SURAU.CO. Dunia pesantren di Indonesia menyimpan banyak khazanah keilmuan Islam. Salah satu karya yang sangat populer adalah Kitab Qomi’ut Tughyan. Kitab ini merupakan sebuah syarah atau penjelasan dari syair nadzom Syu’bul Iman (Cabang Iman). Penulis nadzom aslinya adalah Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad Syafi’i al-Kusyini al-Malibari. Syekh Zainuddin juga terkenal sebagai pengarang kitab Fathul Muin.
Ulama besar Nusantara, Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani, menyusun Kitab Qomi’ut Tughyan ini. Beliau lahir di Tanara, Serang, Banten sekitar tahun 1815 Masehi. Syekh Nawawi adalah intelektual yang sangat produktif. Beliau menghasilkan tidak kurang dari 115 karya tulis. Karyanya meliputi berbagai bidang seperti fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Struktur dan Metode Pembelajaran Kitab Qomi’ut Tughyan
Penulis menyajikan kitab ini dalam Bahasa Arab tanpa harakat atau “kitab gundul”. Oleh karena itu, pembaca memerlukan bimbingan guru untuk memahaminya. Pesantren sering menggunakan metode bandongan dalam mengkaji kitab ini. Santri akan mendengarkan penjelasan guru secara seksama. Kemudian, mereka menulis makna pegon pada kitab masing-masing.
Syekh Nawawi merangkum pembahasan iman dalam 28 halaman yang padat. Beliau menguraikan total 30 bait syair. Rinciannya meliputi 26 bait asli, 3 bait tambahan di awal, dan 1 bait tambahan dari ulama lain. Pembahasan bermula dengan basmalah dan mukadimah singkat.
Landasan utama kitab ini adalah sabda Rasulullah Saw:
“Iman itu 77 cabangnya. Yang paling utama dari cabang-cabang tersebut adalah mengucapkan “La ilaha illallah” (tiada Tuhan melainkan Allah) dan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan. Malu (berbuat maksiat) adalah satu cabang dari iman.”
Qomi’ut Tughyan: Pembagian 8 Kelompok Cabang Iman
Penulis membagi ke-77 cabang iman tersebut ke dalam delapan bagian utama. Pembagian ini memudahkan pembaca dalam memahami aspek-aspek keimanan secara sistematis.
1. Dasar Akidah dan Keimanan
Bagian pertama membahas fondasi keyakinan. Seorang muslim wajib beriman kepada Allah Swt, malaikat, dan kitab-kitab-Nya. Kita juga harus mempercayai para nabi dan hari kiamat. Keimanan ini mencakup keyakinan akan kebangkitan setelah mati, takdir, surga, dan neraka.
2. Amalan Hati dan Batin
Bagian kedua berfokus pada kondisi hati. Cabang iman ini meliputi rasa cinta kepada Allah Swt dan takut akan siksa-Nya. Seorang mukmin harus mengharap rahmat Allah Swt dan bertawakal. Kita juga wajib mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad Saw. Selain itu, mencari dan menyebarkan ilmu agama serta menghormati al-Qur’an termasuk dalam bagian ini.
3. Ibadah Fisik dan Kewajiban Syariat
Bagian ketiga menguraikan amal perbuatan fisik. Hal ini mencakup bersuci, shalat fardu tepat waktu, dan menunaikan zakat. Ibadah puasa Ramadan, i’tikaf, dan haji juga masuk dalam kategori ini. Jihad dan memerdekakan budak pun menjadi bagian dari cabang iman ini.
4. Menjaga Diri dari Maksiat
Bagian keempat menekankan pada pengendalian diri. Kita harus bersyukur dan menjaga lidah dari ucapan buruk. Menjaga kemaluan dari perbuatan terlarang adalah kewajiban mutlak. Seorang muslim harus menghindari makanan haram, pakaian haram, dan permainan yang terlarang. Kesederhanaan dalam membelanjakan harta juga menjadi poin penting.
5. Membersihkan Hati dari Sifat Tercela
Bagian kelima mengajarkan penyucian jiwa. Kita harus membuang rasa dendam dan hasud. Syekh Nawawi melarang kita mencela sesama muslim. Keikhlasan dalam beramal menjadi kunci utama. Tanda iman lainnya adalah merasa senang saat taat dan menyesal saat bermaksiat.
6. Hubungan Sosial dan Ketaatan
Bagian keenam mengatur interaksi sosial. Menyembelih hewan kurban dan akikah termasuk di dalamnya. Kita wajib taat kepada pemimpin selama tidak melanggar syariat. Berbakti kepada orang tua dan menjalin silaturahmi adalah inti dari bagian ini. Kita juga harus menegakkan amar makruf nahi mungkar.
7. Hak Sesama dan Adab
Bagian ketujuh membahas hak-hak orang lain. Kita harus berbuat baik kepada pembantu dan menjaga hak keluarga. Menjawab salam, menjenguk orang sakit, dan menyalatkan jenazah adalah kewajiban sosial. Menjauhi perusak lingkungan juga menjadi tanda keimanan.
8. Etika Bermasyarakat
Bagian kedelapan menutup pembahasan dengan etika luhur. Memuliakan tetangga dan tamu adalah ciri orang beriman. Kita harus menutup aib saudara seiman. Sikap zuhud, dermawan, dan mendamaikan perselisihan sangat dianjurkan. Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri menjadi puncak etika ini.
Makna dan Tujuan Penulisan Kitab Qomi’ut Tughyan
Judul Qomi’ut Tughyan memiliki arti “Pembasmi Kegelapan” atau “Penghilang Kedhaliman“. Syekh Nawawi berharap kitab ini menjadi pelita bagi umat Islam. Kitab ini bertujuan meningkatkan kualitas penghambaan diri kepada Allah Swt.
Setiap cabang iman mewakili pekerjaan yang harus seorang mukmin lakukan. Keimanan seseorang akan sempurna jika mampu melaksanakan ke-77 cabang tersebut. Sebaliknya, meninggalkan salah satu cabang akan mengurangi kesempurnaan iman.
Kitab ini hadir dengan ulasan ringkas namun mendalam. KH Achmad Masduqi Machfudh Malang (Alm.) pun telah menerjemahkan kitab ini agar lebih mudah dipahami masyarakat luas. Pokok dasar iman adalah pembenaran dengan keyakinan penuh. Keraguan sedikit saja dapat merusak keabsahan iman seseorang. Oleh karena itu, mempelajari Kitab Qomi’ut Tughyan adalah langkah penting menuju pribadi mukmin yang sejati.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
