Beranda » Berita » Kehidupan yang Baik di Dunia: Lapangnya Dada dan Tenangnya Hati

Kehidupan yang Baik di Dunia: Lapangnya Dada dan Tenangnya Hati

Kehidupan yang Baik di Dunia: Lapangnya Dada dan Tenangnya Hati

Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan seperti sekarang ini, banyak orang berlomba-lomba mencari kebahagiaan dan kenyamanan hidup. Ada yang mengira bahwa kehidupan yang baik berarti memiliki kekayaan yang melimpah, rumah mewah, kendaraan bagus, karier cemerlang, atau popularitas yang tinggi. Namun, dalam perspektif Islam, ukuran kehidupan yang baik tidak selalu ditentukan oleh aspek-aspek lahiriah tersebut.

Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah memberikan penjelasan yang sangat menyentuh hati mengenai makna sejati dari kehidupan yang baik di dunia. Beliau mengatakan bahwa kehidupan yang baik adalah kelapangan dada dan ketenangan hati. Ini adalah pandangan yang mendalam dan menyentuh akar dari apa yang sebenarnya dicari manusia dalam hidup mereka.

Makna Lapangnya Dada dan Tenangnya Hati

Lapangnya dada adalah keadaan di mana seseorang mampu menerima takdir Allah dengan penuh ridha. Dia tidak mengeluh, tidak menyalahkan, dan tidak berputus asa ketika menghadapi ujian atau musibah. Ketika hatinya lapang, ia bisa melihat setiap kejadian sebagai bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah. Ini adalah bentuk tertinggi dari keteguhan iman dan kepercayaan kepada-Nya.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Sedangkan tenangnya hati adalah kondisi batin yang damai, jauh dari kegelisahan, rasa cemas, atau ketakutan yang berlebihan terhadap dunia. Orang yang hatinya tenang akan senantiasa merasa cukup (qana’ah), tidak iri kepada orang lain, dan mampu menjaga kesabaran dalam berbagai kondisi. Ia merasa dekat dengan Allah dan menjadikan-Nya sebagai tempat kembali dalam segala situasi.

Kebahagiaan Sejati Ada di Dalam Hatiku

Kebahagiaan yang hakiki bukanlah sesuatu yang dapat dibeli dengan uang, bukan pula sesuatu yang bisa diraih dengan jabatan atau pujian manusia. Kebahagiaan sejati terletak di dalam hati seseorang. Ketika hati merasakan ketenangan dan kelapangan, maka hidup akan terasa ringan, bahkan di tengah beban yang berat sekalipun.

Syekh Utsaimin menekankan bahwa seorang mukmin yang sedang dilanda musibah berat tetap bisa merasakan kehidupan yang baik. Mengapa demikian? Karena ukurannya bukanlah hilangnya musibah itu sendiri, melainkan kemampuan hati untuk menerima, bersabar, dan terus berharap kepada rahmat Allah. Inilah yang membuat seorang mukmin mampu bertahan, bahkan tumbuh lebih kuat dari setiap ujian yang ia alami.

Nikmat yang Tidak Dimiliki Oleh Orang yang Tidak Berikan

Sunyi kepada Keluarga, Riuh kepada Dunia: Sebuah Renungan tentang Doa yang Tak Pernah Putus

Lebih lanjut, Syekh Utsaimin menjelaskan bahwa nikmat berupa kelapangan dada dan ketenangan hati ini tidak akan dirasakan oleh orang-orang yang tidak beriman (kafir). Mereka mungkin memiliki kekayaan, kekuasaan, atau kemewahan dunia lainnya, tetapi hati mereka tetap gersang. Mereka terus dikejar kekhawatiran, kecemasan, dan rasa hampa yang tidak bisa diisi oleh materi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

“Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang jauh dari Allah akan terasa sempit, walau secara materi terlihat lapang. Sebaliknya, kehidupan yang dekat dengan Allah akan terasa lapang, meski secara materi tampak sederhana.

Kehidupan yang Baik Bagi Mukmin: Hikmah dan Ketenangan

Mewaspadai Bahaya Pluralisme dan Sinkretisme Agama

Dalam kehidupan seorang mukmin, setiap detik memiliki nilai. Bahkan kesedihan, kesulitan, dan duka bisa menjadi ladang pahala dan cara Allah mengangkat derajatnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, dia bersabar dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa kehidupan yang baik bagi seorang mukmin bukanlah bebas dari masalah, tetapi bagaimana dia merespon setiap keadaan dengan hati yang bersandar kepada Allah.

Cara Meraih Kehidupan yang Baik

Lalu bagaimana agar kita bisa merasakan kehidupan yang baik di dunia sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Utsaimin?

1. Perkuat Iman dan Tauhid
Tanamkan keyakinan yang kokoh kepada Allah. Ketahuilah bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya, dan tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya.

2. Perbanyak Dzikir dan Doa
Hati yang senantiasa mengingat Allah akan selalu tenang. Dzikir bukan hanya ritual, tetapi juga penyejuk jiwa dan penenang hati.

3. Tawakal dan Ridha Terhadap Takdir
Serahkan segala urusan kepada Allah setelahnya berusaha. Ridha dengan takdir Allah akan membuat hati lapang, meskipun dunia terasa sempit.

4. Syukur dan Qana’ah
Hargai setiap nikmat yang diberikan oleh Allah, sekecil apa pun itu. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan puas.

5. Bersabar dalam Ujian
Kesabaran adalah kunci keteguhan dalam menghadapi segala ujian. Dengan bersabar, Allah akan memberikan pertolongan dan ketenangan yang luar biasa.

Penutup

Kehidupan yang baik bukanlah tentang memiliki segalanya, tetapi tentang merasa cukup dan bahagia dengan apa yang dimiliki, karena hati telah penuh dengan iman dan yakin akan janji-janji Allah. Kelapangan dada dan ketenangan hati adalah anugerah besar yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman.

Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, inilah kenikmatan yang sejati di dunia ini—dan ini tidak bisa dirasakan oleh siapa pun kecuali oleh mereka yang dekat kepada Allah. Maka marilah kita memperbaiki hubungan kita dengan-Nya agar kita bisa merasakan kehidupan yang baik, baik di dunia maupun di akhirat kelak. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement