SURAU.CO.Publik sering memusatkan perhatian pada peserta pemilu dan KPU setiap kali pesta demokrasi berlangsung. Namun ada satu pilar lain yang tak kalah vital, tetapi kerap terabaikan: penyelenggara pemilu yang bertugas mengawasi jalannya pemilu: Pengawas Pemilu. Di sanalah letak penentu kualitas demokrasi kita. Mereka bukan sekadar “penjaga gawang”, melainkan benteng terakhir ketika nilai-nilai Luber Jurdil berada dalam ancaman.
Pertanyaannya pun mengemuka: apakah benteng ini cukup kokoh? Ataukah perlahan melemah karena tata kelola sumber daya manusia yang belum tertata? Persoalan yang bersarang di tubuh pengawas pemilu—mulai dari rekrutmen, pola karier, hingga kapasitas personel—perlu menjadi perhatian serius bila kita ingin menjaga demokrasi tetap bermartabat.
SDM Pengawas: Realitas Pahit di Balik Rekrutmen
Secara formal, seleksi anggota pengawas pemilu diatur berlangsung terbuka melalui tim independen. Namun kenyataannya sering berbeda. Beragam laporan menunjukkan adanya intervensi politik, terutama di daerah, bahkan muncul kandidat “titipan” yang dekat dengan elite lokal.
Kerumitan makin terasa pada level pengawas ad hoc seperti Panwascam, PKD, dan PTPS. Seleksi kerap hanya menjadi formalitas, sosialisasi minim, dan honorarium rendah sehingga motivasi pelamar lebih pragmatis. Banyak calon pengawas juga belum memahami hukum pemilu, kode etik, maupun pengawasan digital. Dengan kualitas SDM seperti ini, sulit berharap pengawasan pemilu berjalan maksimal.
Pengawas di Antara Kesenjangan Kapasitas dan Tantangan Zaman
Bawaslu sejatinya telah membuat sejumlah terobosan melalui program seperti SKPP yang kemudian berkembang menjadi Pusat Pendidikan Pengawasan Partisipatif (P2P). Namun pelatihan ini belum benar-benar menjangkau pengawas ad hoc, padahal merekalah yang setiap hari berhadapan dengan politik uang, kampanye hitam, intimidasi, hingga manipulasi digital di lapangan.
Karena itu, peningkatan kapasitas pengawas harus mengarah pada hal-hal yang paling mendasar: pemahaman regulasi yang kuat, etika penyelenggara yang kokoh, serta kemampuan menggunakan teknologi pengawasan digital. Keterampilan komunikasi publik dan simulasi menghadapi konflik lapangan pun perlu penekanan yang kuat. Pengawas pemilu tidak cukup hanya menjadi birokrat rutin; mereka adalah mediator, analis, sekaligus penjaga integritas demokrasi.
Pentingnya Membangun Pola Karier Pengawas Pemilu
Salah satu persoalan terbesar dalam SDM Bawaslu adalah ketiadaan manajemen karier yang jelas. Para pengawas ad hoc bekerja keras selama tahapan pemilu, tetapi masa tugas mereka langsung berakhir ketika proses selesai. Pengalaman yang mereka kumpulkan tidak tercatat sebagai modal karier, seolah hilang tanpa jejak.
Padahal, ribuan pengawas memiliki rekam jejak kuat yang seharusnya bisa dibina untuk masa depan. Pola karier berjenjang menjadi solusi realistis: dari PTPS ke PKD, naik ke Panwascam, lalu menuju Bawaslu Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga pusat. Dengan skema ini, pengalaman tidak lagi terbuang setiap lima tahun. Bawaslu pun memiliki stok SDM berkompeten yang berkesinambungan, bukan memulai dari nol di setiap pemilu.
Langkah Konkret Menuju Perubahan
Kritik publik terhadap Bawaslu sejatinya adalah cermin untuk berbenah, bukan serangan. Isu politisasi dan nepotisme harus menjadi pemicu reformasi serius.
- Seleksi pengawas wajib benar-benar meritokratis—rekam jejak dibuka, nilai transparan, dan tim seleksi melibatkan unsur independen.
- Kapasitas pengawas juga perlu diperkuat lewat pelatihan hukum, etika, teknologi digital, serta simulasi lapangan yang rutin.
- Pola karier yang jelas harus dibangun agar pengalaman pengawas tidak hilang setelah pemilu. Kesejahteraan dan keselamatan mereka pun perlu ditingkatkan agar integritas tetap terjaga.
- Audit kinerja independen menjadi syarat penting untuk memastikan akuntabilitas.
Kualitas Pemilu tidak hanya bergantung pada aturan, tetapi pada SDM yang menjalankannya. Tanpa reformasi menyeluruh, hasil pemilu akan terus menjadi pertanyaan publik. Pembenahan total adalah kunci agar demokrasi kita tetap kuat dan bermartabat. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

