Dunia psikologi modern mengenal istilah Kecerdasan Emosional atau Emotional Intelligence (EQ) pada akhir abad ke-20. Daniel Goleman mempopulerkan konsep ini sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola perasaan. Namun, jauh sebelum teori Barat muncul, dunia Islam telah memilikinya. Umat Islam mengenal sebuah mahakarya agung berjudul Riyadus Shalihin. Kitab legendaris ini merupakan buah tangan ulama besar, Imam An-Nawawi. Banyak pakar menyebut kitab ini sebagai buku panduan kecerdasan emosional tertua di dunia.
Imam Nawawi menyusun kitab ini dengan sistematika yang luar biasa rapi. Beliau tidak sekadar mengumpulkan hadis Nabi Muhammad SAW secara acak. Sang Imam menyusunnya berdasarkan tema-tema perbaikan jiwa. Kita bisa melihat struktur bab yang sangat relevan dengan psikologi manusia. Penulis memulainya dengan bab niat dan keikhlasan. Hal ini mengajarkan kita tentang kesadaran diri atau self-awareness. Kesadaran diri merupakan pondasi utama dalam teori kecerdasan emosional modern.
Manajemen Emosi dalam Setiap Bab
Anda akan menemukan bab-bab spesifik yang melatih mental pembaca. Imam Nawawi memasukkan Bab Sabar (Bab Ash-Shabr) di bagian awal. Sabar adalah kunci utama pengendalian diri. Seseorang dengan EQ tinggi pasti memiliki kesabaran yang tebal. Mereka mampu menahan gejolak emosi saat menghadapi tekanan berat. Riyadus Shalihin memberikan contoh konkret melalui sabda Nabi dan kisah para sahabat.
Selain sabar, kitab ini mengupas tuntas tentang larangan marah. Imam Nawawi mengutip hadis populer yang berbunyi:
“Orang yang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika sedang marah.” (Muttafaq ‘Alaih)
Kutipan tersebut menegaskan definisi kekuatan mental yang sesungguhnya. Kekuatan fisik tidak berarti apa-apa tanpa kestabilan emosi. Buku ini menuntun pembaca untuk mengubah respon reaktif menjadi respon bijaksana. Ini adalah inti dari manajemen emosi yang diajarkan oleh para psikolog hari ini.
Empati dan Hubungan Sosial
Kecerdasan emosional juga mencakup kemampuan sosial atau empati. Riyadus Shalihin memuat ratusan hadis tentang adab pergaulan. Imam Nawawi menulis bab khusus tentang hak-hak sesama Muslim. Beliau menjelaskan pentingnya menjenguk orang sakit dan mengantar jenazah. Beliau juga menekankan pentingnya menebar senyum dan salam. Aktivitas sederhana ini membangun ikatan emosional yang kuat antarmanusia.
Kita bisa melihat betapa detailnya Imam Nawawi menyusun panduan sosial ini. Beliau mengajarkan cara menghormati tamu dan tetangga. Beliau juga memasukkan bab tentang kasih sayang terhadap anak yatim dan orang lemah. Seorang pembaca Riyadus Shalihin secara otomatis melatih rasa empatinya. Mereka belajar merasakan penderitaan orang lain dan berusaha membantunya. Hal ini membuktikan bahwa kitab ini bukan sekadar buku ritual ibadah. Ini adalah buku panduan interaksi sosial yang sangat komprehensif.
Relevansi di Era Modern
Masyarakat modern saat ini menghadapi krisis ketenangan jiwa. Media sosial sering memicu rasa iri, marah, dan depresi. Kita membutuhkan penawar untuk racun-racun hati tersebut. Riyadus Shalihin hadir sebagai solusi yang tak lekang oleh waktu. Kitab ini menawarkan terapi jiwa melalui pendekatan spiritual.
Membaca kitab ini serasa berdialog langsung dengan Rasulullah SAW. Hati yang gersang akan kembali tenang. Jiwa yang labil akan menemukan pegangan yang kokoh. Imam Nawawi berhasil meramu obat hati ini dengan sangat apik. Beliau memilih hadis-hadis shahih yang menyentuh relung hati terdalam.
Umat Islam tidak perlu mencari teori impor untuk memperbaiki karakter. Kita memiliki warisan intelektual yang sangat kaya. Riyadus Shalihin telah teruji selama berabad-abad dalam membentuk kepribadian mulia. Para ulama di seluruh dunia menjadikan kitab ini sebagai kurikulum wajib. Mereka menyadari betapa besarnya pengaruh kitab ini terhadap perilaku santri.
Kesimpulan
Kita dapat menyimpulkan bahwa Riyadus Shalihin melampaui zaman. Imam Nawawi telah meletakkan dasar-dasar kecerdasan emosional jauh sebelum istilah itu lahir. Beliau mengajarkan kita cara mengelola hati, lisan, dan perbuatan. Buku ini mengajarkan integritas, kesabaran, empati, dan tanggung jawab sosial.
Maka, sudah sepantasnya kita kembali menelaah lembar demi lembar kitab ini. Jadikan Riyadus Shalihin sebagai bacaan harian keluarga Anda. Anda akan merasakan perubahan positif dalam menyikapi masalah hidup. Kecerdasan emosional Anda akan terasah seiring dengan pendalaman makna hadis di dalamnya. Inilah warisan emas peradaban Islam untuk kesehatan mental manusia.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
