SURAU.CO – Di tengah krisis keteladanan pemimpin dan kemunduran moral, sosok Harun Ar-Rasyid hadir sebagai pengingat akan pentingnya pemimpin yang tidak hanya kuat secara struktur kekuasaan, tetapi juga bijaksana dalam akhlak dan keteladanan.
Di Indonesia saat ini, ketika rakyat merindukan figur pemimpin yang jujur, adil, dan berpihak kepada rakyat kecil, nama Harun Ar-Rasyid kembali relevan untuk diangkat ke permukaan.
Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, memimpin dunia Islam dari tahun 786 hingga 809 M. Di bawah kepemimpinannya, Baghdad menjelma menjadi pusat peradaban dunia. Namun, lebih dari pencapaian materi dan kemajuan ilmu pengetahuan, Harun Ar-Rasyid dikenal karena karakter kepemimpinannya yang luar biasa rendah hati, adil, dan sangat peduli terhadap nasib umat.
Ia adalah pemimpin yang tak segan turun langsung ke tengah masyarakat. Dikisahkan, Harun Ar-Rasyid sering menyamar sebagai rakyat biasa demi mengetahui kondisi umat yang sesungguhnya, bukan hanya dari laporan para pejabat istana. Ia memahami bahwa kebenaran sejati tidak selalu tersaji di ruang rapat, tetapi justru ada di lorong-lorong kehidupan rakyat kecil.
“Jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku. Karena amanah kepemimpinan bukan untuk disalahgunakan.”
Kutipan tersebut mencerminkan betapa Harun Ar-Rasyid menempatkan dirinya sebagai hamba Allah yang diberi amanah besar, bukan sebagai raja yang tak tersentuh kritik. Ia meyakini bahwa kepemimpinan adalah beban yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, bukan sekadar jabatan duniawi.
Di tengah kekuasaan yang luas, Harun Ar-Rasyid tak pernah silau. Ia bahkan pernah berkata:
“Aku lebih takut pada doa rakyat yang terzalimi daripada pada ribuan pasukan musuh.”
Prinsip ini menjadikannya pemimpin yang berhati-hati dalam setiap kebijakan. Sebab ia tahu, kezaliman yang kecil bisa berujung pada murka Allah yang besar.
Tak hanya menegakkan keadilan, Harun Ar-Rasyid juga menjadi pelopor peradaban ilmu. Di bawah kepemimpinannya, lahir lembaga Baitul Hikmah pusat studi dan penerjemahan ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia.
“Ilmu adalah cahaya. Dan tidak ada bangsa yang akan besar jika menjauh dari cahaya itu.”
Kepemimpinannya menunjukkan bahwa kemajuan bangsa bukan hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau kekayaan alam, tetapi oleh seberapa besar perhatian terhadap ilmu dan keadaban.
Teladan untuk Generasi Muda
Indonesia hari ini tengah kekurangan sosok pemimpin yang bisa dijadikan teladan oleh generasi muda. Padahal, pemuda adalah pemilik masa depan bangsa. Dalam kondisi seperti ini, mengenalkan kembali figur Harun Ar-Rasyid kepada publik, khususnya generasi muda Muslim, adalah langkah penting.
Ia bukan hanya pemimpin hebat dalam sejarah Islam, tetapi juga contoh nyata bahwa kekuasaan sejati terletak pada kejujuran, tanggung jawab, dan keberpihakan pada rakyat. Harun Ar-Rasyid bukan sekadar nama dalam buku sejarah—ia adalah sosok yang semestinya menjadi panutan dalam membangun bangsa yang bermartabat dan beradab.
Surau.co
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
