Surau.co -Tak banyak jenderal TNI yang dikenal karena kontribusinya dalam dunia seni bela diri. Namun Eddie Nalapraya, tokoh Betawi satu ini, adalah pengecualian yang sangat membanggakan. Ia tak hanya berjasa di militer, tapi juga membawa pencak silat ke panggung dunia.
Dengan gayanya yang tenang tapi tegas, ia jadi panutan di dalam dan luar negeri. Sebagai anak Betawi asli, Eddie menunjukkan bahwa budaya lokal bisa mendunia dengan bangga. Ia menjadikan pencak silat bukan sekadar tradisi, tapi alat diplomasi yang berkelas dunia.
Di balik seragam lorengnya, tersimpan cinta mendalam pada warisan budaya nusantara. Kisah hidupnya penuh semangat juang, layaknya jurus silat yang lincah namun menghentak. Nama Eddie tak pernah pudar, malah kian harum di antara generasi muda pencak silat. Yuk, kita telusuri lebih dalam siapa sebenarnya sosok inspiratif Eddie Nalapraya ini.
Sosok Jenderal yang Bukan Sekadar Pejabat Militer
Eddie Nalapraya lahir di Batavia pada 6 Juni 1931 dan wafat pada 13 Mei 2025. Di usianya yang ke-93 tahun, ia meninggalkan warisan besar bagi bangsa Indonesia. Karier militernya dimulai dari satuan Polisi Militer (CPM), lalu menjabat berbagai posisi penting.
Eddie sempat menjadi anggota pengawal pribadi presiden pada tahun 1967, kini dikenal sebagai Paspampres. Ia juga menjabat Asisten Pengamanan Garnisun Ibu Kota dan Asisten Teritorial Hankam. Puncaknya, ia menjabat Kepala Staf Kodam V/Jaya dan pensiun sebagai Mayjen TNI AD.
Perjalanan ini menggambarkan sosoknya sebagai pemimpin yang konsisten, setia, dan berjiwa nasionalis. Ia kemudian dipercaya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta (1984–1987) mendampingi Gubernur Soeprapto.
Kombinasi karier militer dan pemerintahan ini memperkuat kiprahnya dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa. Namun di balik semua itu, kontribusinya di dunia budaya justru paling berkesan dan berjangka panjang.
Bapak Pencak Silat Dunia dari Tanah Betawi
Di tengah kesibukannya sebagai pejabat, Eddie mendedikasikan jiwa dan raga untuk pencak silat. Ia memimpin PB IPSI selama lebih dari dua dekade, dari 1981 hingga 2003. Kepemimpinannya mengubah silat dari seni lokal menjadi olahraga yang dikenal secara global.
Ia menggagas pendirian Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) sebagai federasi silat internasional. Dari sinilah, silat mulai dipertandingkan di SEA Games pada tahun 1987 untuk pertama kalinya.
Bahkan kejuaraan-kejuaraan silat juga digelar di Eropa dan wilayah Asia lainnya. Perjuangannya tidak sia-sia—UNESCO mengakui pencak silat sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia tahun 2019. Pengakuan itu jadi bukti nyata bahwa Eddie adalah arsitek kebangkitan silat Indonesia di kancah internasional. Atas jasa luar biasanya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama pada 2010 oleh Presiden SBY. Semua ini menegaskan bahwa Eddie bukan sekadar jenderal, tapi pelestari budaya sejati.
Warisan Inspiratif bagi Generasi Muda
Kini, sosok Eddie Nalapraya telah tiada, namun semangatnya hidup dalam hati banyak orang. Ia meninggalkan teladan bahwa budaya bangsa patut diperjuangkan dengan sepenuh hati dan keberanian. Generasi muda pencak silat mengagumi dedikasinya dan menjadikannya panutan dalam berlatih dan berprestasi.
Di balik setiap jurus silat yang diajarkan hari ini, ada pengaruh dari kerja keras Eddie bertahun-tahun. Dunia mengenal pencak silat karena upayanya membawa seni bela diri ini ke berbagai negara. Ia menunjukkan bahwa kekuatan budaya bisa menembus batas diplomasi dan membangun persahabatan antarbangsa.
Sekolah-sekolah silat di luar negeri kini berkembang dengan sistem yang dulu ia bentuk. Sebagai putra Betawi, Eddie mengangkat wajah budaya Jakarta ke panggung dunia dengan elegan. Ia adalah simbol bahwa kecintaan terhadap akar budaya bisa jadi kekuatan global. Warisannya akan terus hidup sepanjang pencak silat dipelajari dan dihormati generasi selanjutnya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.