Merajut Ada di Negeri IV Jurai: Jejak Tradisi dan Harapan Masa Depan
Negeri ini bernama IV Jurai. Sebuah kawasan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, yang tak hanya memiliki bentangan alam yang memesona, tetapi juga kekayaan budaya yang mendalam. Di sini, adat bukan hanya sekadar warisan, melainkan ruh kehidupan yang terus mengalir dalam nadi masyarakatnya.
“Merajut ada” bukan hanya ungkapan simbolik. Ia adalah sebuah proses panjang mempertahankan identitas di tengah arus perubahan zaman. Di negeri IV Jurai, nilai-nilai adat istiadat terus dihidupkan. Rumah gadang masih berdiri kokoh sebagai penanda silsilah suku, alek nagari tetap digelar sebagai peneguh solidaritas sosial, dan petatah-petitih para ninik mamak masih menjadi rujukan dalam menyelesaikan sengketa. Negeri ini menjahit kehidupan dengan benang adat, agama, dan kebersamaan.
Jejak Warisan Nenek Moyang
IV Jurai berasal dari penyatuan empat nagari yang masing-masing memiliki keunikan sejarah dan karakter sosial. Keempat nagari tersebut adalah: Nagari Duku, Nagari Surantih, Nagari Lakitan, dan Nagari Lumpo. Masing-masing nagari membawa kisah panjang perjuangan, migrasi, dan dinamika sosial yang berwarna. Di tengah kompleksitas tersebut, adat menjadi pengikat yang merajut persatuan. Pepatah Minang menyebut: adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah – menjadi kompas yang mengarahkan masyarakat dalam bermuamalah dan bermasyarakat.
Dalam konteks ini, IV Jurai telah menjadi contoh bagaimana adat bukan sekadar simbol, tetapi sistem yang hidup. Mulai dari sistem kepemimpinan dalam nagari, musyawarah dalam balai adat, hingga cara masyarakat menyambut tamu dan mendidik generasi muda – semua dijalankan dalam semangat adat dan agama.
Merajut Identitas Lewat Kearifan Lokal
Merajut adat berarti juga merawat kearifan lokal. Di IV Jurai, kesenian tradisional seperti randai, saluang, rabab, dan tari piring masih ditampilkan pada berbagai acara adat dan budaya. Setiap gerak dan irama dalam kesenian itu menyimpan pesan moral dan filosofi hidup. Begitu juga dengan masakan khas seperti gulai ikan karang, rendang paku, dan samba lado, yang menjadi penanda identitas rasa dan warisan kuliner.
Selain kesenian dan kuliner, kearifan lokal juga terwujud dalam sistem pertanian, pengelolaan air, dan pemanfaatan hutan adat. Masyarakat IV Jurai dikenal menjaga kelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab lintas generasi. Di banyak tempat, masih dijumpai ladang-ladang yang dikelola secara bergotong royong, surau-surau yang menjadi pusat pendidikan informal, dan anak-anak yang dilatih silat tradisional sebagai bentuk pelestarian seni bela diri dan nilai kejantanan.
Tantangan dan Peluang di Era Modern
Namun demikian, merajut adat di masa kini tentu bukan perkara mudah. Globalisasi, urbanisasi, dan modernisasi membawa perubahan besar dalam pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Banyak anak muda yang merantau ke kota besar, dan sebagian dari mereka mulai melupakan akar budayanya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi tokoh adat, pemerintah nagari, dan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk itu, dibutuhkan pendekatan baru dalam menghidupkan adat. Salah satunya adalah dengan memadukan tradisi dan teknologi. Misalnya, mendokumentasikan kegiatan adat melalui media digital, membuat platform edukasi adat berbasis daring, serta mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya. Festival budaya IV Jurai, pelatihan seni tradisional, hingga pengembangan wisata nagari berbasis adat bisa menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan melestarikan warisan leluhur.
Peran Generasi Muda: Penjaga Warisan
Generasi muda IV Jurai memiliki peran strategis dalam merajut adat ke masa depan. Mereka adalah pewaris dan sekaligus agen perubahan. Dengan bekal pendidikan dan akses teknologi, mereka bisa menjadi juru bicara budaya lokal di tingkat nasional bahkan global. Sudah saatnya anak nagari kembali menengok kampung halaman, mengenali warisan adatnya, dan membawa gagasan inovatif untuk membangun nagari.
Banyak potensi yang bisa dikembangkan: wisata budaya, agrowisata, kerajinan tangan, musik tradisional, hingga kuliner khas. Generasi muda dapat menjadi pelaku ekonomi kreatif berbasis budaya, sekaligus pelestari nilai-nilai luhur yang diwariskan para datuk dan niniak mamak.
Merajut Masa Depan dengan Nilai Luhur
Merajut adat di IV Jurai adalah tentang menjaga kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga upaya kolektif untuk mempertahankan jati diri. Dalam dunia yang semakin seragam, IV Jurai tetap menjaga keberagaman melalui kekayaan budayanya.
Dengan semangat gotong royong, musyawarah, dan keikhlasan, masyarakat IV Jurai telah membuktikan bahwa adat bukan penghambat kemajuan, tetapi justru fondasi untuk membangun peradaban yang beradab. Semoga semangat “merajut ada” ini terus tumbuh di hati setiap generasi, dan menjadikan IV Jurai sebagai negeri yang kuat dalam adat, maju dalam pembangunan, dan bersinar di mata dunia. (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
