SKEMA (Sketsa Masyarakat): VISIOROMANSA DEDI & SHERLY DI TENGAH INTERPRETASI LIAR A.I.
Pertemuan dua orang gubernur itu sesungguhnya hal biasa. Termasuk jika salah satu mengunjungi yang tempat tinggal yang lain. Seperti Sherly Tjoanda mengunjungi Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan, pada Ahad (10/6).
Sherly gubernur Maluku Utara sedangkan Dedi, yeah, siapa orang Indonesia yang tidak pernah dengar namanya saat ini? Di Tanah Pasundan, Gubernur Jawa Barat itu punya nama panggilan “Bapa Aing”. Ayah Saya.
Di tengah masyarakat Indonesia yang masih suka drama, pertemuan kedua gubernur dengan keduanya berstatus single parent ini langsung digoreng dengan beragam bumbu penyedap.
Maka lini masa media sosial pun dipenuhi video kemesraan Dedi & Sherly yang tentu saja olahan mesin AI, bukan hasil jepretan fotografer atau rekaman videografer resmi.
Sebagian warganet dengan semangat menyala melebihi pemain timnas Jepang saat membantai timnas Indonesia, mengatakan setuju jika Dedi-Sherly melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, Mereka serasi dan sepadan. Sebagian lagi berkomentar bak cenayang politik: Dedi & Sherly adalah pasangan ideal Presiden dan Ibu Presiden 2029.
Di era digital yang memungkinkan inovasi foto dan video terlihat natural, bagaimanapun juga seharusnya warganet jangan kebablasan masuk ranah privasi terlalu jauh. Baik Dedi dan Sherly mempunyai keluarga, anak-anak mereka yang harus dihormati hak dan perasaannya oleh publik.
Namun jika visi dan cara kepemimpinan Dedi & Sherly yang dijadikan fokus perhatian, akan terlihat beberapa faktor saling berkelindan. Berpotensi dikembangkan menjadi sinergi yang bermanfaat bagi kedua wilayah dan penduduk masing-masing.
Inilah tipe “romansa” yang selayaknya dikembangkan kedua gubernur. Sebuah visioromance yang akan menjadi daya lenting penguatan kemandirian dan pertumbuhan kemakmuran warga Jawa Barat dan Maluku Utara.
Dedi menginvestasikan karier politik sejak lama. Sebagai anggota DPRD, dua periode Bupati Purwakarta, sebelum terpilih menjadi gubernur. Perolehan suaranya bersama Erwan Setiawan sebagai wakil gubernur mencapai 62%. Kemenangan telak.
Sementara Sherly tercebur dalam aliran politik karena puntiran nasib. Sejatinya sang suami, Benny Laos, yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur Maluku Utara. Nahas, terjadi ledakan speed boat yang mengambil nyawa Benny, dan beberapa penumpang lain, saat mereka akan kampanye pada 12 Oktober 2024.
Sherly yang berada di boat yang sama ternyata selamat meski harus dirawat di rumah sakit. Lima hari setelah tragedi, namanya terdaftar di KPU menggantikan mendiang suami. Berpasangan dengan Sarbin Sehe sebagai wagub, mereka bisa meraup 50,69% suara. Kemenangan tipis yang mengesankan karena Sherly merupakan bagian dari populasi 0,5% umat Katolik Maluku Utara di tengah mayoritas 74,5% umat Islam dan 25,5% umat Kristen Protestan.
Dedi adalah lelaki bumi. Hobinya jalan kaki, keluar masuk kampung. Sherly tipikal bunda samudera. Mahir renang dan selam bebas (free diving). Video viralnya menyelam dengan kostum putri duyung di perairan Maluku Utara menunjukkan keahlian itu.
Hobi Dedi berjalan kaki ditopang fakta wilayah Jawa Barat sebagian besar daratan. Hanya sebagian kecil berbatasan dengan lautan di sepanjang jalur selatan. Sementara kehebatan Sherly sebagai putri duyung disokong topografi Maluku Utara yang 70% wilayah berupa lautan, hanya 30% daratan.
Maka, Dedi & Sherly seakan dipertemukan takdir untuk saling melengkapi. Yin dan yang pada lanskap politik domestik. Apa yang tak ada pada Dedi ditemukan pada Sherly, dan sebaliknya. Sherly bisa belajar kepada Dedi bagaimana cara mengelola lahan pertanian yang menjadi kekuatan Jawa Barat, sedangkan Dedi bisa belajar dari Sherly tentang cara mengelola potensi kelautan yang menjadi ketangguhan Maluku Utara.
Setidaknya ada tiga potensi sinergi lagi yang bisa dilakukan Dedi-Sherly secara nyata.
Pertama, peningkatan hubungan riset, pendidikan, dan kesehatan. Para dosen dan mahasiswa dari kedua provinsi bisa saling dipertukarkan untuk saling melakukan riset yang sesuai. Termasuk pengiriman dokter dan tenaga medis dari Jawa Barat ke Maluku Utara. Ini memungkinkan karena dengan penduduk Jawa Barat sebanyak 50,7 juta jiwa, rasio dokter umum adalah 0,5: 1000.
Sementara penduduk Maluku Utara dengan jumlah jauh lebih rendah, 1,3 juta, namun juga memiliki rasio dokter umum yang lebih rendah pula hanya 0,276: 1000 yang merupakan posisi tiga terendah dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya sedikit di atas provinsi NTT dan Sulawesi Barat.
Kedua, peningkatan hubungan di bidang keagamaan dan seni budaya. Jawa Barat dan Maluku Utara memiliki sejarah panjang sebagai pusat keislaman di wilayah sekitar masing-masing. Di Jawa Barat ada Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang berbasis di Cirebon.
Sementara Maluku Utara secara historis dibentuk oleh konfederasi Moloku Kie Raha (“Empat Gunung Maluku”) berupa empat kesultanan Islam berpengaruh yakni Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultananan Bacan, dan Kesultanan Jailolo.
Maka pertukaran mubaligh dan pemuka agama di antara kedua provinsi juga akan memperkaya pengalaman dakwah masing-masing pada tradisi dan subkultur masyarakat yang berbeda, meski diikat pada buhul ukhuwwah Islamiyah yang sama.
Peningkatan hubungan seni budaya dengan membuat program residensi kembar di kedua provinsi secara paralel dengan cara mengirimkan para seniman dan budayawan Maluku Utara untuk mendalami budaya Jawa Barat dan sebaliknya untuk periode waktu tertentu.
Hasil residensi bisa dipublikasikan dalam bentuk teks literer, gubahan musik, atau bahkan film dokumenter. Ini jenis tantangan kreatif yang sangat disukai generasi muda karena bisa jadi ditemukan semakin banyak kesamaan di masa silam sekaligus sebagai fondasi penguatan kultural ke masa depan.
Ketiga, peningkatan hubungan pariwisata dan olahraga. Baik Dedi maupun Sherly bisa membuat lomba olah raga yang menghubungkan Bandung dan Sofifi, ibu kota kedua provinsi yang terpisah sekitar 3,700 kilometer.
Jarak yang jauh? Tentu saja. Tetapi jarak ini masih lebih dekat dibandingkan rute rali legendaris Paris – Dakar yang berjarak 5.200 km (meski sejak 2020 namanya menjadi Reli Dakar yang diselenggarakan di wilayah gurun Arab Saudi yang terbentang luas).
Lomba Bandung – Sofifi akan melibatkan sejumlah provinsi lain di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, yang dilewati, serta melibatkan moda transportasi ASDP (Angkutan, Sungai, Danau dan Penyeberangan Ferry) di beberapa titik perpindahan antarpulau, yang membuat tingkat kompetisi semakin pelik sekaligus makin eksotik.
Tipe kompetisi seperti ini selain biasanya digemari publik internasional karena mencangkup rentang dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur dengan beragam lanskap menantang, yang pada gilirannya akan ikut menggerakkan perputaran roda pariwisata lebih cepat.
Akankah visioromansa Dedi – Sherly ini terwujud dalam program nyata?
Dalam pertemuan di Lembur Pakuan, Sherly sudah mengundang Dedi datang berkunjung ke Maluku Utara. Publik tinggal menunggu kunjungan balasan Dedi ke sana, serta realisasi kerjasama antar kedua provinsi yang lebih nyata. Seharusnya, Dedi & Sherly mampu melakukannya karena mereka tipe pemimpin visioner yang tidak hanya bekerja di belakang meja tapi mau turun ke sawah dan dasar samudera.
Romansa seperti ini akan lebih positif dan berguna bagi kemajuan bangsa, dibandingkan warganet berspekulasi dan menyalahgunakan AI untuk gibah ala lambe turah yang nirfaedah. Jakarta, 14 Juni 2025, Akmal Nasery Basral (Sosiolog, penerima Anugerah Sastra Andalas 2022 kategori Sastrawan/Budayawan Nasional. Tanggapan, kritik, saran, masukan untuk tulisan ini agar dikirimkan ke e-mail: [email protected])
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
