Kisah
Beranda » Berita » Surat Al Hasyr yang Ajaib

Surat Al Hasyr yang Ajaib

Ilustrasi. Banyak keajaiban tentang ayat-ayat Al Quran. Salah satunya adalah keajaiban surat Al Hasyr ayat 21 yang ditulis oleh seorang ulama tatkala umatnya minta hujan.

SURAU.CO. Al-Quran bukan sekedar kitab suci tetapi juga sumber petunjuk dan mukjizat. Setiap ayat yang ada didalamnya menyimpan kekuatan agung dari Allah SWT. Banyak kisah menakjubkan yang membuktikan kebenaran dari kitab suci ini. Salah satunya adalah kisah nyata keajaiban Surat Al Hasyr ayat 21. Kisah ini menjadi bukti betapa dahsyatnya firman Allah tentang alam semesta pun tunduk padanya.

Cerita ajaib ini berawal dari sebuah negeri yang dilanda musibah. Kisah ini, yang disadur dari bukuKisah-kisah Keajaiban al-Qur’ankarya Musthafa Muhammad Ahwazi, menjadi pelajaran berharga. Ia menunjukkan bahwa Al-Quran adalah solusi untuk setiap masalah. Firman Allah memiliki kekuatan untuk mengubah takdir atas izin-Nya. Kisah ini juga menekankan pentingnya iman dan ketaatan kepada ulama yang lurus.

Saat itu penduduk dari Najaf mengalami kekeringan hebat. Mereka merasa putus asa. Sumber kehidupan utama mereka tiba-tiba berhenti. Mata air yang berada pada kaki gunung yang selalu mengalir menjadi kering kerontang. Padahal, air itu mereka gunakan untuk minum, memasak, dan mengairi ladang.

Mendatangi Ulama

Dalam kebingungan, mereka mencari solusi. Para penduduk sepakat untuk meminta pertolongan. Mereka kemudian mendatangi seorang ulama yang terkenal saleh dan bijaksana. Ulama tersebut bernama Ayatullah bin Abadi. Rombongan warga Najaf itu pun bertamu ke kediaman sang ulama dan  bercerita apa yang mereka sedang hadapi.

“Wahai Tuan Guru, kami datang membawa kabar duka,” ujar salah satu perwakilan warga. “Mata air di kaki gunung kami telah mengering total. Padahal, itu adalah satu-satunya sumber air bagi kami. Kini kami semua sangat kesusahan. Tolonglah kami. Berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan atau mengembalikan air kami,” lanjutnya dengan nada memohon.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Ayatullah bin Abadi mendengarkan keluhan mereka dengan saksama. Wajahnya menunjukkan ketenangan yang dalam. Beliau tidak langsung melakukan ritual yang rumit. Sebaliknya, sang ulama mengambil secarik kertas kosong. Ia kemudian mengambil pena dan mulai menulis sesuatu di atasnya.

Dengan penuh khusyuk, Ayatullah bin Abadi menuliskan firman Allah. Ayat yang beliau tulis adalah Surat Al Hasyr ayat 21. Ayat ini memiliki makna yang sangat mendalam tentang keagungan Al-Quran.

Berikut bunyi ayat tersebut:

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Artinya : “Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini ke sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.”

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Ayat ini secara jelas menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan Al-Quran. Sebuah gunung yang begitu kokoh dan besar pun akan hancur. Ia akan pasrah dan terbelah karena rasa takutnya kepada Allah. Ayat ini menjadi pengingat bagi manusia untuk memikirkan kebesaran firman-Nya.

Secarik Kertas

Setelah selesai menulis, Ayatullah bin Abadi melipat kertas itu. Beliau menyerahkannya kepada perwakilan warga Najaf. Beliau lalu memberikan sebuah instruksi yang sederhana namun penuh keyakinan.

“Pada malam pertama, bawalah kertas ini ke puncak gunung,” kata sang ulama. “Letakkan kertas berisi ayat ini di atas puncaknya. Setelah itu, kalian semua boleh pulang ke rumah masing-masing. Laksanakan perintahku ini dengan ikhlas,” pesannya.

Rombongan warga Najaf menerima kertas itu dengan penuh hormat. Mereka tidak banyak bertanya. Keyakinan mereka pada sang ulama membuat mereka patuh. Mereka pun pamit undur diri dan segera kembali ke desa.

Setibanya di desa, mereka melaksanakan amanat tersebut. Beberapa dari mereka mendaki gunung saat malam mulai tiba. Mereka meletakkan secarik kertas itu di puncak tertinggi. Setelah itu, mereka turun dan kembali ke rumah masing-masing.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Malam itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Saat semua penduduk berada di dalam rumah, mereka mendengar suara aneh. Suara gemuruh yang keras datang dari arah gunung. Seluruh desa terbangun. Mereka merasa kaget, heran, dan sedikit takut. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di puncak gunung.

Keesokan paginya, rasa penasaran mengalahkan ketakutan mereka. Para penduduk keluar rumah untuk memeriksa keadaan. Betapa terkejutnya mereka. Sebuah keajaiban besar telah terjadi di depan mata mereka. Mata air di kaki gunung yang telah lama kering kini kembali hidup. Udara mengalir dengan sangat deras, bahkan lebih deras dari sebelumnya.

Tiba-tiba, seluruh penduduk mengoceh. Mereka berlarian menuju mata air. Wajah-wajah sedih karena kekeringan kini berganti dengan senyum bahagia. Mereka saling berpelukan dan mengucap syukur kepada Allah SWT. Berkat keajaiban Surat Al Hasyr ayat 21, musibah kekeringan di desa mereka telah berakhir.

 

Wallahu a’lam bish-shawab.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement