SURAU.CO – Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan sumber pelajaran abadi bagi umat manusia. Al-Qur’an menyajikan banyak kisah nyata, salah satunya tentang penentangan sengit terhadap dakwah Rasulullah SAW. Dalam barisan penentang, Abu Lahab yang merupakan paman Nabi, berdiri paling depan. Namun, Al-Qur’an tidak hanya menyoroti dirinya. Kitab suci ini secara khusus menyorot peran istrinya, Arwa binti Harb alias Ummu Jamil, yang menjadi simbol kebencian dan penyebar fitnah.
Mengenal Pasangan Penentang Dakwah
Abu Lahab, yang memiliki nama asli Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, mendapat julukan tersebut karena wajahnya yang selalu bersinar kemerahan. Sayangnya, penampilan luarnya tidak mencerminkan hatinya yang gelap. Bersama istrinya, Ummu Jamil, ia secara aktif memimpin perlawanan terhadap ajaran tauhid yang dibawa keponakannya sendiri.
Ummu Jamil sendiri merupakan putri dari Harb bin Umayyah, seorang tokoh terpandang kaum Quraisy. Dengan latar belakang tersebut, ia memiliki pengaruh di masyarakat. Alih-alih menggunakannya untuk kebaikan, ia justru mengerahkan pengaruhnya untuk memadamkan cahaya Islam melalui cara-cara yang keji.
Permusuhan Terbuka yang Dijawab Langsung oleh Allah
Permusuhan pasangan ini mencapai puncaknya ketika Rasulullah SAW mulai berdakwah secara terang-terangan. Beliau mengumpulkan seluruh kerabatnya di Bukit Shafa dan mengajak mereka untuk menyembah Allah Yang Maha Esa. Namun, Abu Lahab dengan angkuh menolak seruan itu dan mengumpat, “Celakalah engkau, Muhammad! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”
Tindakan sombong ini tidak dibiarkan tanpa jawaban. Allah SWT langsung menurunkan satu surah penuh yang mengutuk Abu Lahab dan istrinya, yang kini dikenal sebagai Surah Al-Lahab. Firman-Nya yang tegas menjadi bukti nyata atas kejahatan mereka.
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang ia usahakan. Kelak, dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS. Al-Lahab: 1-5)
Secara spesifik, ayat ini menyoroti peran sang istri, yang menunjukkan betapa besar kontribusinya dalam permusuhan tersebut.
Makna di Balik Julukan “Pembawa Kayu Bakar”
Allah SWT memberikan julukan “pembawa kayu bakar” (ḥammālat al-ḥaṭab) kepada Ummu Jamil. Para ulama menjelaskan bahwa julukan ini memiliki dua makna yang saling melengkapi.
Pertama, makna harfiah. Julukan ini merujuk langsung pada perbuatan fisik Ummu Jamil. Ia memiliki kebiasaan buruk mengumpulkan kayu dan semak berduri dari gurun. Kemudian, ia menebarkan duri-duri itu di jalan yang sering Rasulullah SAW lewati pada malam hari. Ia bertujuan murni untuk mencederai fisik Nabi Muhammad SAW. Perilaku ini menunjukkan betapa besar kebencian yang ia pendam.
Kedua, makna kiasan. Para ulama juga menafsirkan “kayu bakar” sebagai metafora untuk fitnah dan adu domba. Ini berarti Ummu Jamil adalah seorang provokator yang aktif menyebar gosip. Ia menggunakan lidahnya yang tajam untuk menyulut api permusuhan di antara masyarakat. Ia berkeliling dan membisikkan kebohongan tentang Nabi untuk merusak reputasinya. Dengan demikian, ia tidak hanya membawa kayu bakar fisik, tetapi juga membakar keharmonisan sosial dengan fitnah-fitnahnya.
Akhir Tragis Sesuai Janji Tuhan
Riwayat tafsir menyebutkan bahwa Ummu Jamil menemui akhir hidup yang sangat tragis dan menghinakan. Tali sabut kurma yang biasa ia pakai untuk mengikat kayu bakar justru menjadi alat kematiannya. Tali itu menjerat lehernya sendiri hingga ia tewas dalam keadaan tercekik. Allah memberikan balasan yang setimpal, di mana alat yang ia gunakan untuk berbuat jahat berbalik menjadi penyebab kehancurannya.
Kisah Ummu Jamil mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan, terutama kebencian dan fitnah, akan selalu menerima balasan yang adil. Allah mencatat kisahnya selamanya di dalam Al-Qur’an sebagai peringatan keras bagi siapa pun yang mencoba memusuhi kebenaran.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
