Kalam
Beranda » Berita » Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Dunia modern sering memaksa kita berlari tanpa henti. Kita mengejar target pekerjaan, memantau media sosial, dan memenuhi ekspektasi sosial. Akibatnya, banyak orang mengalami kelelahan mental atau burnout. Tren masa kini menawarkan solusi bernama slow living. Konsep ini mengajak manusia untuk melambat dan menikmati momen. Ternyata, Islam telah mengajarkan prinsip ini sejak ribuan tahun lalu. Kita bisa menyebutnya sebagai hidup lambat ala Rasulullah.

Imam Nawawi, seorang ulama besar, merangkum banyak hadis tentang adab dan ketenangan dalam kitab-kitabnya. Beliau menyusun panduan hidup yang relevan untuk mengatasi hiruk-pikuk dunia modern. Mari kita telusuri bagaimana Nabi Muhammad SAW mempraktikkan gaya hidup penuh kesadaran ini.

Menghindari Ketergesa-gesaan

Penyakit utama manusia modern adalah rasa terburu-buru. Kita ingin segalanya serba instan. Rasulullah SAW justru menekankan pentingnya ketenangan dalam bertindak. Beliau menganggap ketergesa-gesaan sebagai sifat yang merugikan.

Sebuah hadis riwayat Tirmidzi menyebutkan kutipan berikut apa adanya:
“Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.”

Imam Nawawi menempatkan hadis-hadis semacam ini dalam bab tentang kesabaran dan kehati-hatian. Hidup lambat ala Rasulullah bukan berarti kita menjadi lambat atau malas. Konsep ini mengajarkan kita untuk mengerjakan sesuatu dengan fokus penuh. Kita harus hadir utuh dalam setiap aktivitas. Pikiran kita tidak boleh melayang ke masa depan saat raga berada di masa kini.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Konsep Tumakninah sebagai Mindfulness

Istilah slow living sangat mirip dengan konsep tumakninah dalam Islam. Kita sering mendengar istilah ini dalam konteks salat. Tumakninah berarti diam sebentar dan tenang sebelum berpindah ke gerakan selanjutnya. Rasulullah SAW melarang umatnya mematuk seperti ayam saat salat.

Prinsip ini berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu mengambil jeda di antara aktivitas. Jangan langsung melompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain tanpa bernapas. Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin sering menyoroti pentingnya dzikir. Dzikir adalah sarana terbaik untuk melakukan pause atau jeda sejenak. Hati akan menjadi lebih tenang ketika kita mengingat Allah di sela-sela kesibukan.

Menikmati Makanan dengan Penuh Kesadaran

Gaya hidup lambat juga mencakup cara kita makan. Banyak orang makan sambil bermain ponsel atau bekerja di depan laptop. Rasulullah SAW mencontohkan cara makan yang sangat sehat dan sadar (mindful eating). Beliau makan dengan tangan kanan, duduk dengan tenang, dan mengunyah makanan dengan baik.

Nabi tidak pernah mencela makanan. Jika beliau suka, beliau memakannya. Jika tidak suka, beliau meninggalkannya tanpa berkomentar buruk. Sikap ini mengajarkan kita untuk menghargai rezeki. Kita bisa merasakan kenikmatan sejati ketika makan tanpa gangguan. Pencernaan pun menjadi lebih sehat. Hal ini sejalan dengan prinsip slow food yang kini populer di dunia barat.

Hidup Sederhana dan Qana’ah

Tekanan hidup sering muncul karena keinginan kita yang terlalu banyak. Kita berlomba mengumpulkan harta benda. Imam Nawawi banyak mengutip hadis tentang zuhud dan qana’ah dalam karyanya. Qana’ah adalah sikap merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Rasulullah SAW menjalani hidup yang sangat sederhana. Beliau memiliki sedikit barang namun kaya akan kedamaian hati.
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Menerapkan hidup lambat ala Rasulullah berarti kita mengurangi konsumsi yang tidak perlu. Kita berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Fokus kita beralih dari “memiliki” menjadi “menjadi”. Kita membangun kualitas diri dan hubungan dengan Sang Pencipta. Beban pikiran akan berkurang drastis saat kita melepaskan ambisi duniawi yang berlebihan.

Fokus pada Kualitas Hubungan

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat menghargai orang lain. Beliau selalu memutar seluruh badannya ketika seseorang memanggilnya. mendengarkan pembicaraan sahabat dengan penuh perhatian. Beliau tidak pernah memotong pembicaraan orang lain.

Ini adalah bentuk slow living dalam aspek sosial. Kita sering kali hadir secara fisik, namun sibuk dengan gawai di tangan. Rasulullah mengajarkan kita untuk memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara. Hubungan antarmanusia menjadi lebih berkualitas dengan cara ini. Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar juga menekankan pentingnya menjaga lisan dan menyebarkan salam. Semua ini membangun lingkungan yang damai dan tidak terburu-buru.

Kesimpulan

Menerapkan hidup lambat ala Rasulullah adalah solusi tepat bagi kegelisahan manusia modern. Kita bisa menemukan panduan lengkapnya melalui hadis-hadis yang disusun oleh Imam Nawawi. Mulailah dengan menghilangkan sifat tergesa-gesa. Nikmati setiap sujud dalam salat dengan tumakninah. Syukuri makanan yang ada di piring kita.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Sederhanakan keinginan duniawi untuk melapangkan hati. Berikan perhatian penuh kepada orang-orang tercinta. Ketenangan bukan sesuatu yang kita cari di tempat jauh. Ketenangan hadir saat kita mampu melambat dan mengingat Allah dalam setiap helaan napas. Mari kita jalani hari ini dengan lebih tenang dan bermakna.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement