SURAU.CO – Kota Pekanbaru mendapat sorotan. Kota ini masuk daftar 10 kota dengan skor Indeks Kota Toleran (IKT) terendah di Indonesia. Setara Institute yang merilis daftar tersebut. Zulkardi, anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi PDIP, mengaku terkejut. Ia juga sangat menyayangkan penilaian itu. Menurut Zulkardi, hasil tersebut tidak mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Pekanbaru. Ia menilai selama ini warga Pekanbaru hidup rukun dan damai.
Zulkardi mengungkapkan keheranannya pada Jumat (30/5/2025). “Kalau melihat kenyataan di lapangan, kehidupan masyarakat di sini berlangsung secara harmonis, baik antaragama maupun antar-suku. Kok bisa Pekanbaru masuk daftar itu?” ujar Zulkardi heran. Ia merasa ada ketidaksesuaian antara hasil riset dengan realitas sosial di ibu kota Provinsi Riau. Baginya, interaksi warga sehari-hari menunjukkan semangat toleransi yang kuat.
Zulkardi Pertanyakan Metode dan Parameter Riset
Lebih lanjut, Zulkardi secara terbuka mempertanyakan metode riset Setara Institute. Ia juga ingin tahu parameter yang mereka gunakan. Menurut politisi PDIP ini, sebuah kajian ilmiah haruslah transparan. Peneliti wajib menjelaskan metodologinya secara terbuka. Jika hasil kajian tidak bisa publik jelaskan secara ilmiah, hal ini dapat menimbulkan masalah. Potensi keresahan bisa muncul di tengah masyarakat Pekanbaru yang multikultural.
“Kami minta pihak lembaga riset menjelaskan dasar penilaian mereka,” tegas Zulkardi. Ia menekankan bahwa penjelasan detail sangat penting. “Jika tidak ada penjabaran yang jelas, kami siap menuntut. Informasi seperti ini tidak bisa dianggap enteng karena menyangkut keharmonisan sosial,” lanjutnya. Zulkardi menganggap informasi skor toleransi ini sangat serius. Isu ini menyangkut langsung keharmonisan sosial. Keharmonisan ini telah lama terjaga di Pekanbaru. Ia khawatir label negatif ini bisa mempengaruhi citra kota. Kenyamanan warganya juga bisa terpengaruh.
Detail Rilis Setara Institute dan Posisi Pekanbaru
Rilis Setara Institute yang menjadi sorotan ini merupakan hasil pemantauan. Lembaga tersebut melakukan pemantauan sepanjang tahun 2024. Salah satu media nasional kemudian mempublikasikan hasil riset itu. Dalam daftar rilis, Pekanbaru menempati posisi kelima. Ini berarti Pekanbaru menjadi kota kelima dengan skor toleransi terendah se-Indonesia. Tentu saja, data ini mengundang berbagai reaksi dari berbagai pihak di Pekanbaru.
Imbauan Zulkardi agar Masyarakat Tetap Jaga Kerukunan
Meskipun kecewa dengan hasil survei, Zulkardi tetap menyampaikan imbauan penting. Ia meminta masyarakat Pekanbaru agar tidak terpancing emosi. Ia berharap warga tetap menjaga kerukunan yang sudah terjalin. Zulkardi menegaskan pentingnya mempertahankan semangat kebersamaan. Ia juga mengingatkan warga agar tidak mudah terpengaruh informasi. Terutama informasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan di masyarakat.
“Apa pun hasil survei itu, kita jangan terprovokasi,” pesan Zulkardi. “Kita tetap harus jaga kedamaian, saling menghormati, dan hidup rukun seperti selama ini,” tambahnya. Ia percaya masyarakat Pekanbaru cukup dewasa. Mereka bisa menyikapi informasi ini dengan bijak. Solidaritas dan persatuan harus tetap menjadi prioritas utama.
Pentingnya Klarifikasi Resmi dari Pihak Terkait
Menutup pernyataannya, Zulkardi kembali menekankan satu hal. Ia menegaskan perlunya klarifikasi resmi dari pihak terkait. Khususnya dari Setara Institute. Klarifikasi ini sangat penting. Tujuannya agar masyarakat mendapat pemahaman yang jernih. Masyarakat juga tidak salah menilai situasi di Kota Pekanbaru. Penjelasan transparan akan membantu meredakan potensi kesalahpahaman. Klarifikasi juga bisa menjadi dasar evaluasi bagi pemerintah kota. Jika ada kekurangan, pemerintah bisa mengambil langkah perbaikan tepat.
Zulkardi berharap semua pihak dapat duduk bersama. Diskusi terbuka bisa mencari solusi terbaik. Citra Pekanbaru sebagai kota damai dan harmonis harus terus dijaga bersama. Ia berkomitmen terus mengawal isu ini. Ia ingin penilaian terhadap Pekanbaru selalu berdasarkan data akurat. Metode penilaian juga harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kehidupan sosial kondusif adalah aset berharga bagi pembangunan daerah. (RIAUPOS/KAN)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
