Beranda » Berita » Musibah menurut perspektif Islam Musibah: Jalan Menuju Derajat Tinggi di Sisi Allah

Musibah menurut perspektif Islam Musibah: Jalan Menuju Derajat Tinggi di Sisi Allah

Musibah menurut perspektif Islam
Musibah: Jalan Menuju Derajat Tinggi di Sisi Allah.

 

Dalam kehidupan yang penuh warna ini, tidak ada satu pun manusia yang luput dari ujian. Musibah,  Ada yang diuji dengan kehilangan, ada yang diuji dengan penyakit, bahkan ada pula yang diuji melalui anak-anak mereka. Musibah bisa datang dalam berbagai bentuk dan sering kali membuat hati manusia guncang. Namun, bagi seorang mukmin yang memahami hakikat kehidupan, musibah bukanlah sekadar derita, melainkan adalah jembatan menuju kemuliaan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud no. 2686, Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan untuknya derajat (yang tinggi) namun amalnya tidak mencapainya, maka Allah akan timpakan padanya musibah pada: dirinya, hartanya atau pada anaknya, kemudian Allah jadikan dMusibah Bukan Tanda Murka, Tapi Wujud Kasih Sayang

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Seringkali kita mendengar, bahkan mengucapkan sendiri, “Kenapa aku yang diuji? Apa dosaku sampai begini berat?” Kalimat-kalimat seperti ini lahir dari keterbatasan kita dalam memahami hikmah Allah. Padahal, musibah yang ditimpakan Allah bukan selalu karena dosa. Bahkan, bisa jadi itu adalah tanda cinta-Nya.

Ustaz Abu Yahya Badrusalam hafizhahullah menegaskan bahwa:

> “Musibah bukan hanya untuk menggugurkan dosa. Tidak juga selamanya menunjukkan pelakunya banyak dosa. Namun terkadang karena amalnya yang kurang. Sementara Allah telah menentukan derajat yang tinggi untuknya.”

Kalimat ini menjungkirbalikkan anggapan banyak orang bahwa penderitaan hanya menimpa mereka yang berdosa. Justru bisa jadi, orang-orang yang paling menderita di dunia ini adalah mereka yang paling dekat dengan Allah. Lihatlah para nabi—mereka diuji lebih berat daripada kita. Nabi Ayyub dengan penyakitnya, Nabi Yusuf dengan fitnah dan penjara, Nabi Muhammad ﷺ dengan penolakan, perang, dan kehilangan orang-orang tercinta.

Tiga Bentuk Musibah yang Menjadi Ujian

Agar Kamu Bersyukur: Ketika Kesulitan Adalah Jalan Menuju Kesucian

Dalam hadis disebutkan bahwa Allah bisa menguji seorang hamba melalui:

1. Dirinya sendiri, seperti sakit, kelemahan fisik, gangguan mental, atau keterbatasan lainnya.
2. Hartanya, berupa kehilangan pekerjaan, kemiskinan, kerugian usaha, atau kehancuran aset.
3. Anaknya, yakni kehilangan anak, anak yang durhaka, atau anak yang menjadi sumber kesedihan orang tuanya.

Setiap jenis musibah ini memiliki potensi besar untuk menggugurkan dosa dan mengangkat derajat, selama disikapi dengan sabar dan iman. Ketika seseorang bersabar atas penyakit, ia tengah menapaki jalan menuju surga. Ketika seseorang ridha atas kerugian harta, ia sedang membangun mahligai pahala. Dan ketika seseorang bersabar terhadap cobaan yang datang dari anak-anaknya, ia sedang mengukir kemuliaan di sisi Allah.

Sabar: Kunci Utama Menggapai Derajat Mulia

Kata kunci dalam menghadapi musibah bukanlah keluhan, tetapi sabar. Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 10:

Ketika Hati Mulai Lelah, Ingatlah Allah Tidak Pernah Pergi

> “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Tanpa batas! Bayangkan pahala yang Allah janjikan bagi orang-orang yang bersabar—tak terukur, tak terhitung, melampaui hitungan malaikat. Maka tidak heran jika orang-orang sabar akan mendapatkan balasan yang luar biasa kelak di akhirat.

Bersyukur Saat Musibah? Mengapa Tidak?

Ustaz Abu Yahya menutup nasihatnya dengan kalimat yang menggugah:

> “Maka pujilah Allah saat ditimpa musibah.. Karena Dia tidak pernah menzalimi hamba-Nya..”

Ucapan ini begitu indah dan dalam maknanya. Dalam kondisi tertimpa musibah sekalipun, seorang Muslim masih dianjurkan memuji Allah. Bukan karena ia menikmati penderitaan, tetapi karena ia tahu, bahwa di balik musibah itu ada kebaikan besar yang belum ia pahami. Allah Maha Adil. Tidak mungkin Dia menimpakan kesakitan tanpa hikmah. Tidak mungkin Dia menguji hamba-Nya tanpa tujuan.

Penutup: Melihat Musibah dengan Kacamata Iman

Musibah akan terasa berat bila dilihat dengan kacamata dunia. Tapi ia akan terasa ringan bila dilihat dengan kacamata iman. Karena orang beriman tahu, bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian. Segala penderitaan akan diganjar, setiap tetesan air mata akan diganti pahala, dan setiap luka akan digantikan dengan kedudukan mulia di akhirat.

Maka jika hari ini engkau sedang diuji, bersabarlah. Jika engkau melihat orang lain dalam musibah, hiburlah. Jangan pernah berpikir Allah sedang menghukummu. Justru bisa jadi, Dia sedang mengangkatmu.

Allah Maha Tahu dan Maha Penyayang. Dia tidak akan memberikan beban, kecuali kepada mereka yang mampu memikulnya. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement