Sosok
Beranda » Berita » Djarot Saiful Hidayat: Jejak Perjalanan Pemimpin Merakyat dari Blitar hingga Senayan

Djarot Saiful Hidayat: Jejak Perjalanan Pemimpin Merakyat dari Blitar hingga Senayan

Djarot Saiful Hidayat
Djarot Saiful Hidayat

Awal Mula Seorang Djarot: Dosen, Aktivis, dan Pengabdi Ilmu

Surau.co – Sebelum dikenal publik sebagai politisi, Djarot Saiful Hidayat adalah seorang akademisi. Ia mengawali kariernya sebagai dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Tak hanya mengajar, ia juga menjabat sebagai Pembantu Rektor I pada 1997 hingga 1999.

Jiwa kepemimpinannya sudah terpancar sejak berada di dunia kampus. Pendidikan formalnya ditempuh di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, hingga meraih gelar Sarjana pada 1986.

Ia melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan memperoleh gelar Magister pada 1991.

Tak berhenti di situ, Djarot juga sempat menimba ilmu di Universitas Amsterdam pada 2002. Perjalanan akademiknya menjadi fondasi kuat saat ia mulai menapaki jalur politik.

Naik Daun di Blitar: Sepuluh Tahun Menjadi Wali Kota yang Dicintai

Karier politik Djarot dimulai dari bawah. Ia menjabat sebagai anggota DPRD Jawa Timur pada 1999–2000. Namun, namanya mulai melesat saat terpilih menjadi Wali Kota Blitar dua periode berturut-turut (2000–2005 dan 2005–2010).

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Di masa kepemimpinannya, ia dikenal sangat membumi. Djarot memilih menata pedagang kaki lima daripada membangun pusat perbelanjaan besar. Blitar pun berubah bukan menjadi kota metropolitan, tapi kota yang ramah rakyat kecil. Ia sukses mengubah kawasan alun-alun yang kumuh menjadi rapi dan berdaya ekonomi.

Prestasinya pun tak luput dari apresiasi. Kota Blitar meraih penghargaan Adipura tiga kali berturut-turut dan Djarot diganjar penghargaan Citizen’s Charter Bidang Kesehatan serta dari Komite Pemantauan Otonomi Daerah.

Dari Wakil Gubernur ke Gubernur Jakarta dalam Hitungan Bulan

Djarot dipercaya mendampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 2014. Ia dilantik langsung oleh Ahok dan dikenal luas sebagai mitra kerja yang solid. Namun, peristiwa besar terjadi saat Ahok divonis dua tahun penjara atas kasus penodaan agama pada 2017.

Tak lama berselang, Djarot diangkat menjadi Pelaksana Tugas Gubernur, lalu resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 15 Juni 2017. Meski hanya menjabat selama empat bulan hingga Oktober 2017, masa tugasnya tercatat dalam sejarah sebagai yang terpendek.

Namun, ia juga menjadi satu-satunya Gubernur di luar Yogyakarta yang menjabat tanpa dipilih rakyat atau DPRD.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Gagal di Sumut, Menang di Senayan

Tahun 2018, Djarot mencoba peruntungan di luar Jakarta. Ia mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Utara berpasangan dengan Sihar Sitorus. Pasangan ini membawa jargon unik “DJOSS” dan ingin mengubah paradigma birokrasi Sumut dari “semua urusan mesti uang tunai” menjadi transparan dan efisien.

Sayangnya, mereka hanya meraih 42,42% suara dan kalah dalam kontestasi. Meski gagal di Pilgub Sumut, Djarot tak patah arang. Pada Pemilu 2019, ia maju sebagai calon legislatif dari Dapil Sumatera Utara III dan berhasil lolos ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 2019–2024.

Pernyataan Kontroversial dan Gagasan Keras tentang Radikalisme

Sebagai pejabat publik, Djarot juga pernah mengeluarkan pernyataan kontroversial. Pada Juli 2017, ia mengusulkan agar Pegawai Negeri Sipil yang terafiliasi dengan organisasi anti-Pancasila, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dicabut kewarganegaraannya.

Gagasan ini menuai banyak komentar pro dan kontra namun mencerminkan sikap tegasnya terhadap ideologi negara. Djarot dikenal berani bersuara dalam isu sensitif, selama dianggap sejalan dengan semangat Pancasila dan kebangsaan.

Sikap ini menempatkannya sebagai politisi yang tak segan mengambil risiko dalam membela prinsip.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Gaya Hidup Sederhana Seorang Pemimpin Rakyat

Satu hal yang membuat Djarot istimewa adalah kesederhanaannya. Saat menjabat Wali Kota Blitar, ia lebih memilih bersepeda daripada naik mobil dinas mewah. Ia tak segan turun langsung ke lapangan untuk blusukan, melihat kondisi masyarakat dengan mata kepala sendiri.

Gaya memimpinnya yang sederhana dan membumi membuatnya dicintai oleh rakyat. Meski kini duduk sebagai anggota DPR RI, karakter itu tetap melekat dalam setiap gerak langkahnya di panggung politik nasional.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement