Apakah rambutmu sudah beruban? Dari hitam berubah menjadi putih? Maka syukurilah itu!
Uban bukan sekadar perubahan warna rambut—ia adalah pertanda kasih sayang Allah. Uban adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak terhindarkan. Ia bukan musibah, bukan pula aib. Uban adalah tanda bahwa kita sedang bertambah dewasa, bahwa waktu terus berjalan, dan bahwa Allah sedang mengingatkan kita: “Kembalilah kepada-Ku, sebelum ajal tiba.”
UBAN: SIMBOL KESEJUKAN IMAN
Rasulullah ﷺ tidak pernah mencela uban. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan:
> “Uban adalah cahaya bagi seorang Mu’min. Tidaklah seseorang beruban dalam keadaan berislam, kecuali dia akan mendapatkan satu pahala dari setiap satu ubannya dan diangkat dengannya satu derajat.”
(HR. al-Baihaqi)
Subhanallah… Satu helai uban saja bisa menjadi sebab terangkatnya derajat di sisi Allah. Maka jika seluruh rambut telah memutih, bayangkan berapa banyak pahala yang bisa dikumpulkan.
Uban adalah bentuk kasih sayang Allah yang sangat lembut. Ia datang tanpa suara, tanpa derita, namun begitu jelas menyampaikan pesan bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. Ia mengajak kita untuk merenung dan memperbaiki diri, bukan untuk malu dan menutupinya dengan pewarna hitam.
TUA ITU PASTI, DEWASA ITU PILIHAN
Banyak orang yang merasa minder ketika uban mulai tumbuh. Ada yang buru-buru membeli cat rambut. Ada pula yang menutupinya dengan berbagai cara, seolah-olah ingin melawan kodrat. Padahal, menjadi tua adalah fitrah. Menjadi tua bukanlah kelemahan. Justru, tua adalah fase keemasan untuk memperbaiki amal dan memperbanyak taqarrub kepada Allah.
Bagi seorang mukmin, uban bukanlah beban. Ia adalah kehormatan. Ia adalah mahkota putih yang menunjukkan ketekunan dalam hidup, perjalanan panjang dalam kebaikan, dan pengalaman yang tak ternilai.
Di zaman yang sangat menuhankan penampilan, uban dianggap sebagai simbol kelemahan. Tapi dalam Islam, uban adalah nur, cahaya keimanan yang menyinari jalan menuju akhirat.
JANGAN CAT HITAM UBANMU!
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
> “Akan datang suatu kaum di akhir zaman yang mencat rambut mereka dengan warna hitam seperti dada burung merpati. Mereka tidak akan mencium bau surga.”
(HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
Mengapa mencat uban dengan warna hitam dilarang? Karena itu adalah bentuk penipuan terhadap diri sendiri dan orang lain. Seolah-olah kita berkata: “Aku masih muda, aku belum tua.” Padahal itu dusta. Islam sangat menjunjung kejujuran, bahkan dalam urusan penampilan.
Bolehkah mewarnai uban? Boleh, dengan cat selain warna hitam. Warna cokelat, merah, atau kuning diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah menyarankan Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mewarnai uban ayahnya dengan hinna’ (pacar).
Namun, yang terbaik adalah membiarkan uban itu tumbuh alami. Biarlah ia menjadi pengingat yang lembut bahwa dunia ini tidak abadi.
UBAN: UTUSAN ALLAH YANG TAK BISA DITOLAK
Pernahkah kita berpikir, mengapa uban datang tanpa suara? Ia tumbuh sehelai demi sehelai, tak terasa, hingga suatu hari kita menatap cermin dan melihat mahkota putih menghiasi kepala. Uban adalah utusan Allah, sebagaimana sakit, letih, dan kematian. Ia datang membawa pesan: “Wahai hamba-Ku, bersiaplah untuk bertemu dengan-Ku.”
Maka siapa yang takut pada uban? Hanya mereka yang masih terikat dunia. Hanya mereka yang belum siap untuk pulang.
Bagi seorang mukmin, uban adalah tanda kasih. Ia tak perlu disembunyikan. Justru, ia harus disyukuri.
BERSYUKURLAH ATAS UBANMU
Bersyukurlah… karena Allah masih memberimu umur. Masih memberimu waktu untuk taubat. Masih mengizinkanmu merasakan fase hidup yang tak semua orang capai.
Bersyukurlah… karena ubanmu bukan karena stres atau kesusahan, tapi karena bertambahnya usia dalam ridha Allah. Karena dalam setiap uban, ada pahala. Dalam setiap uban, ada penghapus dosa.
Bersyukurlah… karena uban itu adalah bukti bahwa engkau telah melewati masa muda, dan kini engkau dituntut untuk lebih bijak, lebih tenang, lebih dekat kepada-Nya.
PENUTUP: UBANMU, KEMULIAANMU
Jangan malu beruban. Jangan minder terlihat tua. Jadikan uban sebagai alasan untuk lebih baik di hadapan Allah. Bukan untuk menipu dunia dengan penampilan palsu, tapi menatap akhirat dengan wajah tulus.
Selamat… Anda sudah beruban.
Itu bukan kelemahan, itu kehormatan.
Itu bukan kutukan, itu cahaya.
Itu bukan akhir, itu awal dari kesungguhan mendekat kepada Allah. Salam Sehat dan Barokah. (Tommy Eka Purnama/Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
