Mode & Gaya
Beranda » Berita » Lagom: Seni Menemukan Keseimbangan Hidup ala Swedia

Lagom: Seni Menemukan Keseimbangan Hidup ala Swedia

Hidup Lagom ala Gaya Swedia
Hidup Lagom ala Gaya Swedia

Apa Itu Lagom?

Lagom adalah konsep hidup yang berasal dari Swedia dan kini mendunia. Gaya hidup ini mengajarkan satu hal utama: cukup itu cukup. Dalam bahasa Swedia, lagom berarti “tidak terlalu sedikit, tidak terlalu banyak – pas saja.” Filosofi ini tidak mendorong kita menghindari masalah, tapi mengajarkan cara hidup lebih sadar, lebih bijak, dan lebih selaras dengan apa yang benar-benar kita butuhkan.

Namun, bukan hanya tren media sosial, lagom adalah prinsip hidup yang menyentuh banyak aspek: mulai dari makanan, pekerjaan, relasi, hingga konsumsi. Gaya hidup ini memberi ruang untuk menikmati hidup secukupnya dan menghindari dorongan konsumsi berlebihan atau hidup serba cepat.

Kemudian, penulis Linnea Dunne dalam bukunya Lagom: The Swedish Art of Balanced Living menjelaskan, “Kebahagiaan versi lagom bukan tentang euforia, tapi tentang rasa cukup yang berkelanjutan.” Sementara itu, Lola A. Åkerström menyebut lagom sebagai jalan menuju kedamaian batin yang lahir dari kesadaran akan emosi dan kebutuhan diri.

 

Cara Hidup Lagom dalam Aktivitas Sehari-hari

1. Menjaga Keseimbangan Hidup dan Kerja

Lagom mendorong batas yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Jika kamu sering stres karena pekerjaan, ambil jeda sejenak. Orang Swedia punya tradisi fika paus—istirahat minum kopi sambil ngobrol santai. Studi dari Baylor University menunjukkan bahwa istirahat kecil bisa meningkatkan energi, fokus, dan mengurangi sakit kepala.

Mengenal Perbedaan Hijab, Jilbab, dan Khimar dalam Tren Fashion Muslimah

2. Makan Secukupnya dan Lebih Sehat

Selanjutnya, lagom tidak sekadar menyarankan diet seimbang, tetapi juga mendorong konsumsi lokal, musiman, dan berkelanjutan. Makan dengan penuh kesadaran dan hindari pola makan ekstrem. Ingat, lapar dan kenyang berlebihan sama-sama tidak sehat.

3. Merawat Relasi Sosial yang Sehat

Gaya hidup ala Swedia ini menekankan pentingnya relasi yang setara dan saling menghormati ruang pribadi. Dengarkan orang lain, jalin hubungan berdasarkan empati, bukan dominasi. Jika ada orang lain yang membutuhkan bantuan, kamu bisa membantunya dengan memberikan empati lebih banyak ke sesama.

4. Rapikan Rumah, Buang yang Tidak Perlu

Prinsipnya sederhana: untuk setiap barang baru yang masuk, keluarkan satu. Rumah yang rapi mempengaruhi pikiran yang tenang. Gunakan warna netral dan pencahayaan alami untuk menciptakan atmosfer tenang dan seimbang.

5. Belanja dengan Kesadaran

Lagom mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari memiliki banyak, tapi dari merasa cukup. Fokuslah pada kualitas, bukan kuantitas. Beli yang tahan lama, bukan yang murah tapi cepat rusak.

6. Lepas dari Ketergantungan Teknologi

Selain menjaga tubuh dan pikiran, lagom juga mengajak kita memelihara hubungan sehat dengan dunia digital. Di tengah derasnya arus informasi, penting untuk meluangkan waktu tanpa gawai. Tidak selalu harus membalas pesan secara instan atau memeriksa notifikasi setiap saat. Justru, membatasi penggunaan teknologi bisa membantu kita fokus pada apa yang sedang terjadi—bukan yang sedang ditampilkan di layar. Cobalah menjadwalkan waktu bebas gawai setiap hari, entah saat makan, menjelang tidur, atau saat berkumpul bersama orang terdekat. Hadirlah penuh dalam momen tersebut, karena koneksi terbaik dimulai dari diri sendiri, bukan dari sinyal internet.

Fenomena Suami Takut Istri: Meneladani Sikap Sahabat Nabi dan Psikologi Modern

7. Hidup Berdampingan dengan Alam

Tak kalah penting, lagom juga mengingatkan kita akan peran besar alam dalam kehidupan yang seimbang. Dalam menjalani gaya hidup ini, kita diajak menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan lingkungan sekitar. Mulailah dari hal kecil: kurangi penggunaan plastik sekali pakai, daur ulang barang yang masih layak, dan gunakan produk ramah lingkungan. Tanam tanaman di rumah, dukung pasar lokal, dan biasakan berjalan kaki jika memungkinkan. Semakin kita peduli pada alam, semakin besar pula kontribusi kita terhadap keberlanjutan planet ini. Lagom menanamkan prinsip bahwa hidup sederhana tak berarti jauh dari kemajuan, melainkan dekat dengan kebijaksanaan.

8. Jalani Hidup Secara Perlahan

Kemudian, gaya hidup ini mengajarkan kita untuk berhenti terburu-buru. Nikmati rutinitas kecil seperti memasak atau berjalan kaki. Ciptakan ruang untuk tidur cukup, makan sehat, dan bersosialisasi.

 

Manfaat Gaya Hidup Lagom

Menurut studi tahun 2018 di jurnal Genetics, gaya hidup menyumbang 93% faktor panjang umur, sementara genetika hanya 7%. Artinya, bagaimana kita hidup jauh lebih penting daripada siapa kita secara biologis.

Kemudian, World Health Organization menyebut gaya hidup pasif dan kerja berlebihan sebagai pemicu utama penyakit jantung dan diabetes. Maka, lagom hadir sebagai penyeimbang: ajakan untuk hidup lebih sadar, sehat, dan bahagia.

Budaya Workaholic: Mengancam Kesehatan Tubuh dan Kualitas Ibadah

Selain itu, para penganut lagom juga percaya bahwa hidup mereka jadi lebih teratur, tidak mudah stres, dan lebih puas dengan hal-hal sederhana. Selain itu, mereka merasa lebih terkoneksi dengan diri sendiri, alam, dan sesama.

 

Penutup: Cukup Itu Sempurna

Maka dari itu, ini bukan sekadar filosofi. Ia adalah gaya hidup yang mengajak kita memperlambat langkah, menata ulang prioritas, dan memilih keseimbangan sebagai kunci kebahagiaan. Kalau kamu merasa hidupmu terlalu cepat atau penuh tekanan, mungkin sekarang saatnya mencoba hidup dengan prinsip lagom—tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit—cukup.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement