup, serta meredakan kecemasan.

Nostalgia: Jembatan yang Menghubungkan Kita dengan Orang Lain

Nostalgia tidak sekadar mengingat masa lalu. Ia menghidupkan kembali kehadiran orang-orang terkasih dalam momen sekarang. Saat kita bernostalgia, pikiran kita seolah “dipenuhi oleh orang-orang lain”, seperti yang diungkap seorang psikolog.

Emosi ini menciptakan rasa dicintai, memperkuat ikatan sosial, dan meningkatkan kemampuan komunikasi. Bagi lansia, terapi nostalgia terbukti efektif dalam menjaga daya ingat dan mengurangi depresi.

Fenomena Suami Takut Istri: Meneladani Sikap Sahabat Nabi dan Psikologi Modern

Nostalgia dan Bias Kelas dalam Dunia Akademik

Di dunia akademik dan profesional, emosi seperti nostalgia sering dianggap tidak rasional. Rasionalitas masih mendominasi sebagai dasar pengambilan keputusan. Namun Arnold-Forster menolak pandangan itu. Sebagai sejarawan emosi, ia justru menekankan pentingnya perasaan dalam memahami manusia.

Baginya, nostalgia tidak menunjukkan kelemahan. Sebaliknya, nostalgia membuktikan bahwa seseorang punya keterikatan emosional yang kuat terhadap orang lain dan tempat tertentu dalam hidupnya.

Sebuah Bukti Bahwa Kita Pernah Mencintai

Arnold-Forster menutup refleksinya dengan kuat. Ia menyatakan bahwa nostalgia bukan kelemahan atau gangguan, melainkan bukti cinta dan koneksi emosional. Maka, nostalgia bukan sekadar rindu sesaat.

Ia menandakan bahwa kita pernah mencintai, terhubung, dan masih menyimpan kenangan itu sampai sekarang. Kita tak seharusnya menganggap nostalgia sebagai hambatan. Sebaliknya, ia menjadi jendela yang membuka pemahaman tentang diri, tentang apa yang kita rindukan, dan seperti apa masa depan yang kita harapkan.

 

Budaya Workaholic: Mengancam Kesehatan Tubuh dan Kualitas Ibadah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement