SURAU.CO – Di foto ini tampak beberapa petugas medis dan perawat jenazah berdiri dengan pakaian lengkap, masker, sarung tangan, dan apron pelindung. Di hadapan mereka terbujur satu jenazah yang telah ditutupi kain batik. Suasana hening, penuh hormat, dan menyimpan pesan yang jauh lebih besar daripada sekadar sebuah gambar.
Foto ini bukan tentang kematian semata.
Ini tentang kehidupan—dan tentang kesadaran yang sering kita lupakan.
Kematian Itu Nyata, Dekat, dan Tidak Pernah Menunggu
Setiap kali melihat jenazah, kita sedang diberi peringatan lembut oleh Allah:
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati.”
(QS. Ali Imran: 185)
Orang yang hari ini terbujur kaku, beberapa jam lalu mungkin masih bisa berbicara, tersenyum, makan, bekerja, atau bercakap dengan keluarganya. Tetapi ketika ajal datang, tidak ada satu detik pun yang bisa diulur.
Kita pun akan tiba pada giliran yang sama.
Mereka yang Mengurus Jenazah: Pejuang Ibadah yang Sering Tak Tersorot
Petugas yang mengurus jenazah bukan sekadar tenaga medis.
Mereka adalah pelayan kemanusiaan dan penjaga amanah terakhir bagi seseorang yang telah kembali kepada Rabb-nya.
Mereka bekerja:
dengan penuh kehati-hatian,
menjaga martabat jenazah,
memastikan semuanya sesuai syariat,
dan tetap tersenyum walau tiap hari berhadapan dengan kematian.
Pekerjaan mereka sunyi, namun pahalanya mengalir seperti sungai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa memandikan seorang muslim lalu menutup aibnya, Allah akan mengampuni dosa-dosanya empat puluh kali.” (HR. Hakim)
Ketika Kematian Membuka Mata Kita
Di antara hikmah terbesar dari melihat proses pengurusan jenazah adalah kita disadarkan bahwa:
Jabatan yang kita banggakan akan tertinggal.
Harta yang kita kumpulkan tak akan dibawa.
Popularitas, prestasi, dan kedudukan akan lenyap.
Tubuh kuat ini akan diam, dingin, dan tidak berdaya.
Yang ikut bersama kita hanya:
amal, iman, dan ketakwaan.
Tiada yang lain.
Hidup Tidak Selamanya Panjang Gunakan Waktu Sebelum Hilang
Foto ini seolah berkata:
Apakah kita sudah menyiapkan bekal?
Apakah kita sudah memaafkan yang menyakiti?
Dan apakah kita sudah memperbanyak amal shalih?
Apakah kita masih menunda taubat?
Hidup ini singkat—sangat singkat.
Doa untuk Mereka yang Telah Mendahului
Semoga jenazah yang ada dalam gambar ini siapa pun dia Allah lapangkan kuburnya, Allah ampuni dosa-dosanya, Allah terima amalannya, dan Allah jadikan peristirahatannya sebagai permulaan menuju surga.
“Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu.” Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya.
Penutup: Ambillah Pelajaran Sebelum Giliran Kita Tiba
Kematian bukan untuk ditakuti.
Kematian adalah guru yang paling jujur,
yang mengingatkan bahwa dunia hanyalah persinggahan.
Foto ini mengajarkan kita:
Hiduplah baik, beramallah banyak, dan persiapkan diri sebelum pintu waktu tertutup untuk selamanya.
Doa Sebelum Makan: Sesingkat Itu, Sedalam Itu
Sering kali kita mengira bahwa doa sebelum makan harus panjang, lengkap, dan berbahasa Arab yang rumit. Padahal Rasulullah ﷺ justru mengajarkan doa yang sangat sederhana, mudah dihafal, dan bisa diamalkan oleh siapa pun, kapan pun.
Doa itu hanyalah:
بِسْمِ اللّٰهِ “Bismillaah.” (Dengan nama Allah)
Hanya satu kata sederhana yang membuka pintu keberkahan atas seluruh makanan yang kita makan.
- Sederhana Namun Sarat Makna
Kesederhanaan ini bukan kebetulan. Islam adalah agama yang memudahkan hambanya. Dengan mengucapkan Bismillaah, seorang hamba telah:
Mengaitkan aktivitas duniawinya dengan Allah
Menjadikan makan sebagai ibadah
Mengundang keberkahan dari makanan
Melindungi diri dari gangguan setan
Mengakui bahwa rezeki itu datang dari Allah semata
Begitu banyak makna, dalam ucapan yang begitu singkat.
- Makan Jadi Ibadah, Bukan Sekadar Rutinitas
Makan adalah aktivitas harian yang dilakukan manusia tanpa henti. Namun dengan Bismillaah, aktivitas itu berubah menjadi amal saleh. Mengapa?
Karena niat dan dzikir mengangkat sesuatu yang biasa menjadi ibadah.
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setan ikut makan bersama seseorang yang tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan.” (HR. Muslim)
Maka, dzikir sederhana ini adalah benteng spiritual sebelum makanan masuk ke tubuh kita.
- Jangan Remehkan Sunnah yang Kecil
Ada orang yang meremehkan sunnah-sunnah kecil: doa makan, doa keluar rumah, doa masuk kamar mandi, dan seterusnya. Padahal justru amal ringkas seperti ini yang paling sering diamalkan dan paling besar menjaga hati.
Sunnah-sunnah kecil adalah fondasi pembiasaan. Pembiasaan melahirkan karakter. Karakter melahirkan ketaatan.
Siapa yang membiasakan Bismillaah saat makan, biasanya ia pun mudah menyebut nama Allah pada aktivitas lainnya.
Berdoa
- Doa yang Menjaga Kesehatan Ruhani
Makanan bukan hanya mengisi perut, tetapi juga memberi dampak pada jiwa. Makanan yang masuk dengan keberkahan akan:
Menenangkan hati
Mendorong amal baik
Menjauhkan dari maksiat
Menyehatkan batin
Sedangkan makanan tanpa doa, meski halal, bisa kehilangan keberkahannya. Inilah pentingnya mengaitkan setiap suapan dengan nama Allah.
- Bila Lupa Mengucapkan Doa
Nabi ﷺ pun mengajarkan solusi jika kita lupa membaca doa sebelum makan:
“Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.”
(Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya). (HR. At-Tirmidzi)
Ini menunjukkan kelembutan Islam: selalu ada ruang untuk memperbaiki diri.
Penutup
Doa sebelum makan adalah salah satu sunnah yang paling mudah namun paling besar dampaknya. Satu kata yang sederhana, tetapi menjadi pembeda antara makan yang membawa keberkahan dan makan yang hanya mengenyangkan.
Mulailah setiap suapan dengan nama Allah. Karena keberkahan bukan dari banyaknya makanan, tetapi dari hadirnya Allah dalam proses makan itu. (Tengku Iskandar, M. Pd: Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
