Kisah
Beranda » Berita » Kisah Julaibib: Bukti Cinta Rasulullah SAW Tak Pandang Wajah dan Harta

Kisah Julaibib: Bukti Cinta Rasulullah SAW Tak Pandang Wajah dan Harta

Kisah Julaibib Sahabat Rasulullah
Kisah Julaibib Sahabat Rasulullah

Pejuang Tak Ternama yang Diangkat Derajatnya oleh Nabi

Surau.co – Tak semua kisah keteladanan datang dari tokoh-tokoh besar dan populer dalam sejarah Islam. Ada juga kisah dari mereka yang sederhana, bahkan terpinggirkan secara fisik dan sosial. Salah satunya adalah Julaibib, seorang sahabat Rasulullah SAW yang wajahnya tak rupawan, tubuhnya pendek dan bungkuk, kulitnya hitam legam, serta hidup dalam kemiskinan.

Namun di balik ketidakidealan lahiriah itu, Julaibib memiliki sesuatu yang sangat bernilai di mata Nabi: keimanan dan keikhlasan. Ia tidak memiliki nasab yang jelas, tidak berasal dari kabilah terkenal, dan sering kali diabaikan masyarakat. Tapi Rasulullah SAW justru memuliakannya, membuktikan bahwa ukuran kemuliaan di sisi Allah bukanlah rupa, harta, atau keturunan.

Minder, Tapi Tetap Tegar dalam Iman

Kehidupan Julaibib di Madinah penuh tantangan. Ia hidup serba kekurangan, bahkan tak diketahui siapa keluarganya. Pakaiannya compang-camping, hari-harinya dihabiskan di sekitar Masjid Nabawi dalam kesendirian. Banyak orang memandangnya sebelah mata karena kondisi fisiknya yang jauh dari kriteria “ideal”.

Dalam buku “99 Asmaul Husna: Kisah dan Mukjizat” karya Chris Oetoyo, digambarkan bahwa Julaibib bukan hanya miskin secara materi, tapi juga tidak memiliki “nilai sosial” di mata masyarakat saat itu. Tapi di hadapan Allah dan Rasul-Nya, nilai seseorang diukur dari keimanan dan ketakwaannya, bukan status sosial atau tampilan luar.

Ketika Rasulullah SAW mendekatinya dan bertanya, “Wahai Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?”, ia menjawab dengan senyum penuh keikhlasan, “Siapa yang mau menikahkan putrinya denganku, wahai Rasulullah?” Jawaban itu tidak menggambarkan keluhan, melainkan kesadaran diri dan kepasrahan yang dalam kepada takdir.

Rumah Al-Arqam: Markas Dakwah Pertama Rasulullah ﷺ

Rasulullah Mencarikan Jodoh untuk Julaibib

Kisah ini berlanjut dalam buku “Jangan Berhenti Mencoba” karya Nasrul Yung. Rasulullah SAW tak hanya bertanya satu kali, tapi tiga hari berturut-turut kepada Julaibib, dengan pertanyaan yang sama. Dan setiap kali itu pula, Julaibib menjawab dengan hati yang lapang, tanpa merasa tersinggung atau putus asa.

Di hari ketiga, Rasulullah SAW menggenggam tangan Julaibib dan mengajaknya ke rumah salah satu tokoh Anshar. Di sana, Rasulullah menyampaikan maksudnya, “Aku ingin menikahkan putri kalian.” Mendengar itu, keluarga tersebut berseri-seri, mengira Rasulullah akan menjadi menantu mereka.

Namun, keceriaan itu langsung berubah saat Nabi berkata, “Bukan untukku. Aku ingin menikahkan putri kalian dengan Julaibib.”

Sang ayah dan ibu sontak terkejut. Mereka tak sanggup menyembunyikan penolakan karena tahu kondisi Julaibib. Namun, dari balik tirai, sang gadis mendengar semuanya dan bertanya, “Siapa yang memintanya?” Ketika dijawab bahwa permintaan itu datang dari Rasulullah, ia berkata dengan yakin, “Demi Allah, aku terima.”

Pernikahan mereka pun terjadi. Rasulullah SAW bahkan mendoakan keberkahan luar biasa untuk keduanya: “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya, dan jauhkanlah dari kesusahan.”

Kisah Tsa’labah: Lalai Karena Harta

Cinta dalam Iman, Bukan Penampilan

Kisah Julaibib bukan hanya mengajarkan kita tentang pentingnya iman, tapi juga tentang cara Rasulullah SAW memuliakan orang yang terpinggirkan. Julaibib akhirnya menikah dengan wanita yang bukan hanya cantik fisiknya, tapi juga cantik akhlaknya seorang gadis yang mengutamakan ketaatan kepada Nabi dibanding standar dunia.

Cinta mereka bukan dibangun dari harta atau ketenaran, melainkan atas dasar taqwa dan ketaatan kepada Allah serta Rasul-Nya. Ini adalah pesan kuat bahwa nilai sejati seseorang tidak terletak pada tampilan fisik atau silsilah keluarga, tetapi pada kesungguhan hati dalam beriman.

Rasulullah telah mengangkat derajat Julaibib bukan karena belas kasihan, tetapi karena melihat kemuliaan iman dalam dirinya. Kisah ini menjadi cermin bagi kita hari ini, untuk tidak mengukur orang dari luarnya saja.

Wallahu a’lam.

Kisah Umar Bin Khattab Tolak Politik Dinasti

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement