Beranda » Berita » Wanita Akhirnya Akan Paham: Sebuah Renungan Tentang Pilihan dan Kedewasaan

Wanita Akhirnya Akan Paham: Sebuah Renungan Tentang Pilihan dan Kedewasaan

Wanita Akhirnya Akan Paham: Sebuah Renungan Tentang Pilihan dan Kedewasaan.

 

Dalam perjalanan hidup seorang wanita, ada banyak momen yang menjadi titik balik dalam cara pandangnya terhadap kehidupan, terutama dalam hal memilih pasangan. Ketika masih gadis, seorang wanita seringkali melihat dunia dengan kacamata impian dan idealisme. Sosok laki-laki yang menarik secara fisik, tampil modis, populer, dan romantis sering menjadi daya tarik utama. Ia terpesona oleh perhatian, kata-kata manis, dan gaya hidup yang serba “wow”. Tak jarang, pilihan ini lebih dipengaruhi oleh emosi dan pengaruh sosial dibanding pertimbangan akal sehat dan nilai-nilai spiritual.

Namun seiring berjalannya waktu, pernikahan dan tanggung jawab keluarga membawa seorang wanita pada realitas kehidupan yang sesungguhnya. Rumah tangga bukanlah sekadar cerita indah seperti dalam drama atau kisah cinta di media sosial. Ada banyak tantangan, tanggung jawab, pengorbanan, dan ujian yang harus dihadapi bersama. Di sinilah kesadaran mulai tumbuh. Wanita akhirnya paham bahwa keindahan wajah tidak mampu mengasuh anak, kegantengan tidak bisa menghibur saat lelah, dan romantisme tidak selalu menyelesaikan konflik rumah tangga.

Ketika telah menikah dan memiliki anak, wanita akan mulai melihat betapa pentingnya karakter seorang suami yang bertanggung jawab. Lelaki yang mampu membimbing, menjaga, mencukupi, dan melindungi keluarganya, jauh lebih bernilai dari sekadar sosok yang keren secara penampilan. Ia mulai memahami bahwa kualitas seorang laki-laki sejati terletak pada tanggung jawab, kesetiaan, ketekunan, dan komitmen dalam menjalani peran sebagai pemimpin rumah tangga.

Sebab Kerusakan Anak Wanita

Lebih jauh lagi, seorang wanita akan semakin sadar akan pentingnya agama dan akhlak. Ia mulai merasakan bahwa fondasi paling kokoh dalam rumah tangga adalah keimanan dan ketakwaan. Lelaki yang memiliki akhlak mulia dan takut kepada Allah akan senantiasa berusaha memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan adil, sabar, dan penuh kasih sayang. Ia akan menjadi sosok yang tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga rohani, yang mampu membimbing keluarga menuju ridha Allah.

Sebagaimana dikatakan oleh Ustadz Dr. Raehanul Bahraen hafidzahullah dalam kutipan yang tertulis pada gambar, “Setelah di akhirat, barulah ia paham bahwa agama dan akhlak yang paling utama. Sebab apabila agama dan akhlak baik, pasti akan bertanggung jawab, lalu menjadi suami yang shalih.” Pernyataan ini menjadi penekanan bahwa pada akhirnya, pemahaman yang sejati akan datang seiring waktu dan pengalaman. Namun alangkah baiknya jika pemahaman ini hadir lebih awal, sehingga tidak ada penyesalan dalam memilih pasangan hidup.

Agama mengajarkan bahwa pernikahan adalah ibadah. Maka, memilih pasangan pun harus berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tuntunan agama. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini juga berlaku sebaliknya untuk wanita dalam memilih pasangan. Pilihlah laki-laki yang kuat dalam iman dan baik akhlaknya, karena ia akan membawa keluarganya pada kebaikan dunia dan akhirat. Ia akan menjadi pemimpin yang adil, suami yang penuh kasih, dan ayah yang bijak.

Sunyi kepada Keluarga, Riuh kepada Dunia: Sebuah Renungan tentang Doa yang Tak Pernah Putus

Namun seringkali, pemahaman ini datang terlambat. Banyak wanita baru menyadari hal ini setelah mengalami pernikahan yang penuh luka, setelah merasa lelah dengan pasangan yang tidak bertanggung jawab, atau setelah menghadapi berbagai konflik yang timbul dari ketidaksiapan sang suami dalam memimpin keluarga. Di titik inilah seorang wanita berkata dalam hati, “Andai dulu aku memilih karena agama dan akhlak, bukan hanya karena wajah dan gaya hidup.”

Maka, tulisan ini adalah ajakan untuk para wanita muslimah agar sejak awal menggunakan pertimbangan agama dalam memilih pasangan. Jangan tertipu oleh wajah tampan, kekayaan, atau popularitas. Sebab semua itu akan pudar seiring waktu. Tapi agama dan akhlak akan terus bersinar, bahkan lebih terang di saat-saat sulit.

Penting pula bagi orang tua untuk membimbing anak gadisnya agar sejak dini paham tentang arti kehidupan rumah tangga yang hakiki. Jangan hanya mendorong anak untuk mendapatkan suami yang “mapan” secara materi, tapi bimbinglah mereka untuk mencari yang matang secara spiritual. Tanamkan nilai bahwa suami terbaik adalah yang mampu menjadi imam, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Untuk para gadis, persiapkanlah diri dengan ilmu dan iman. Jangan hanya berharap mendapatkan suami yang saleh, tapi juga jadilah wanita yang salehah. Karena pasangan yang baik adalah cerminan dari diri kita sendiri. Jika kita ingin lelaki yang bertanggung jawab dan taat kepada Allah, maka kita pun harus berusaha menjadi pribadi yang demikian.

Pada akhirnya, setiap wanita akan paham. Tapi semoga kepahaman itu datang sebelum terlambat. Sebelum air mata mengalir karena kesalahan memilih. Sebelum luka terlalu dalam untuk disembuhkan. Sebelum rumah tangga menjadi medan pertengkaran, bukan ladang pahala.

Mengingat Kematian, Menyongsong Akhirat: Refleksi dari Kitab al-‘Ushfūriyyah

Penutup

Hidup ini bukan hanya tentang bahagia di dunia. Lebih dari itu, ia adalah perjalanan menuju akhirat. Maka dalam setiap pilihan hidup, termasuk memilih pasangan, jadikan agama dan akhlak sebagai ukuran utama. Karena hanya dengan cara inilah kita akan mendapatkan keberkahan dan ketenangan dalam rumah tangga. Semoga Allah senantiasa membimbing setiap wanita agar memahami hakikat cinta yang sesungguhnya, dan dipertemukan dengan suami yang mampu membaangun keluarga. Keterangan Foto (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement