Penulis Artikel : Hendri Hasyim
SURAU.CO-Rasulullah SAW tidak hanya berdakwah kepada bangsa Arab. Setelah Islam tumbuh kuat di Madinah, beliau mulai menyampaikan risalah Islam kepada para raja besar dunia. Salah satu surat beliau kirimkan kepada Kisra, Raja Persia. Sayangnya, Kisra menanggapi surat tersebut dengan cara yang arogan. Ia merobek surat Nabi, dan tindakannya itu membawa dampak besar bagi kekuasaan Persia.
Surat Dakwah untuk Raja Persia
Setelah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah SAW memanfaatkan masa damai untuk memperluas dakwah. Beliau mengutus para sahabatnya membawa surat dakwah Islam ke berbagai pemimpin dunia. Di antaranya, Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi bertugas menyampaikan surat kepada Kisra, penguasa imperium Persia.
Isi surat tersebut cukup tegas namun santun:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, utusan Allah, kepada Kisra, Raja Persia. Masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat. Jika engkau menolak, engkau akan menanggung dosa seluruh rakyatmu.”
Rasulullah SAW tidak bermaksud merendahkan. Sebaliknya, beliau menunjukkan bahwa kebenaran tidak bergantung pada status atau kekuasaan.
Kisra Merespons dengan Arogansi
Setibanya Abdullah bin Hudzafah di istana Persia, Kisra menerima surat Rasulullah SAW. Namun, begitu membaca bagian awal surat, ia langsung meradang. Ia merasa terhina karena Rasulullah menyebut namanya setelah menyebut dirinya sendiri. Padahal, Rasulullah menulis dengan adab dan susunan yang jelas.
Alih-alih merenungi isinya, Kisra merobek surat tersebut di hadapan utusan Rasulullah. Ia bahkan memerintahkan bawahannya untuk menangkap Nabi dan membawanya ke Persia. Tindakannya bukan hanya bentuk penolakan, melainkan juga penghinaan terhadap risalah Islam.
Doa Rasulullah SAW yang Menjadi Kenyataan
Abdullah bin Hudzafah kembali ke Madinah dan melaporkan kejadian itu. Rasulullah SAW mendengarkan dengan tenang. Meski dihina, beliau tidak terpancing emosi. Sebaliknya, beliau justru mengucap doa:
“Ya Allah, robekkan kerajaannya sebagaimana dia telah merobek suratku.”
Doa tersebut langsung menembus langit. Tak lama kemudian, kerajaan Persia mulai goyah. Kisra tidak sadar bahwa kesombongannya akan menjadi awal dari kehancuran kekuasaannya sendiri.
Akhir Tragis Raja Persia
Beberapa waktu setelah insiden tersebut, Syirawaih, putra Kisra, memberontak dan membunuh ayahnya sendiri. Ia merebut tahta dan memperlemah struktur kekuasaan Persia. Ketidakstabilan politik dan kekacauan internal pun mulai mengguncang kerajaan.
Selanjutnya, di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, pasukan Islam di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash berhasil menaklukkan wilayah Persia. Dalam kurun waktu yang singkat, kerajaan Persia yang dulu adidaya runtuh total.
Pelajaran Penting dari Kisah Ini
Kisah ini tidak sekadar peristiwa sejarah. Lebih dari itu, ia menyampaikan pesan moral dan spiritual yang kuat:
-
Kesombongan membawa kehancuran. Kisra menolak dakwah dengan cara yang hina, dan ia menuai akibatnya.
-
Doa Rasulullah SAW tidak pernah sia-sia. Beliau membalas dengan doa, bukan dendam.
-
Kebenaran tetap menang. Meskipun ditolak oleh raja besar, Islam terus berkembang dan menguasai dunia.
Kisra mungkin mengira bahwa merobek surat dari seorang Nabi hanyalah tindakan kecil. Namun, sejarah mencatat bahwa tindakannya menjadi awal kehancuran dirinya dan kerajaannya. Sementara itu, dakwah Rasulullah SAW tetap menyala hingga hari ini.
Kita belajar dari peristiwa ini bahwa merendahkan kebenaran hanya akan membawa kerugian, sedangkan menghormatinya akan mengangkat derajat seseorang. Maka, jangan remehkan seruan kebaikan. Dengarkan, pahami, dan ambil hikmahnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
