Beranda » Berita » Menanam Nilai Keislaman Lewat Majelis Ilmu di Masjid: Sebuah Catatan Kehangatan dan Kebersamaan

Menanam Nilai Keislaman Lewat Majelis Ilmu di Masjid: Sebuah Catatan Kehangatan dan Kebersamaan

 

Di sebuah malam yang hangat, lantai masjid yang bersih memantulkan cahaya lampu putih. Di atas hamparan sajadah hijau yang tersusun rapi, sekelompok jamaah laki-laki duduk bersila, menyimak dengan penuh perhatian seorang pembicara yang duduk di kursi kecil. Dengan semangat dan gaya bicara yang lugas, sang penceramah menyampaikan tausiyahnya—sebuah pengingat akan pentingnya ilmu, akhlak, dan keteladanan dalam kehidupan seorang Muslim.

Kegiatan seperti inilah yang menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat Muslim di kampung-kampung maupun perkotaan. Meski tak selalu ramai, majelis ilmu di masjid adalah sumber kekuatan ruhani yang tak ternilai. Mereka yang datang bukan sekadar ingin tahu, tetapi ingin bertumbuh—menambah pemahaman agama, memperbaiki akhlak, dan mempererat ukhuwah islamiyah.

Menghidupkan Masjid Sebagai Pusat Peradaban

Masjid bukan sekadar tempat shalat. Dalam sejarah Islam, masjid adalah pusat segala aktivitas umat: mulai dari pendidikan, musyawarah, pengambilan keputusan, hingga penguatan sosial. Ketika Rasulullah SAW membangun Masjid Nabawi di Madinah, fungsi utama masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga tempat berkumpulnya umat untuk belajar, berdiskusi, bahkan merancang strategi dakwah dan peperangan.

Kisah Syekh Muhammad Al-Harri dan Pemuda Misterius

Dalam semangat itulah, kegiatan majelis ilmu seperti yang tampak dalam gambar ini menjadi upaya nyata untuk menghidupkan kembali fungsi masjid sebagai pusat peradaban. Masjid menjadi tempat berkumpulnya berbagai kalangan: tua-muda, pelajar, petani, pedagang, bahkan pemuka masyarakat. Tidak ada sekat kasta, yang ada hanyalah semangat saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.

Tausiyah Sebagai Jalan Menanamkan Nilai

Isi dari tausiyah malam itu barangkali sederhana, namun sarat makna. Dalam suasana yang akrab dan khidmat, sang penceramah mengingatkan tentang pentingnya menjaga lisan, menunaikan shalat tepat waktu, serta menjauhi ghibah dan fitnah. Topik-topik yang sederhana namun sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan gaya bertutur yang ringan, sesekali diselingi guyonan khas daerah, para jamaah terlihat antusias. Mereka mendengarkan, sesekali tersenyum, bahkan ada yang mencatat poin-poin penting dalam buku kecil. Inilah wujud nyata dari semangat mencari ilmu sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Membangun Generasi Berakhlak Mulia

Dakwah dan Masjid: Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Kehadiran para pemuda di majelis itu menjadi tanda harapan. Di tengah era digital yang penuh distraksi, masih ada anak-anak muda yang memilih untuk duduk bersila di masjid, mendengarkan ilmu agama, dan memperdalam iman mereka. Ini bukan hanya prestasi individu, tapi juga cerminan keberhasilan masyarakat dalam membangun budaya religius.

Kehadiran para ustadz dan tokoh masyarakat yang menjadi pembicara sangat berperan dalam membentuk akhlak generasi muda. Dengan keteladanan, nasihat, dan kepedulian mereka, nilai-nilai keislaman ditanamkan tidak dengan paksaan, tetapi dengan kasih sayang. Generasi yang dibesarkan dalam lingkungan seperti ini kelak akan tumbuh menjadi pemimpin yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.

Ukhuwah dalam Kesederhanaan

Momen seperti ini juga menjadi waktu untuk mempererat ukhuwah Islamiyah. Duduk bersama, berbincang setelah majelis selesai, bahkan saling bertukar cerita tentang keluarga, pekerjaan, dan harapan masa depan. Semua terasa lebih bermakna ketika dilakukan dalam bingkai ukhuwah dan iman.

Kesederhanaan tempat dan suasana justru menambah kedalaman makna. Tidak ada kemewahan, tidak ada dekorasi yang mewah. Yang ada hanya kebersihan, ketertiban, dan keikhlasan. Di sinilah letak keindahan Islam yang sejati: dalam ketulusan hati dan kebersamaan.

Catatan Politik Bamsoet: Soeharto dan Fakta Legasi yang Tak Terbantahkan 

Tantangan dan Harapan

Meski kegiatan keagamaan seperti ini sangat bermanfaat, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangannya juga besar. Minat generasi muda terhadap majelis ilmu masih perlu ditumbuhkan. Gangguan media sosial, budaya hedonisme, dan kurangnya peran orang tua menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama.

Namun harapan tidak boleh padam. Seiring dengan kemajuan teknologi, dakwah bisa dijalankan melalui berbagai media. Rekaman ceramah bisa dibagikan di media sosial. Kutipan-kutipan nasihat bisa disebar lewat pesan singkat. Yang penting adalah konsistensi dan niat yang tulus.

Peran Keluarga dan Masyarakat

Untuk mendukung kegiatan seperti ini, peran keluarga sangat penting. Orang tua harus menjadi contoh dalam urusan agama. Anak yang melihat ayahnya rajin ke masjid akan memiliki kecenderungan yang sama. Ibu yang membiasakan membaca Al-Qur’an di rumah akan melahirkan generasi yang mencintai kitab suci itu.

Selain itu, dukungan dari masyarakat, mulai dari tokoh adat, pemuda, hingga perangkat nagari, sangat menentukan keberlangsungan kegiatan dakwah ini. Ketika semua unsur masyarakat bergerak bersama, masjid akan hidup, dan umat akan kuat.

Dokumentasi dan Warisan Spiritual

Kegiatan seperti yang terlihat dalam gambar ini perlu didokumentasikan, baik dalam bentuk foto, video, maupun tulisan. Ini bukan semata untuk konsumsi media, tetapi sebagai warisan spiritual. Kelak, ketika anak-cucu melihat dokumentasi ini, mereka akan tahu bahwa nenek moyang mereka adalah orang-orang yang mencintai ilmu dan agama.

Masjid bukan hanya tempat sujud, tetapi juga tempat tumbuhnya cita dan cinta. Majelis ilmu seperti ini adalah bukti bahwa Islam bukan sekadar ritual, tetapi juga budaya, semangat, dan peradaban.

Penutup: Dari Masjid, Kita Bangkit

Di tengah banyaknya krisis yang melanda umat—baik krisis moral, ekonomi, maupun spiritual—masjid menjadi tempat kembali. Di sinilah hati ditenangkan, akal diasah, dan iman diperkuat. Dalam majelis yang mungkin terlihat sederhana seperti dalam gambar ini, sesungguhnya sedang dibangun fondasi peradaban yang besar.

Satu demi satu, jamaah keluar dari masjid malam itu. Wajah mereka tampak tenang dan bahagia. Ada yang berjabat tangan, ada yang tersenyum, ada yang langsung pulang membawa pelajaran malam itu dalam hati mereka.

Malam itu, masjid bukan hanya tempat ibadah. Ia telah menjadi sekolah kehidupan, taman ilmu, dan ladang amal. Dan semoga, kegiatan semacam ini terus tumbuh subur, mengalirkan cahaya keislaman di setiap sudut negeri. (Gontralis/Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement