Beranda » Berita » Kesalehan dan Kebejatan Itu Bisa Menular: Waspada dalam Memilih Teman

Kesalehan dan Kebejatan Itu Bisa Menular: Waspada dalam Memilih Teman

Kesalehan dan Kebejatan Itu Bisa Menular: Waspadalah dalam Memilih Teman.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia adalah makhluk sosial yang tak lepas dari interaksi dengan orang lain. Kita membutuhkan teman untuk berbagi cerita, bekerja sama, bertukar pikiran, bahkan tumbuh bersama. Namun, tidak semua pertemanan membawa kita menuju kebaikan. Ada pertemanan yang memperkuat keimanan dan membentuk akhlak yang baik, tetapi ada pula yang menyeret kita pada keburukan, kelalaian, bahkan kehancuran iman.

Gambar di atas mengingatkan kita dengan sangat tegas: “Ingat, kesalehan dan kebejatan itu bisa menular. Yuk lebih selektif lagi pilih teman!” Kalimat yang singkat namun penuh makna ini diperkuat oleh sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Abu Musa, dalam hadits shahih Bukhari nomor 2101:

> “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misik dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misik olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapat badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

Teman yang Banyak Belum Tentu Menguatkan, Tetapi Teman yang Beriman Pasti Menuntun

Perumpamaan Rasulullah ﷺ: Antara Minyak Wangi dan Pandai Besi

Hadits ini menggambarkan dua jenis pertemanan dengan analogi yang sangat nyata dan mudah dipahami:

1. Berteman dengan Orang Shalih diibaratkan seperti bergaul dengan penjual minyak wangi (misik).

Mungkin kita tidak mendapatkan minyak wangi itu secara langsung,

Mungkin kita tidak membelinya,

Kaidah Mengenali Ulama Hakiki dan Waspada Terhadap Tokoh Panggung

Tetapi cukup dengan berada di dekatnya, kita bisa kecipratan aromanya.

Begitulah teman yang shalih. Tanpa harus dinasihati terus-menerus, kehadirannya, kata-katanya, sikapnya yang tenang, ibadahnya yang rutin, semua itu memengaruhi kita secara perlahan. Kita jadi terdorong untuk lebih baik, lebih rajin ibadah, lebih menjaga akhlak.

2. Berteman dengan Orang yang Buruk, diumpamakan seperti berteman dengan pandai besi.

Bisa jadi pakaian kita terbakar karena percikan api,

Atau, meskipun tidak terbakar, setidaknya kita akan mencium bau asap yang tidak sedap.

Memakmurkan Masjid: Bukti Iman dan Amal Saleh

Orang yang buruk akhlaknya, buruk lisan dan perbuatannya, bisa memengaruhi kita secara negatif. Awalnya mungkin kita merasa tidak akan terpengaruh, tapi sedikit demi sedikit, pembiaran terhadap perilaku buruk membuat kita terbiasa dan akhirnya ikut terjerumus.

Pengaruh Teman dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam psikologi sosial, dikenal istilah contagion effect — yaitu efek menularnya emosi, sikap, dan perilaku dari satu individu ke individu lain. Dalam Islam, jauh sebelum ilmu ini berkembang, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan akan bahaya berteman dengan orang yang buruk dan pentingnya memilih lingkungan yang baik.

Mengapa Teman Itu Penting?

1. Teman Membentuk Karakter Banyak anak-anak muda yang berubah drastis bukan karena orang tuanya lalai, tapi karena salah memilih teman. Dari yang semula rajin ibadah menjadi malas, dari yang semula sopan menjadi kasar, dari yang semula jujur menjadi suka berdusta. Semua itu terjadi karena teman memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter.

2. Teman Menentukan Arah Hidup Seseorang yang ingin berubah menjadi lebih baik akan lebih mudah mencapainya jika didukung oleh teman-teman yang satu frekuensi. Sebaliknya, perubahan positif akan sulit tercapai jika lingkungan sekitarnya justru menertawakan atau menjatuhkannya. Inilah mengapa penting mencari teman yang menuntun ke surga, bukan menjerumuskan ke neraka.

3. Teman Akan Bersama di Akhirat Rasulullah ﷺ bersabda: > “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika kita mencintai dan selalu bersama orang-orang yang gemar maksiat, bercanda tentang agama, melecehkan syariat, lalu kita tidak menegur dan tetap setia bersahabat dengannya, bagaimana mungkin kita berharap untuk dikumpulkan bersama orang-orang shalih di akhirat?

Tips Menyeleksi Teman dalam Islam

Berikut beberapa kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih teman:

1. Taat Beragama Pilihlah teman yang shalatnya terjaga, ucapannya baik, menjaga lisan dan pandangan, serta tidak menjadikan maksiat sebagai candaan. Teman seperti ini akan menjaga kita dan saling menasihati dalam kebaikan.

2. Punya Adab yang Baik Ilmu tinggi tapi tidak punya adab bisa menjerumuskan. Pilih kawan yang sopan, rendah hati, tidak suka menghina atau mempermalukan orang lain, dan tahu batas dalam pergaulan.

3. Mendorong pada Amal Shalih Teman yang baik bukan hanya hadir saat senang, tapi juga mendorong kita mendekat kepada Allah: mengajak hadir kajian, mengingatkan waktu shalat, saling mengingatkan jika ada kelalaian.

4. Menjaga Lisan dan Amanah Waspadalah terhadap teman yang gemar bergosip, menyebar aib orang lain, dan tidak bisa menjaga rahasia. Teman seperti ini mudah membawa kita pada dosa lisan yang berat di akhirat.

5. Menjaga Jarak dari sahabat yang Merusak Bukan berarti harus memutus silaturahmi, tapi jika seseorang lebih banyak membawa kita pada kelalaian, menunda-nunda ibadah, menormalisasi dosa, maka kita harus menjaga jarak. Bisa tetap berbuat baik padanya, namun tidak menjadikannya sebagai sahabat dekat.

Realita di Era Modern: Teman Digital pun Punya Pengaruh

Di era media sosial, pertemanan tidak hanya terjadi di dunia nyata. Kita terhubung dengan banyak orang lewat internet: grup WhatsApp, Instagram, TikTok, Twitter, YouTube, dan lainnya. Jangan salah, “teman digital” juga memengaruhi akidah, akhlak, dan pola pikir.

Jika timeline kita dipenuhi konten yang menghibur tapi menjauhkan dari Allah, kita lama-lama akan kehilangan rasa takut kepada dosa. Jika grup-grup yang kita ikuti hanya berisi candaan kosong dan ghibah, maka kita sedang membuka pintu maksiat secara rutin.

Maka penting juga bagi kita untuk memilih akun mana yang kita ikuti, konten mana yang kita konsumsi, dan komunitas digital mana yang kita masuki. Sebab, semua itu membentuk jiwa kita secara perlahan.

Menjadi Teman yang Baik: Jangan Hanya Menuntut, Tapi Berusaha Menjadi

Selain memilih teman yang baik, kita pun harus berusaha menjadi teman yang baik bagi orang lain. Kita harus menjadi minyak wangi dalam perumpamaan hadits tadi. Jadilah teman yang jika orang lain duduk bersama kita, ia merasa tenteram, tenang, dan lebih dekat kepada Allah.

Berusahalah untuk:

Menjaga lisan agar tidak menyakiti, Sering mengingatkan dalam kebaikan, Tidak membicarakan aib teman, Mendukung ketika ia ingin berubah menjadi lebih baik, Saling mendoakan, baik ketika dekat maupun jauh.

Penutup: Teman di Dunia, Sahabat di Surga

Persahabatan yang paling indah adalah yang menuntun kepada kebaikan dunia dan keselamatan akhirat. Teman sejati bukan yang hanya hadir saat tawa dan pesta, tapi yang hadir untuk menegur saat kita lalai, dan yang bersedia memegang tangan kita menuju surga.

Mari jadikan sabda Nabi ﷺ sebagai pedoman hidup. Jangan sembarangan dalam memilih kawan, karena teman bisa menjadi jembatan menuju ridha Allah, atau jurang menuju murka-Nya.

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang-orang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata: ‘Aduhai, kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan teman akrabku.'”
(QS. Al-Furqan: 27–28)

Semoga Allah memberikan kita teman-teman yang shalih, yang menguatkan iman, menyuburkan kebaikan, dan mendampingi kita hingga ke surga. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement