Kisah
Beranda » Berita » Kisah Dihapusnya Dosa Nabi Adam AS di Bulan Muharram

Kisah Dihapusnya Dosa Nabi Adam AS di Bulan Muharram

Ilustrasi Do'a Nabi Adam AS
Ilustrasi Do'a Nabi Adam AS

Sebuah Pelajaran Taubat dan Harapan dari Kisah Dihapusnya Dosa Nabi Adam AS

Bulan Muharram, khususnya pada tanggal 10 Muharram atau Hari Asyura, memiliki makna yang mendalam dalam Islam. Bukan hanya sebagai penanda awal kalender Hijriyah, tetapi juga sarat dengan peristiwa bersejarah yang mengandung pelajaran moral tinggi. Salah satu kisah paling menonjol yang terukir pada hari ini adalah Allah SWT menerima taubat Nabi Adam AS. Kisah ini merupakan sebuah cerminan abadi tentang sifat dasar manusia, godaan, penyesalan, dan rahmat ilahi yang tak terbatas.

Godaan Iblis dan Pelanggaran Pertama

Kisah dihapusnya dosa Nabi Adam AS bermula dari sebuah ujian di surga. Allah SWT telah menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi dan memerintahkan para malaikat serta iblis untuk bersujud kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Namun, iblis dengan angkuh menolak perintah Allah karena merasa lebih mulia akibat diciptakan dari api, sementara Allah menciptakan Adam dari tanah. Karena kesombongannya, Allah mengusir iblis dari surga, dan sejak saat itu iblis menyimpan dendam kesumat kepada Adam.

Dendam ini mendorong iblis untuk merencanakan tipu daya licik. Iblis mendekati Adam dan Hawa lalu menggoda mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang yang telah Allah SWT peringatkan kepada mereka. Iblis berjanji bahwa dengan memakan buah itu, mereka akan menjadi malaikat atau kekal di surga. Bahkan, ia bersumpah atas nama Allah, meyakinkan Adam bahwa ia tidak berbohong. Terperdaya oleh tipu daya ini, Adam dan Hawa akhirnya memakan buah tersebut.

Seketika setelah memakan buah terlarang itu, pakaian yang menutupi tubuh mereka menghilang, memperlihatkan aurat mereka. Rasa malu dan panik melanda, membuat mereka berusaha menutupi diri dengan daun-daun surga. Allah SWT kemudian menegur mereka, mengingatkan kembali tentang larangan-Nya dan bahwa iblis adalah musuh yang nyata. Al-Qur’an merekam kisah ini sebagai bagian dari pelajaran bagi umat manusia:

“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?'” (QS. Al-A’raf [7]: 22)

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Penyesalan Mendalam dan Mohon Ampunan

Kesalahan ini membawa Adam dan Hawa pada penyesalan yang mendalam. Mereka segera menyadari kekhilafan mereka dan memanjatkan doa taubat kepada Allah SWT:

“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf: 23).

Taubat ini bukan sekadar ucapan lisan, melainkan cerminan kesedihan dan penyesalan yang luar biasa. Allah menurunkan Adam dan Hawa ke bumi sebagai konsekuensi dosa mereka, dan kesedihan yang mereka rasakan begitu mendalam hingga tangisan mereka melampaui tangisan seluruh manusia dan Nabi Dawud. Mereka bahkan tidak berani memandang ke atas selama 40 tahun karena rasa berdosa yang teramat sangat (Abdul Karim Zaidan, al-Mustafâd min Qasâshil Qur’ânî, 1998, juz I, h. 24).

Menurut riwayat, Nabi Adam AS memohon ampunan kepada Allah SWT tanpa henti selama 300 tahun. Lamanya waktu permohonan ini menunjukkan betapa besar penyesalan dan harapan mereka akan ampunan ilahi.

Allah Menerima Taubat Nabi Adam pada Hari Asyura

Akhirnya, rahmat Allah SWT datang. Allah menerima taubat Nabi Adam AS, sebagaimana firman-Nya:

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

“Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 37).

Allah menerima taubat Nabi Adam pada tanggal 10 Muharram, yang kemudian dikenal sebagai Hari Asyura. Beberapa riwayat, termasuk dari Imam Baihaqi dalam Kitab Fadha’ilul Awqat, memperkuat hal ini dengan menyebutkan bahwa Allah menerima taubat Nabi Adam AS pada hari tersebut.

Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa Nabi Adam AS menerima taubatnya setelah Allah mengilhami beliau untuk memohon ampunan dengan menyebut nama Nabi Muhammad SAW. Nabi Adam melihat nama Muhammad bersanding dengan nama Allah di Arasy bahkan sebelum Allah menciptakan Nabi Muhammad, dan Allah mengabulkan doa Nabi Adam karena ia menyebut nama mulia itu.

Pesan Moral dan Relevansi

Allah menghapus dosa Nabi Adam AS pada Hari Asyura, dan kisah ini memberikan pelajaran yang tak ternilai harganya bagi umat manusia. Ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk berbuat dosa, bahkan seorang Nabi sekalipun. Namun, yang lebih penting, kisah ini menunjukkan bahwa pintu taubat selalu terbuka lebar bagi mereka yang bersungguh-sungguh dan tulus dalam memohon ampunan.

Penyesalan yang mendalam, kesabaran dalam memohon, dan keyakinan akan rahmat Allah adalah kunci bagi Allah untuk menerima taubat. Kisah ini menjadi pengingat bahwa meskipun kita mungkin tergelincir, asalkan kita kembali kepada Allah dengan hati yang tulus dan menyesali perbuatan kita, ampunan-Nya selalu tersedia. Hari Asyura, dengan demikian, menjadi simbol harapan dan pengampunan, mendorong setiap Muslim untuk senantiasa mengevaluasi diri, bertaubat, dan memperbaiki diri.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Sumber:

  • Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 22 dan 23.
  • Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 37.
  • Zaidan, Abdul Karim. 1998. Al-Mustafâd min Qasâshil Qur’ânî, Juz I.

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement