SURAU.CO – Islam sangat menekankan pentingnya ilmu. Perintah membaca menjadi gerbang utama untuk meraihnya. Dalam Al Quran, kita menemukan dua kata kerja populer terkait membaca. Keduanya adalah Iqra’ (اقْرَأْ) dan Utlu (اتْلُ). Banyak orang menganggap keduanya memiliki arti yang sama. Namun, pemahaman mendalam menunjukkan perbedaan signifikan. Menggali makna Iqro dan Utlu membuka wawasan baru. Kita akan memahami betapa luasnya konsep membaca dalam Islam.
Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan fundamental antara kedua perintah tersebut. Kita akan melihat konteks, tujuan, dan cara mengamalkannya dalam kehidupan.
Iqra’: Perintah Membaca Universal dan Konseptual
Perintah Iqra’ adalah wahyu pertama yang Allah turunkan. Perintah ini terdapat dalam Surat Al-Alaq. Allah SWT berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,” (QS. Al-Alaq: 1)
Konteks turunnya ayat ini sangat unik. Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca. Padahal, beliau adalah seorang ummi atau tidak bisa membaca dan menulis. Fakta ini memberi isyarat kuat. Iqra’ memiliki makna yang jauh lebih luas dari sekadar membaca teks.
Iqra’ adalah perintah untuk membaca, menelaah, dan menganalisis. Objeknya tidak terbatas pada tulisan. Perintah ini mencakup membaca tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta (ayat kauniyah). Kita diajak mengamati langit, bumi, dan pergantian siang malam. Kita juga diperintahkan membaca diri kita sendiri. Dengan begitu, Iqra’ adalah gerbang menuju pengetahuan secara umum. Ia mendorong observasi, riset, dan pemikiran kritis.
Profesor Quraish Shihab menjelaskan hal ini dengan sangat baik. Beliau menyatakan Iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau. Baik itu teks tertulis maupun tidak tertulis. Jadi, Iqra’ adalah fondasi peradaban ilmu dalam Islam.
Utlu: Membaca Teks Suci dengan Penghayatan dan Tindak Lanjut
Jika Iqra’ bersifat umum, maka Utlu lebih spesifik. Kata Utlu berasal dari kata tilawah. Tilawah tidak hanya berarti membaca lafal ayat. Ia mengandung makna mengikuti, menyampaikan, dan mengamalkan. Perintah Utlu secara khusus merujuk pada pembacaan teks suci, yaitu Al Quran.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
“Bacalah (Utlu) apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Ayat ini mengaitkan Utlu langsung dengan Al Kitab (Al Quran). Perintah ini bukan sekadar melafalkan huruf Arab. Utlu menuntut adanya interaksi batin yang mendalam. Saat seseorang melakukan tilawah, ia harus berusaha memahami maknanya (tadabbur). Ia juga harus mengikuti ajaran yang dibacanya. Kemudian, ia memiliki tugas untuk menyampaikan pesan itu kepada orang lain.
Jadi, Utlu adalah sebuah proses membaca yang berkesinambungan. Ia dimulai dari lisan, masuk ke dalam hati, diproses oleh akal, lalu diwujudkan dalam perbuatan. Inilah yang membedakannya secara fundamental dari Iqra’.
Perbedaan Kunci Antara Iqra’ dan Utlu
Untuk mempermudah pemahaman, mari kita simpulkan perbedaannya:
Objek Bacaan: Iqra’ memiliki objek yang sangat luas. Ia mencakup alam semesta, fenomena sosial, diri sendiri, dan teks. Sementara Utlu berobjek spesifik, yaitu wahyu atau Al Quran.
Tujuan Membaca: Tujuan Iqra’ adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman konseptual. Ia adalah kunci pembuka ilmu. Sebaliknya, tujuan Utlu adalah untuk mendapatkan petunjuk, menghayati, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup.
Tindak Lanjut: Iqra’ menuntut analisis dan kesimpulan. Sedangkan Utlu menuntut ketaatan, pengamalan, dan penyampaian pesan (tabligh). Utlu adalah membaca yang diikuti dengan ketundukan.
Bisa kita ibaratkan, Iqra’ adalah perintah untuk membuka semua buku di perpustakaan. Sedangkan Utlu adalah perintah untuk membaca buku panduan, memahaminya, dan mengikuti instruksinya dengan saksama.
Implementasi dalam Kehidupan Muslim
Memahami makna Iqro dan Utlu membantu kita menjadi Muslim yang lebih baik. Keduanya harus berjalan seimbang.
Kita melaksanakan perintah Iqra’ dengan terus belajar. Membaca buku, mengikuti perkembangan sains, dan merenungi ciptaan Allah adalah wujudnya. Semua aktivitas ini akan memperkuat iman kita. Keyakinan akan kebesaran Sang Pencipta pun akan semakin kokoh.
Perintah Utlu kita terapkan dalam rutinitas harian. Pelaksanaannya terwujud melalui pembacaan Al Quran (tilawah) secara rutin. Namun, aktivitas ini harus melampaui sekadar menikmati keindahan lafal. Usaha memahami tafsirnya, lalu mengamalkan ajaran tersebut dalam setiap aspek kehidupan, adalah esensi utamanya.
Dengan demikian, seorang Muslim menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual (Iqra’) dan matang secara spiritual (Utlu). Ia mampu membaca zaman sekaligus berpegang teguh pada wahyu. Inilah esensi dari perintah membaca dalam Al Quran yang sesungguhnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
