Kisah
Beranda » Berita » Nabi Ibrahim AS dan Latar Belakang Keluarganya

Nabi Ibrahim AS dan Latar Belakang Keluarganya

Kisah-Nabi-Ibrahim-AS
Kisah-Nabi-Ibrahim-AS

Awal Kehidupan dan Tekad Nabi Ibrahim

Surau.co – Nabi Ibrahim AS lahir sebagai anak dari Azar dan cucu dari Nahur. Sejak muda, ia menunjukkan keberanian menentang penyembahan berhala dan kesyirikan.

Sebelum memulai perjuangan, Ibrahim memohon kepada Allah agar diberi kekuatan iman dan keteguhan hati. Ia ingin bebas dari keraguan dan meminta agar Allah menunjukkan kepadanya bagaimana cara menghidupkan makhluk yang telah mati.

Lahirnya Ibrahim di Masa Kekuasaan Namrud

Sekitar tahun 2295 SM, Kerajaan Babilonia dipimpin oleh Raja Namrud yang zalim. Suatu malam, para ahli nujum meramalkan kelahiran seorang anak laki-laki yang kelak akan mengancam kekuasaan Namrud.

Ketakutan akan ramalan itu membuat Namrud memerintahkan pembunuhan terhadap seluruh bayi laki-laki yang baru lahir. Saat itu, istri Azar sedang mengandung. Kedua anak Azar, Nahor dan Haran, memberikan saran berbeda.

Haran percaya bahwa keajaiban akan melindungi bayi itu meskipun diserahkan kepada raja. Sebaliknya, Nahor menyarankan agar ibunya menyelamatkan bayi tersebut dengan pergi dan mengganti bayi mereka dengan bayi lain. Azar pun mengikuti saran Nahor demi menyelamatkan Ibrahim.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Masa Bayi di Dalam Gua

Ibu Ibrahim bersembunyi di sebuah gua dan melahirkan di sana. Azar menyerahkan bayi pengganti dari budaknya kepada Namrud. Raja merasa puas karena mengira ancaman telah musnah.

Sementara itu, ibu Ibrahim meninggalkan bayinya di gua dan berdoa agar Allah melindunginya. Allah mengutus malaikat untuk merawat bayi Ibrahim. Seiring waktu, Haran terus mempercayai ramalan langit tentang keistimewaan Ibrahim.

Ia pun pergi ke gua dan terkejut melihat Ibrahim telah mampu berbicara. Setelah membujuknya, Haran membawa Ibrahim kembali ke rumah.

Awalnya, Azar tidak yakin anak itu adalah Ibrahim yang dulu ia sembunyikan. Namun, Ibrahim berkata bahwa Allah telah mengajarkannya segalanya dan memberinya makan.

Azar pun terkejut dan kagum. Untuk menghindari kecurigaan dari Namrud, mereka membesarkan Ibrahim di rumah Haran yang berada di luar Babilonia.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Mencari Tuhan yang Sebenarnya

Pada usia dua belas tahun, Ibrahim mulai mempertanyakan siapa Tuhan yang layak disembah. Ia menolak tradisi penyembahan berhala yang dianut masyarakat sekitarnya. Bahkan saat tinggal di rumah keturunan Nabi Nuh, ia belum menemukan jawaban pasti.

Ketika kembali, ia sering melihat ayahnya membuat patung dan mempersembahkan makanan kepada berhala. Ibrahim mempertanyakan alasan di balik tradisi itu.

Azar menjawab bahwa hal tersebut berasal dari leluhur mereka. Mesopotamia pada saat itu masih menganut kepercayaan kepada banyak dewa dengan perantara patung.

Ibrahim pun bertanya kepada Nahor tentang dewa-dewa di langit, namun ia merasa perlu mencari kebenaran itu sendiri.

Dialog dengan Sang Ayah

Saat remaja, Ibrahim terus mengajukan pertanyaan kepada Azar mengenai Tuhan yang hakiki. Namun, sang ayah justru menghindari diskusi. Suatu hari, Ibrahim bertanya dari mana asal bahan patung-patung berhala. Azar menjawab bahwa patung itu terbuat dari kayu.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Ibrahim langsung menentangnya, karena kayu hanyalah benda mati yang mudah terbakar. Azar lalu menyuruh Ibrahim menjual patung-patung itu.

Ibrahim tetap melakukannya, tetapi ia menyindir pembelinya dengan bertanya mengapa harus membeli benda yang tidak bisa bicara atau bergerak.

Dengan berbagai cara, Ibrahim mencoba membuka mata orang-orang. Ia dengan sopan mengajak ayahnya meninggalkan penyembahan berhala dan menyembah Allah, Tuhan yang menciptakan dan memberi rezeki kepada seluruh makhluk.

Seruan kepada Kaumnya

Ibrahim kemudian menyeru kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap benda mati. Ia menegaskan bahwa hanya Allah yang menciptakan, membimbing, dan mengatur kehidupan.

Ia heran melihat manusia menyembah benda yang tidak mampu memberi manfaat atau menolak mudarat. Namun, masyarakat Babilonia tetap bersikukuh menyembah patung dan menolak ajakan Ibrahim.

Konflik dengan Raja Namrud

Raja Namrud merancang pembangunan tugu besar berhala sebagai lambang persatuan penyembah berhala. Ibrahim menentang keras dan mengambil tindakan drastis dengan menghancurkan seluruh patung, kecuali satu yaitu patung terbesar yang dianggap paling berkuasa.

Tindakan itu membuat Namrud murka. Ia memerintahkan penangkapan dan penghukuman terhadap Ibrahim. Untuk menunjukkan kekuasaannya, Namrud mengumpulkan rakyat dari berbagai daerah untuk menyaksikan pembakaran Ibrahim.

Haran, kakak Ibrahim, ikut menyaksikan peristiwa itu. Ia yakin bahwa ketentuan langit tidak bisa diganggu gugat dan percaya Ibrahim akan selamat.

Keselamatan dari Api

Ketika para algojo hendak melemparkan Ibrahim ke dalam api, malaikat datang menawarkan bantuan. Namun, Ibrahim menolak dan sepenuhnya menyerahkan nasibnya kepada Allah. Ia siap menghadapi maut jika itu kehendak-Nya.

Allah pun memerintahkan api menjadi dingin dan aman bagi Ibrahim. Api itu tidak mampu membakarnya, dan Ibrahim keluar dengan selamat. Peristiwa ini menjadi bukti nyata atas keimanan Ibrahim dan kuasa Allah yang tidak terbatas.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement