Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan berat. Kita tidak hanya melawan wabah penyakit fisik, tetapi juga penyakit sosial. Sosiolog menyebut fenomena ini sebagai sick society atau masyarakat yang sakit. Kita melihat indikasi ini setiap hari. Media massa menayangkan berita kekerasan tanpa henti. Korupsi merajalela di berbagai lini. Empati antar sesama manusia perlahan memudar. Masyarakat modern kehilangan pegangan spiritual yang kuat.
Dalam kondisi penuh kekacauan ini, umat Islam sebenarnya memiliki warisan berharga. Warisan tersebut mampu menjadi obat penawar yang ampuh. Kitab Riyadus Shalihin karya Imam An-Nawawi hadir sebagai solusi nyata. Ulama besar ini menyusun kitab tersebut pada abad ke-13. Namun, relevansinya justru semakin terasa kuat di masa sekarang. Kitab ini bukan sekadar kumpulan hadis. Ia adalah panduan hidup praktis untuk memperbaiki karakter manusia.
Memahami Konsep Sick Society
Masyarakat sakit memiliki ciri khas yang menonjol. Mereka cenderung mengabaikan nilai-nilai moral. Materialisme menjadi tuhan baru bagi banyak orang. Orang-orang berlomba memamerkan kekayaan di media sosial. Sementara itu, kepedulian terhadap tetangga yang kelaparan justru hilang. Individualisme menggerogoti ikatan persaudaraan. Kekerasan verbal di dunia maya menjadi makanan sehari-hari.
Kondisi ini menciptakan kegelisahan kolektif. Orang merasa kesepian di tengah keramaian. Depresi dan kecemasan meningkat tajam. Riyadus Shalihin antidot sick society datang untuk memutus rantai negatif ini. Imam An-Nawawi menawarkan terapi spiritual melalui sabda-sabda Nabi Muhammad SAW.
Perbaikan Niat sebagai Langkah Awal
Imam An-Nawawi memulai kitabnya dengan bab niat. Ini adalah langkah jenius. Beliau paham bahwa kerusakan masyarakat bermula dari hati yang rusak. Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Masyarakat modern sering bertindak demi pencitraan semata. Mereka haus pujian dan validasi orang lain.
Hadis pertama dalam kitab ini menegaskan pentingnya keikhlasan.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kutipan ini mengajarkan kita untuk menata ulang tujuan hidup. Kita harus beramal karena Tuhan, bukan karena manusia. Ketika seseorang memiliki niat yang lurus, ia tidak akan melakukan korupsi. Ia tidak akan menyakiti orang lain demi keuntungan pribadi. Perbaikan niat adalah fondasi utama untuk menyembuhkan masyarakat yang sakit.
Membangun Kembali Etika Sosial
Riyadus Shalihin memuat banyak bab tentang adab pergaulan. Imam An-Nawawi menyusun bab tentang hak tetangga, memuliakan tamu, dan menjenguk orang sakit. Beliau juga memasukkan bab tentang larangan menggunjing dan mengadu domba. Nilai-nilai ini sangat kontras dengan perilaku netizen saat ini.
Kita sering melihat ujaran kebencian bertebaran di internet. Orang dengan mudah mencaci maki tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kitab ini mengajak kita kembali ke adab dasar. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk berkata baik atau diam.
Penerapan adab ini akan meredam konflik sosial. Masyarakat akan kembali hidup rukun dan harmonis. Saling menghormati akan menggantikan rasa curiga. Riyadus Shalihin mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang beradab.
Zuhud: Melawan Arus Hedonisme
Salah satu penyakit utama sick society adalah hedonisme. Orang mengukur kebahagiaan dari materi. Mereka tidak pernah merasa cukup. Hal ini memicu keserakahan dan kriminalitas. Imam An-Nawawi mendedikasikan bagian khusus tentang zuhud.
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya. Zuhud adalah tidak meletakkan dunia di dalam hati. Kita boleh memiliki harta, tapi tidak boleh menjadi budak harta. Ajaran ini sangat relevan untuk mengerem gaya hidup konsumtif. Kesederhanaan akan membawa ketenangan jiwa. Masyarakat yang tidak gila harta akan lebih minim konflik dan korupsi.
Penutup: Kembali ke Sumber Mata Air
Masyarakat kita membutuhkan penyembuhan segera. Kita tidak bisa membiarkan kerusakan moral terus terjadi. Kembali mengkaji Riyadus Shalihin adalah langkah strategis. Kitab ini menawarkan kurikulum perbaikan akhlak yang komprehensif.
Para orang tua harus mengenalkan kitab ini kepada anak-anak. Lembaga pendidikan perlu menjadikannya rujukan pembentukan karakter. Para pemimpin harus meneladani nilai-nilai kepemimpinan di dalamnya.
Riyadus Shalihin antidot sick society yang telah teruji zaman. Ia menawarkan kedamaian di tengah kegaduhan. Ia memberikan arah di tengah kebingungan. Mari kita buka kembali lembaran kitab ini. Mari kita amalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Kesembuhan masyarakat dimulai dari kesembuhan individu. Dan Riyadus Shalihin adalah resep terbaik untuk memulainya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
