Kalam
Beranda » Berita » Memahami Proses Penciptaan Manusia dan Ketetapan Takdir

Memahami Proses Penciptaan Manusia dan Ketetapan Takdir

Proses Penciptaan Manusia

SURAU.COSetiap manusia memulai perjalanan hidupnya melalui sebuah proses yang sangat menakjubkan. Kisah ini dijelaskan dalam sebuah hadits agung yang menjadi landasan penting bagi kita. ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits ini langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sosok yang benar dan dibenarkan. Oleh karena itu, hadits ini menjadi panduan kita untuk memahami asal-usul kejadian manusia sekaligus misteri penetapan takdirnya.

Landasan Hadits tentang Penciptaan dan Takdir

Dasar dari seluruh pembahasan ini adalah hadits shahih berikut:

“Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya…” [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]

Fase Awal: Perjalanan 120 Hari di Dalam Rahim

Hadits tersebut menguraikan perjalanan awal manusia dalam tiga fase menakjubkan di dalam rahim. Setiap fase ini berlangsung selama 40 hari, menunjukkan sebuah proses yang teratur dan penuh keajaiban.

Tahap 1: Dari Nuthfah, Setetes Mani yang Hina

Pertama, perjalanan dimulai dari nuthfah, yang berlangsung selama 40 hari pertama. Allah membentuk nuthfah dari pertemuan sperma dan ovum. Meskipun berasal dari “air yang hina”, dari sinilah Allah memulai kehidupan, sebagaimana firman-Nya:

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)” [as-Sajdah/32:8]

Tahap 2: Menjadi ‘Alaqah, Segumpal Darah yang Melekat

Selanjutnya, setelah 40 hari, Allah mengubah nuthfah menjadi ‘alaqah atau segumpal darah. Fase kedua ini juga berjalan selama 40 hari. Pada tahap ini, janin melekat erat pada dinding rahim, sebuah fakta yang juga diabadikan dalam Al-Qur’an:

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. [al-Alaq/96:2].

Tahap 3: Berubah Jadi Mudhghah, Segumpal Daging

Kemudian, setelah melewati 80 hari, janin memasuki fase mudhghah. Bentuknya menyerupai segumpal daging yang telah dikunyah. Tahap ini menyempurnakan bentuk fisik awal sebelum momen penentuan berikutnya tiba.

Momen Penentuan: Peniupan Ruh dan Catatan Takdir

Setelah 120 hari, atau tiga fase awal terlewati, datanglah sebuah momen yang sangat krusial. Pada saat inilah, Allah mengutus malaikat dengan tugas yang sangat spesifik dan agung.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Peniupan Ruh, Awal dari Kehidupan Bernyawa

Pertama, malaikat meniupkan ruh ke dalam janin. Sejak detik itu, janin yang sebelumnya hanya gumpalan daging kini menjadi makhluk hidup yang bernyawa, sebuah lompatan besar dalam proses penciptaan.

Pencatatan Empat Ketetapan Abadi

Bersamaan dengan peniupan ruh, malaikat diperintahkan untuk menuliskan empat perkara yang menjadi takdir dasar bagi manusia tersebut. Keempat ketetapan itu adalah:

  1. Rizkinya: Jaminan rezeki yang akan ia terima sepanjang hidup.

  2. Ajalnya: Batas waktu pasti kapan hidupnya akan berakhir.

  3. Amalnya: Potensi perbuatan baik dan buruk yang akan ia lakukan.

    Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

  4. Nasib Akhirnya: Penentuan apakah ia akan menjadi orang yang celaka atau bahagia.

Paradoks Takdir dan Pentingnya Ikhtiar Manusia

Penjelasan tentang takdir yang sudah tercatat ini sering kali menimbulkan sebuah pertanyaan mendasar dalam benak kita.

Jika Takdir Sudah Tertulis, Mengapa Harus Beramal?

Para sahabat pun pernah merasakan kebingungan yang sama. Mereka bertanya kepada Rasulullah, jika semuanya sudah ditentukan, untuk apa lagi kita berusaha dan beramal? Kemudian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang sangat mencerahkan:

“Beramallah kalian, karena semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa yang Allah ciptakan atasnya…”

Jalan Hidup Adalah Pilihan Aktif

Jawaban Rasulullah menegaskan sebuah prinsip penting. Meskipun takdir telah tertulis, manusia memiliki kehendak dan pilihan. Allah tidak memaksa, melainkan memudahkan jalan sesuai pilihan hamba-Nya. Jika seseorang aktif memilih jalan kebaikan, maka Allah akan membantunya menempuh jalan itu. Sebaliknya, jika ia cenderung pada keburukan, jalan itu pun akan terasa mudah baginya.

Kesimpulan: Antara Tawakal dan Usaha

Pada akhirnya, nasib akhir seseorang di surga atau neraka adalah rahasia mutlak milik Allah. Kita sebagai manusia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang hal itu. Oleh karena itu, tugas kita adalah terus berusaha sekuat tenaga. Kita harus aktif beramal saleh, terus berdoa memohon akhir yang baik, dan tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya. Jangan hanya bersandar pada takdir tanpa bertindak, karena Allah Maha Adil dan akan membalas setiap usaha kita.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement