Internasional
Beranda » Berita » Ancaman Global, HIV Kembali Meningkat di 2025

Ancaman Global, HIV Kembali Meningkat di 2025

Ancaman Global, HIV Kembali Meningkat di 2025
Ancaman Global, HIV Kembali Meningkat di 2025

Kenapa Kasus HIV Makin Meningkat dan Bagaimana Kita Bisa Bertindak

Surau.co – HIV bukan lagi topik yang hanya jadi sejarah kelam di tahun 80-an. Di tahun 2025, isu ini masih menjadi perhatian global karena angka infeksi barunya belum juga menunjukkan penurunan signifikan. Meski dunia sudah membuat janji besar untuk menekan angka infeksi, realitasnya justru berkata sebaliknya.

Bayangkan saja, pada tahun 2023 saja tercatat ada sekitar 1,3 juta kasus infeksi baru. Padahal, target global yang dicanangkan adalah menekan angka itu di bawah 370.000 kasus per tahun sebelum 2025. Ada jurang besar antara harapan dan kenyataan. Mari kita kupas satu per satu.

Target Tinggal Janji: Infeksi HIV Masih Melonjak

Komitmen internasional untuk menekan infeksi HIV sebenarnya sudah ada sejak lama. Tapi kenyataannya? Target pengurangan infeksi hingga di bawah 370.000 kasus per tahun pada 2025 belum terlihat tanda-tanda tercapai. Pada tahun 2023 saja, jumlah kasus baru masih menyentuh angka 1,3 juta.

Faktor penyebabnya banyak mulai dari rendahnya akses pengujian, hingga masih kentalnya stigma terhadap penderita HIV. Ketika layanan kesehatan belum bisa menjangkau semua kalangan, dan edukasi masih terbatas, jangan heran bila angka infeksi belum juga turun.

Masih Banyak yang Tidak Sadar Mereka Positif

Ada satu fakta mengejutkan yang patut kita cermati: sekitar 5,4 juta orang di dunia masih belum mengetahui bahwa mereka hidup dengan HIV. Artinya, mereka belum pernah melakukan tes, belum mendapatkan pengobatan, dan bisa jadi tanpa sadar menularkan virus tersebut kepada orang lain.

Festival Budaya Islam-Melayu, Perkuat Identitas dan Promosikan Keragaman

Target global sebenarnya cukup ambisius: 95% orang dengan HIV diharapkan mengetahui statusnya di tahun 2025. Tapi saat ini, kita belum berada di jalur yang benar untuk mencapainya. Layanan tes masih belum merata, terutama di wilayah terpencil atau yang sedang mengalami konflik.

Lonjakan Kasus di Beberapa Wilayah Dunia

Kenaikan jumlah kasus tidak terjadi secara merata, melainkan terkonsentrasi di beberapa wilayah. Wilayah-wilayah seperti Eropa Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Amerika Latin mencatatkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Mengapa hal ini terjadi? Banyak faktor yang berperan akses terbatas ke layanan kesehatan, stigma terhadap populasi kunci (seperti pengguna narkoba suntik, komunitas LGBTQ+, dan pekerja seks), hingga kebijakan diskriminatif yang membuat banyak orang enggan untuk mencari pertolongan.

Pengujian HIV Masih Jadi Kunci Utama

Semakin dini seseorang mengetahui status HIV-nya, semakin besar peluang untuk hidup sehat dan mencegah penularan ke orang lain. Maka dari itu, pengujian HIV seharusnya menjadi bagian penting dari layanan kesehatan primer.

Namun, kenyataan di lapangan masih jauh dari ideal. Banyak orang enggan atau takut melakukan tes karena takut dicap, dikucilkan, atau bahkan kehilangan pekerjaan. Padahal saat ini, teknologi pengujian sudah semakin cepat, akurat, dan bisa diakses secara anonim di banyak tempat.

Gaza Rumah Terbesar Penyandang Disabilitas

Harapan Masih Ada: Pengobatan yang Efektif & Kontinum Perawatan

Kabar baiknya, HIV bukan lagi vonis mati. Dengan terapi antiretroviral (ARV) yang semakin canggih, orang dengan HIV bisa hidup sehat hingga usia tua. Bahkan, jika virusnya ditekan hingga level tidak terdeteksi, maka risikonya untuk menularkan ke orang lain bisa nyaris nol.

Itulah yang disebut dengan kontinum perawatan: dimulai dari diagnosis, berlanjut ke pengobatan teratur, hingga virus ditekan sepenuhnya. Tapi tetap, semua itu hanya bisa dicapai jika orang terlebih dahulu tahu statusnya. Kembali lagi: pentingnya tes.

Menuju 2030: Akhir Epidemi atau Sekadar Slogan?

Dunia punya mimpi besar: mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada tahun 2030. Tapi dengan tren saat ini, kita perlu kerja ekstra keras untuk mewujudkannya. Salah satu tolok ukur utamanya adalah penurunan 90% infeksi baru dibanding tahun 2010. Setelah itu, target penurunan 5% per tahun diharapkan terus berlangsung.

Tapi jangan salah, mengakhiri epidemi bukan berarti HIV akan hilang sepenuhnya. Artinya, angka infeksi dan kematian bisa ditekan ke titik minimum dan pengobatan menjadi universal dan berkelanjutan.

Saatnya Ambil Peran

Jika kamu pikir HIV bukan urusanmu, pikir lagi. Ini adalah isu bersama, yang dampaknya bisa terasa lintas negara, lintas usia, lintas gender. Meningkatkan kesadaran, rutin melakukan tes, tidak mendiskriminasi penderita HIV itulah langkah-langkah kecil yang bisa membawa dampak besar.

Zohran Mamdani Menang, Menteri Israel Desak Orang Yahudi Meninggalkan New York

Tahun 2025 mungkin belum jadi tahun kemenangan. Tapi bukan berarti harapan padam. Selama masih ada tekad, edukasi, dan empati, perang melawan HIV bisa tetap kita menangkan bersama.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement